Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

10 Tahun DoctorShare, "Dokter Gila" Lie Dharmawan Kisahkan Awal RS Apung

KOMPAS.com - Pada tahun ini, doctorSHARE genap berusia 10 tahun. Dalam jangka waktu tersebut, doctorSHARE telah melakukan 3.291 operasi mayor, 5.538 operasi minor, 2.464 perawatan gigi, 58.859 pelayanan rawat jalan dan konsultasi, penyuluhan kesehatan kepada 11.856 warga, serta 2.227 USG pemeriksaan kandungan.

Ditemui dalam acara kunjungan Kementerian Kesehatan ke Rumah Sakit Apung (RSA) Nusa Waluya II yang berlabuh di Baywalk Mall, Jakarta Utara, Selasa (10/12/2019); dr. Lie Augustinus Dharmawan mengenang kembali awal mula RS Apung.

Dia menuturkan bahwa ide membuat RS Apung ini muncul pada 2009. Pada saat itu, dokter Lie sedang melaksanakan operasi ketika seorang ibu dari Saumlaki datang membawa anak laki-laki berusia delapan tahun yang ususnya terjepit (hernia femoralis inkarserata).

Ibu dan anak tersebut harus berlayar menggunakan kapal tradisional selama tiga malam dua hari untuk menemui dokter Lie. Padahal, usus terjepit harus ditangani dalam waktu 6-8 jam. Bila tidak, usus bisa mengalami kematian jaringan atau nekrosis dan menyebabkan kematian.

Operasi pun tetap dilakukan, usus sang anak yang sudah merah tua kehitaman tetap dipertahankan dan anak itu sembuh. Akan tetapi, dokter Lie tetap tidak bisa berhenti memikirkan mengenai kejadian itu.

Setelah kembali ke Jakarta, dokter Lie mendapat ide untuk melakukan jemput bola atau mencari mereka yang membutuhkan, tetapi tidak punya kesempatan untuk mendapatkan pelayanan medis yang layak.

Ide ini diwujudkannya lewat rumah sakit apung yang datang ke daerah-daerah terluar, tertinggal dan terjauh untuk memberikan pelayanan medis gratis.

"Saya mulai dengan sebuah rumah sakit yang sangat kecil. Pinisi kapalnya, kapal kayu yang tua. Saya beli kapal barang dengan menjual rumah saya untuk downpayment-nya, lalu dicicil selama setahun. Tiga tahun lamanya, saya pergunakan waktu untuk merubah sepotong demi sepotong sampai akhirnya menjadi sebuah rumah sakit apung," ujarnya.

Dia melanjutkan, dan pada tanggal 16 Maret 2013, kapal itu melakukan pelayaran perdana. Di situ saya mulai belajar untuk melakukan operasi di atas kapal.

Namun, awal mula RS Apung sama sekali tidak mudah. Semua biaya dari awal hingga operasional berasal dari kantungnya sendiri.

Dia pun harus mengoperasikan RS Apung itu sendirian dengan seorang perawat yang dibawanya sendiri dari tempat dinas.

"Saya sendiri (mengoperasikan). Siapa yang mau diajak? Tidak ada orang yang bersedia membantu, karena ide ini dianggap ide gila dan saya dinamakan 'Dokter gila' oleh orang-orang yang tidak setuju," tuturnya.

Kondisi baru mulai berbalik ketika dia diundang ke acara Kick Andy pada tahun 2014. Dokter Lie dengan ide rumah sakit apungnya menjadi Kick Andy Hero. Dari situlah, sumbangan demi sumbangan masuk.

Kini, doctorSHARE telah berkembang menjadi tiga kapal, satu klinik gizi di Pulau Kei, satu klinik TBC di Pulau Sentani, Flying Doctor atau dokter terbang dan tim darurat untuk bencana. Dana yang dibutuhkan untuk kelangsungan doctorSHARE pun mencapai puluhan miliar.

"Itu sudah tidak sanggup lagi saya (menanggung sendirian)," ujarnya.

Tanpa bantuan dana dari pemerintah, doctorSHARE pun harus mengandalkan donasi dari masyarakat. Namun, donasi juga tidak selalu mencukupi. Bila sedang kurang, dokter Lie berkata bahwa doctorSHARE terpaksa mengurangi pelayanan.

Dengan segala keterbatasan, termasuk finansial, Dokter Lie punya banyak rencana besar bagi doctorSHARE. Salah satunya memperbanyak rumah sakit apung.

"Untuk negara sebesar Indonesia, tiga kapal sangat kurang. Kita, Indonesia, membutuhkan lebih banyak rumah sakit apung lagi. Tapi ya, SDM terbatas. Finansial juga terbatas. Dengan demikian, kapal juga terbatas," ujarnya.

Sementara itu, ditemui dalam kunjungan ke Rumah Sakit Apung (RSA) Nusa Waluya II, Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan dr. Tri Hesty Widyastoeti, Sp.M, MPH, mengungkapkan apresiasinya terhadap doctorSHARE.

"Buat kami ya, adanya doctorSHARE itu sangat bermanfaat. Terutama kita kan berbagai kepulauan ya, ini sangat penting. Kita tahu SDM dan rumah sakit itu kadang2 tidak bisa menjangkau daerah terpencil, kepulauan dan perbatasan. Jadi kami dari Kementerian Kesehatan sangat mendukung," ujarnya.

Terkait bantuan dana, Tri mengatakan, kita tentu bisa merencanakan hal itu. Jadi lewat filantropis dan sebagainya, kita bisa carikan itu.

https://sains.kompas.com/read/2019/12/11/190400523/10-tahun-doctorshare-dokter-gila-lie-dharmawan-kisahkan-awal-rs-apung

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke