Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Serba-serbi DBD: Penyebab, Gejala, sampai Tanaman Penghalau Nyamuk

Gigitan si nyamuk belang Aedes aegypti inilah yang membuat seseorang mengalami DBD.

Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, sekitar 50 juta orang di seluruh dunia terinfeksi virus dengue setiap tahunnya.

Spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Jakarta, dr. Gustan Syahri, SpPD menjelaskan, ada 4 jenis virus atau dikenal sebagai serotipe yang menjadi penyebab DBD.

Serotipe tersebut yaitu dengue-1 (DEN-1), DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.

Dari keempat serotipe tersebut, dikatakan Gustan, DEN-3 yang paling ganas menyerang.

Namun, sampai saat ini belum ada hasil penelitian serulogi untuk mengetahui dampak serangan dan ciri khusus DEN-3.

"Yang paling parah memang DEN-3, tapi kalau antibodi manusia terhadap DEN-3 sudah terbentuk, dia akan tahan," kata Gustan seperti yang dilansir dari artikel Kompas.com (3/4/2013).

Lalu, bagaimana Anda dapat mengetahui gejala DBD?

Kuncinya, demam mendadak tinggi

Dilansir dari artikel Kompas.com (7/6/2014), dokter spesialis ilmu penyakit dalam FKUI/RSCM Leonard Nainggolan mengatakan, perlunya melakukan pengamatan tanda-tanda saat demam.

Biasanya, demam yang terjadi akibat DBD terjadi secara tiba-tiba. Misalnya, ketika malam hari Anda tiba-tiba mengalami demam, padahal Anda merasa sehat sejak siang hari.

Selain itu, jika Anda mengalami gejala lain saat demam, seperti sakit kepala, nyeri di belakang mata, nyeri otot, nyeri tulang, ruam (bercak merah) di kulit, serta ada tanda pendarahan misalnya mimisan, dan kadar leukosit atau sel darah putih yang rendah, maka hal ini harus dicurigai sebagai tanda DBD.

Alasan lain yang memungkinkan Anda terserang DBD adalah adanya anggota keluarga atau tetangga yang positif DBD.

Hal ini dikarenakan nyamuk yang menjadi vektor dari penyakit biasanya menggigit lebih dari satu orang untuk membuatnya kenyang.

"Minimal ada dua gejala yang timbul, maka perlu dipastikan apakah itu demam berdarah atau bukan dengan pemeriksaan laboratorium. Namun, kata kuncinya adalah demam mendadak tinggi” ujar Leonard.

Hingga saat ini, belum ada obat dan vaksin untuk menyembuhkan penyakit ini. Namun, Anda dapat melakukan upaya pencegahan dari nyamuk Aedes aegypti.

Pencegahan nyamuk Aedes aegypti 

Ahli entomologi, Warsito Tantowijoyo, PhD, memberikan cara untuk mencegah nyamuk penyebab DBD yang dinilai efektif dengan melakukan kebiasaan 3M dan 1M, yaitu menutup tempat penampungan air bersih, menguras tempat penampungan air bersih, dan mendaur ulang atau memusnahkan barang-barang bekas.

Selain itu, dilansir dari artikel Kompas.com (31/1/2019), Warsito juga menyarankan untuk menggunakan insektisida dengan tepat, memakai lotion anti nyamuk untuk melindungi kulit, dan memakai kelambu di dalam kamar.

Dr Syahribulan, M.Si., peneliti nyamuk dari Departemen Biologi Universitas Hasanuddin, menjelaskan pentingnya menutup atau menghilangkan penampungan air. Hal ini disebabkan karena nyamuk Aedes aegypti akan meletakkan telurnya dan berkembang biak.

"Seharusnya yang kita lakukan adalah menghilangkan tempat-tempat air yang bisa menjadi tempat (nyamuk Aedes aegypti) berkembang biak," ujar Syahribulan.

Selain itu, Syahribulan mengingatkan untuk menyikat wadah air meskipun jentik sudah tidak terlihat. Pasalnya, telur nyamuk Aedes aegypti sangat kecil dan lengket. Sehingga, telur nyamuk Aedes aegypti masih melekat pada wadah dan menetas kembali bila bertemu dengan air.

Cara lain yang dapat Anda lakukan untuk mencegah DBD adalah dengan menaruh atau menanam tanaman penghalau nyamuk Aedes aegypti.

Berdasarkan artikel Kompas.com (31/1/2019), tumbuhan tersebut adalah cengkeh, kunyit, sereh, nilam, Lemon Eukaliptus, kenikir, rosemary, dan jahe.

https://sains.kompas.com/read/2019/12/09/072344223/serba-serbi-dbd-penyebab-gejala-sampai-tanaman-penghalau-nyamuk

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke