Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Integrasi Jadi Tantangan Tatalaksana Imunologi di Indonesia

KOMPAS.com - Autoimun menjadi persoalan yang akhir-akhir ini semakin marak diperbincangkan. Beberapa publik figur menderita penyakit ini, salah satunya Ashanty. 

Disampaikan oleh ahli imunitas Prof Dr dr Iris Renggaris SpPD-KAI FINASIM, autoimun merupakan penyakit sistem imun yang paling sering ditemukan.

Apa itu autoimun?

"Autoimunitas terjadi ketika sel-sel dalam sistem imun melanggar batas toleransi dan tidak dapat membedakan antara diri sendiri (self) dan benda asing (non-self)," kata dr Iris dalam acara pengukuhannya sebagai Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Sabtu (7/12/2019).

Untuk diketahui, ada lebih dari 100 jenis penyakit autoimun. Beberapa di antaranya melibatkan beberapa sistem organ, seperti Lupus Eritematosus Sistemik (Lupus) dan Sindrom Sjögren.

"Autoimunitas merupakan contoh utama diperlukannya kerja sama lintas bidang keilmuan dalam imunologi," ujarnya.

Kondisi ini merupakan salah satu penyakit manusia yang sangat kompleks dan melibatkan berbagai spesialisasi atau subspesialisasi ilmu kedokteran.

Menurut dr Iris, keterkaitan antara faktor genetik dan lingkungan memainkan interaksi kompleks yang tidak bisa dikuasai oleh satu bidang keilmuan saja.

Sistem imun (kekebalan tubuh)

Sistem imun (kekebalan) tubuh pada semua organisme dalam ilmu biomedis termasuk dalam kajian imunologi.

Hal itu juga terkait dengan segala hubungannya sistem imun atau kekebalan tubuh dengan berbagai kondisi penyakit, salah satunya autoimun tersebut.

"Sistem imun manusia sangat kompleks. Terdiri dari berbagai jenis sel, jaringan, dan organ di dalam tubuh," kata dia.

Setiap struktur mempunyai peran unik, mampu mengenali antigen atau benda asing yang berbeda-beda, berkomunikasi satu dengan lainnya dan melakukan fungsinya secara terkoordinasi seperti suatu orkestra.

Ruang lingkup imunologi sangat luas. Imunologi adalah cabang ilmu terapan mengenai penyakit-penyakit terkait sistem imun.

"Kompleksnya Imunologi telah merambah ke berbagai bidang ilmu terkait, bahkan saat ini dikatakan hampir tidak ada spesialisasi kedokteran yang tidak mempunyai komponen Imunologi di dalamnya," ujarnya.

Bagaimana tantangan tatalaksana imunologi di era kedokteran modern?

Dalam dua dekade terakhir kemajuan pesat di bidang imunologi tampak lewat perkembangan vaksin baru, imunoterapi kanker, penguraian gen-gen yang terlibat dalam sistem imun, serta peran stabilitas mikrobiom yaitu kumpulan mikrobiota (bakteri, virus, jamur), dan gen-gen mereka dalam mencegah penyakit terkait sistem imun.

dr Iris menyebutkan bahwa tantangan layanan imunologi di era kedokteran modern adalah integrasi berbagai disiplin ilmu kedokteran, karena bersifat kompleks dan multidisiplin.

"Penatalaksanaan penyakit-penyakit terkait sistem imun memerlukan kerja sama antar berbagai spesialis dan ditujukan pada kondisi spesifik pasien, termasuk imunogenetik yang mendasarinya," ujarnya.

Terlepas dari berbagai kemajuan pengobatan, pencegahan dan pengendalian faktor risiko juga perlu mendapat perhatian serius.

Perlu ada terobosan baru dengan teknologi informasi yang makin maju untuk membantu edukasi masyarakat terkait terapi dan pencegahan penyakit terkait sistem imun.

Kerja sama yang baik antara institusi pendidikan, pemerintah, organisasi seminat dan komunitas penyintas autoimun. Serta untuk pihak industri, diperlukan untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan, program skrining, dan penelitian sehingga pada akhirnya dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas penyakit imunologi di Indonesia.

https://sains.kompas.com/read/2019/12/09/120400523/integrasi-jadi-tantangan-tatalaksana-imunologi-di-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke