KOMPAS.com - Sejak bulan Agustus 2019 sampai awal Desember 2019, sudah ada 20.500 ekor babi yang mati di Sumatera Utara.
Pengamatan gejala klinis di lapangan, perubahan patologi, dan pengujian laboratorium di Balai Veteriner Medan terhadap sampel darah dan organ yang berasal dari babi yang mati (sakit) pada bulan Oktober dengan menggunakan RT PCR menunjukkan sejumlah sampel positif terhadap virus African Swine Fever (ASF).
Apa itu ASF?
Dijelaskan oleh Ketua Umum PDHI, Drh H Muhammad Munawaroh MM, penyakit ASF merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus ASF dari genus Asfivirus dan famili Asfarviridae.
"Penyakit ini berbeda dengan penyakit kolera babi atau hog cholera atau classical swine fever (CSF), yang disebabkan juga oleh virus, namun virusnya yang berbeda," kata Munawaroh kepada kompas.com, Jumat (6/12/2019).
Virus CSF dari genus Pestivirus dan famili Flaviviridae, tetapi kedua penyakit tersebut tidak dapat diobati dengan antibiotik karena bukan disebabkan oleh bakteri.
Penyebaran ASF di Indonesia
Penyakit ASF menyerang hewan babi, baik domestik ataupun babi liar, dengan tingkat kematian tinggi pada babi yang terinfeksi.
"ASF ini terjangkit di hampir semua negara, dan juga termasuk virus yang sangat mudah dan cepat sekali penyebarannya," jelasnya.
Menurut Munawaroh, penyebaran yang terjadi di Sumatera Utara Indonesia sangat mungkin sekali disebabkan oleh seseorang yang datang ke sana membawa produk daging babi atau makanan babi yang sudah terinfeksi oleh virus ini.
"Virus ini sangat mudah menyerang, mungkin saja ada yang membawa produk daging babi atau makanan untuk babi yang sudah terinfeksi, kemudian babi setempat diberi makanan sisa (yang terinfeksi) dari pesawat itu juga bisa terjadi penularan," tuturnya.
Namun, hingga saat ini, di Indonesia baru Sumatera Utara yang teridentifikasi terjadi penyebaran virus ASF ini.
"Tetapi bukan berarti daerah lain akan aman dari ASF ini jika tidak segera dilakukan pencegahannya. Karena selain cepat menyebar, virus ini juga tidak ada obatnya," ujar dia.
Penularan virus ASF
Penularan virus ASF antar babi terjadi akibat kontak dengan babi yang sakit, serta kontak dengan cairan yang keluar dari babi sakit atau mati seperti air kencing, kotoran, air liur, dan darah.
"Virus ASF menginfeksi babi melalui pernapasan dan mulut atau ingesti makanan atau minuman," kata dia.
Begitu juga dengan lewat kontak dengan manusia. Peralatan, pakaian, sepatu atau alas kaki, dan makanan yang tercemar virus dengan babi yang sakit atau mati dapat menularkan virus ASF ke babi lain.
Selain itu, virus ASF ini dapat pula ditularkan melalui caplak dari genus Ornithodoros.
Namun, ditegaskan oleh Munawaroh juga bahwa penyakit ASF ini hanya menyerang atau menjadi penyakit pada babi saja, tidak pada hewan ternak lainnya dan juga manusia.
"Penyakit ASD pada babi tidak menular ke manusia, juga hewan lainnya," ucap dia.
Jika manusia memakan daging babi yang terdapat virus ASF, maka manusia yang memakan daging babi tersebut tidak akan tertular virus ASF itu, serta virus ASF juga tidak akan dapat ditemukan dalam kotoran atau feses manusia.
Gejala penyakit ASF
Ada beberapa gejala yang dapat terlihat secara jelas pada babi yang terinfeksi seperti berikut:
- Demam tinggi
- Lesu
- Tidak mau makan
- Kulit kemerahan pada daun telinga dan bagian tubuh lainnya
- Muntah kuning dampai dengan berdarah
- Semua tanda di atas juga diikuti dengan kematian babi dalam jumlah banyak.
Pencegahan
Sampai saat ini, kata Munawaroh, belum ada pengobatan dan juga vaksin untuk mencegah penyakit ASF pada babi. Namun, virus ini sangat mematikan pada babi jika tidak dicegah.
Oleh karena itu, tindakan pencegahan yang disarankan adalah menjalankan biosekuriti yang baik di peternakan, agar babi yang lain tidak tertular, yaitu seperti berikut:
1. Menjaga kesehatan babi dengan memberikan pakan yang baik. Jangan berikan pakan babi dengan sisa makanan restoran atau hotel. Jika menggunakan makanan dari sisa-sisa makanan restoran atau hotel, maka makanan tersebut harus dimasak mendidi terlebih dahulu sekurang-kurangnya satu jam agar bebas dari virus ASF.
2. Menjaga kebersihan kandang
3. Memisahkan babi yang sakit dari babi-babi yang sehat
4. Tidak mengizinkan orang lain yang telah berkunjung ke kandang babi lain untuk masuk peternakan babi kita.
5. Mencelupkan alas kaki atau sepatu kandang dalam desinfektan sebelum memasuki kandang babi.
6. Senantiasa mencuci tangan dengan sabun sebelum masuk ke dalam kandang babi dan setelah keluar dari kandang babi.
7. Jika menemukan babi yang sakit, segera hubungi petugas dari dinas yang membidangi kesehatan hewan atau dokter hewan atau paramedis di wilayah terdekat.
https://sains.kompas.com/read/2019/12/06/193200323/apa-itu-african-swine-fever-penyebab-kematian-20.500-babi-di-sumut-