KOMPAS.com - Misi penyelidikan Matahari yang dilakukan wahana penjelajah Parker berhasil mengumpulkan sejumlah data penting.
Wahana yang dikirim NASA pada Agustus 2018 itu mengumpulkan sejumlah data menggunakan instrumen ilmiah mutakhir dari jarak 15 juta mil.
Apa yang dilakukan NASA denagn wahana penjelajah Parker tercatat sebagai, teknologi bikinan manusia yang berada sangat dekat dengan matahari.
Kini, ilmuwan mulai merilis temuan apa saja yang diperoleh wahana Parker.
Data yang diterbitkan dalam 4 makalah di jurnal Nature mengungkap, bagaimana memahami cara bintang lahir, berevolusi, mati, serta pemahaman mengenai Matahari itu sendiri.
"Saat pertama kali mulai melihat data, kompleksitasnya mengejutkan kami," kata Stuart Bale, peneliti dari University of California, Berkeley, dilansir Science Alert, Rabu (4/12/2019).
Ada beberapa temuan dari data yang dihasilkan wahana penjelajah Parker.
Matahari menghasilkan angin matahari yang terus menerus membombardir medan magnet Bumi. Terkadang angin tersebut mengakibatkan gangguan pada sistem satelit dan komunikasi.
Hal ini memberi pemahaman yang lebih baik terkait bagaimana angin matahari dihasilkan.
Ini juga dapat membantu para peneliti menemukan cara untuk melindungi Bumi dari badai matahari di masa depan.
Dilansir Newsweek, Rabu (4/12/2019), pengamatan menunjukkan kalau angin matahari berasal dari lubang besar di korona.
Tapi bagaimana proses pembentukkannya, para ahli pun belum mengetahuinya dan memerlukan studi lebih lanjut.
Selain itu, Justin Kasper, peneliti dari University of Michigan mengungkap bahwa angin matahari berputar mengelilingi Matahari dengan kecepatan hampir sepuluh kali lebih besar dari yang diperkirakan.
Temuan lain yang mengejutkan adalah mengenai perilaku aneh medan magnet yang memancar dari Matahari. Medan magnet itu tiba-tiba berputar bolak balik.
"Matahari adalah satu-satunya bintang yang dapat kita periksa dengan cermat. Dan mendapatkan data dari sumbernya membuat merevolusi pemahaman kita mengenai Matahari serta bintang-bintang di seluruh alam semesta," tambah Nicola Fox, direktur Divisi Heliofisika NASA.
Sebagai informasi, wahana penjelajah Parker akan terus melanjutkan misinya dan berusaha lebih dekat lagi ke Matahari pada 29 Januari 2020. Kita nantikan temuan apa lagi dari bintang yang menjadi sumber kehidupan Bumi ini.
https://sains.kompas.com/read/2019/12/06/183200723/misi-nasa-sentuh-matahari-ungkap-perilaku-rumit-yang-mengejutkan