KOMPAS.com - Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah salah satu faktor utama yang menyebabkan stroke. Bila tidak ditangani dengan baik, stroke dapat berakibat fatal seperti kematian.
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2016, stroke menempati peringkat kedua sebagai penyakit tidak menular penyebab kematian.
Stroke juga menjadi peringkat ketiga penyebab utama kecacatan di seluruh dunia.
Lantas, bagaimana hipertensi memicu stroke?
Dokter spesialis saraf (Neurologist) dr. Eka Harmeiwaty, Sp.S. mengatakan, banyak orang dengan riwayat hipertensi terkena stroke, meski sudah menjalani pengobatan.
Salah satu penyebabnya karena variasi tekanan darah.
Untuk diketahui, tekanan darah manusia bervariasi. Hal ini dipengaruhi oleh pola sirkadian, aktivitas fisik, dan keadaan emosional.
Lonjakan tekanan darah menjadi tinggi pada malam atau dini hari. Namun, lonjakan paling sering terjadi pada dini atau pagi hari.
"Variasi tekanan darah tidak bisa diketahui hanya dengan pemeriksaan rutin atau kunjungan sesekali ke dokter," kata dia.
Inilah mengapa, pasien hipertensi diimbau untuk melakukan pengukuran tekanan darah yang dilakukan sendiri oleh pasien di rumah yang disebut Pengukuran Tekanan Darah di Rumah (PTDR).
PTDR sangat mudah dilakukan apalagi menggunakan alat ukur digital.
Selain untuk mengetahui variasi tekanan darah, PTDR sangat berguna untuk menegakkan diagnosis hipertensi, terutama untuk mendeteksi hipertensi jas putih atau hipertensi palsu, dan deteksi hipertensi terselubung.
Untuk diketahui, ukuran tekanan darah seseorang terdiagnosis hipertensi apabila Tekanan Darah Sistolik lebih dari 140 mmHg dan atau Tekanan Darah Diastolik lebih dari 90 mmHg pada pengukuran di klinik atau fasilitas layanan kesehatan.
Hipertensi Terselubung
Hipertensi palsu ditandai dengan tingginya tekanan darah pada pengukuran di klinik atau rumah sakit.
Namun pada hasil PTDR rerata tekanan darahnya normal yaitu kurang dari 135/85 mm Hg, batasan untuk hipertensi dengan PTDR memang lebih rendah dibandingkan pengukuran di klinik.
Hipertensi terselubung adalah keadaan di mana tekanan darah normal saat diukur di klinik, namun pemantauan di rumah rerata tekanan darahnya lebih dari 135/85 mmHg.
"Hipertensi terselubung ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan risiko stroke dan komplikasi seperti gagal jantung dan gagal ginjal,” ujarnya.
PTDR dapat digunakan untuk memantau tekanan darah pada pasien hipertensi yang mendapat pengobatan maupun tidak; menilai efektivitas pengobatan, dan sebagai dasar penyesuaian dosis, dengan melakukan PTDR diharapkan kesadaran pasien akan kesehatannya meningkat sehingga kepatuhan untuk konsumsi obat juga membaik.
Waktu Melakukan PTDR
Eka menambahkan dalam upaya pencegahan stroke, PTDR sebaiknya dilakukan pada pagi dan malam hari, dan target tekanan darah pagi hari dengan PTDR adalah kurang dari 135/85 mmHg.
Pada pagi hari dilakukan 1 jam setelah bangun tidur, pasien telah buang air kecil, sebelum sarapan dan sebelum minum obat, apabila melakukan olahraga harus beristirahat dulu selama 30 menit, sedangkan pada malam hari pengukuran tekanan darah dilakukan sebelum tidur.
Pengukuran tekanan darah dilakukan minimal 2 kali setiap pemeriksaan dengan interval 1-2 menit, untuk diagnosis hipertensi diambil dari rerata dari hasil pengukuran kedua pemeriksaan dalam waktu minimal 3 hari atau lebih sangat dianjurkan selama 7 hari yang berurutan.
"Pengukuran pada hari pertama diabaikan dan tidak masuk dalam perhitungan," tambahnya.
Selama pengukuran yang bersangkutan tidak boleh berbicara atau mengobrol.
Selain itu, sangat dianjurkan menggunakan alat pengukur yang tervalidasi dan pengukuran dilakukan di lengan.
Hanya orang dengan obesitas yangd dianjurkan melakukan pengukuran tekanan darah di pergelangan tangan. Ini untuk mengantisipasi bila tidak tersedia ukuran manset pengukur yang pas.
https://sains.kompas.com/read/2019/12/15/100932723/hipertensi-jadi-faktor-utama-stroke-lakukan-ptdr-untuk-mencegahnya