Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

#WeAreWithDaniel, Bukti Nyata Ujaran Kebencian Picu Depresi

KOMPAS.com - Di Twitter saat ini sedang ramai digaungkan tagar #WeAreWithDaniel. Lebih dari 300 ribu twit menggunakan tagar ini.

Hal ini dipicu oleh beredarnya kabar penyanyi asal negeri ginseng, Kang Daniel, yang memutuskan untuk rehat sejenak dari segala aktivitas di panggung hiburan, termasuk istirahat dari promosi lagu terbarunya "TOUCHIN".

Kabar ini didapat dari label musik Kang Daniel, Konnect Entertainment.

Konnect menyebut, salah satu alasan Kang Daniel hiatus karena masalah kesehatan mental dan fisik yang dialami sang idol.

"Awal tahun ini, Kang Daniel mengalami masalah kesehatan yang memperburuk sistem imunnya. Dan perisa ke rumah sakit untuk mengatasi gejala kecemasan yang dialaminya," kata Konnect sebagaimana dikutip dari Allkpop, Rabu (4/12/2019).

"Dokter mendiagnosa dia mengalami depresi atau ketidakstabilan mental. Sejak saat itu, Kang Daniel secara rutin melakukan pengobatan untuk mengatasi masalahnya tersebut," kata mereka melanjutkan.

Pada Senin kemarin (3/12/2019), Kang Daniel mengunggah sejumlah pesan di laman fan page official-nya.

Dalam pesan tersebut, Kang Daniel mengaku lelah dengan semua ujaran kebencian dari hatters dan berharap seseorang bisa menyelamatkannya.

Kasus artis atau tokoh publik depresi karena ujaran kebencian bukan baru kali ini saja terjadi.

Sebelumnya ada mendiang Sulli F(x) dan Goo Hara yang diketahui sempat mengalami depresi dan mengaku lelah sebelum akhirnya ditemukan meninggal dunia.

Rasa lelah karena pekerjaan ditambah lagi semua komentar yang datang kepada artis atau tokoh terkenal sangat mungkin terjadi.

Situasi seperti ini tak hanya dialami oleh bintang saja. Semua manusia dengan berbagai macam pekerjaan pun dapat merasakannya.

Menurut dokter spesialis kesehatan jiwa, dr. Dharmawan AP, SpKJ, mengatakan, adanya media sosial membuat aneka komentar dengan mudah membanjiri laman orang lain.

"Orang terkenal enggak punya privasi, sering disorot. Terlebih lagi sejak ada media sosial. Artis ngapain sedikit terus dikomentari, 'masa artis kayak gitu'. Padahal artis kan juga manusia," kata Dharmawan dalam wawancara denagn Kompas.com (25/11/2019).

Tekanan yang terus datang dari media sosial inilah yang pada akhirny membuat artis menjadi depresi.

Dalam kesempatan berbeda, seorang psikolog dari Personal Growth, Linda Setiawati mengatakan, perilaku cyberbullying atau perundungan di sosial media dapat dilakukan secara langsung kepada korban dan tidak langsung.

Aneka ujaran kebencian yang dilayangkan di jagat maya dapat memberi dampak negatif untuk psikis, fisik, dan juga perubahan perilaku seseorang.

Awalnya, korban ujaran kebencian di dunia maya akan merasa takut, marah, sendirian, tidak puas dengan diri sendiri, dan kepercayaan diri menurun karena terlalu sering membaca hal-hal negatif yang berkaitan dengan dirinya.

Keadaan ini pada akhirnya membuat korban cyberbullying sulit tidur atau insomnia, dan lebih memilih mengurung diri untuk menghindari lingkungan sosial.

"Saat kondisi semakin parah, korban bisa mengalami gejala depresi atau cemas," kata Linda diwawancarai Kompas.com (16/10/2019).

Perasaan depresi dan cemas karena ujaran kebencian muncul karena apa yang dilihat dalam dunia maya telah memengaruhi kepercayaan dan keberhargaan diri.

"Korban cyberbullying merasa tidak berharga, tidak berguna, dan fokus pada pendapat orang lain yang bersifat negatif. Akibatnya perasaan sedih muncul berkepanjangan," ungkap Linda.

Namun perlu diketahui juga, dampak cyberbullying dapat berbeda-beda.

Hal ini tergantung pada kecenderungan kepribadian setiap orang maupun toleransi terhadap tekanan sosial yang berbeda.

"Ada orang yang bisa lebih cuek ketika membaca komentar negatif yang dituliskan orang lain, namun ada juga yang menjadi cemas setelah membaca satu komentar negatif," ujarnya.

https://sains.kompas.com/read/2019/12/04/132515023/wearewithdaniel-bukti-nyata-ujaran-kebencian-picu-depresi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke