Sebagian wilayah pulau Jawa akan memasuki musim hujan pada Dasarian I (10 hari pertama) dan Dasarian II (10 hari kedua) bulan Desember.
Mundurnya musim hujan di Indonesia menimbulkan pertanyaan baru, apa yang menyebabkan mundurnya musim hujan tahun ini?
Indra Gustari selaku Kepala Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG menjelaskan, perubahan musim hujan disebabkan oleh kondisi dinamika atmosfer.
"Pada saat rilis di bulan Agustus lalu, kita (BMKG) memprediksi awal musim hujan akan mundur antara 10 sampai lebih dari 30 hari. Itu berdasarkan kondisi dinamika atmosfer saat itu. Setelah kita evaluasi sampai awal Desember ini, ternyata beberapa daerah lebih mundur lagi," ujar Indra kepada Kompas.com, Senin (2/12/2019).
Beberapa daerah yang musim hujannya mundur sebagian besar ada di selatan Indonesia.
Umumnya bagian selatan Sumatera, Bali, Jawa, Nusa Tenggara, dan bagian selatan Kalimantan, yaitu tipe daerah yang tipe hujan monsunal.
Menurut Indra, mundurnya musim hujan di daerah selatan Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor.
"Faktor utamanya adalah menguatnya Dipole Mode Positive di Samudera Hindia, anomali suhu muka laut yang dingin di perairan Indonesia, serta terlambat datang monsun Asia ke wilayah kita," kata Indra.
Dipole mode positif merupakan fenomena anomali suhu permukaan air laut di Samudera Hindia tropis bagian barat yang lebih besar dari pada di Samudera Hindia tropis bagian timur.
Fenomena ini mengakibatkan peningkatan curah hujan dari normalnya di pantai timur Afrika dan Samudera tropis Hindia bagian barat.
Sementara untuk Samudera Hindia tropis bagian timur mengalami penurunan curah hujan dari normalnya, dan mengakibatkan kekeringan di pantai Benua Maritim Indonesia (BMI).
Interaksi ketiganya membuat musim hujan mundur
Peristiwa gangguan Dipole Mode (DM), anomali muka laut yang dingin, dan keterlambatan monsun sebenarnya saling berhubungan. Ketiga faktor ini pula yang pada akhirnya membuat musim hujan mundur.
Adi Ripaldi, Kasubid Analisis Informasi Iklim BMKG menjelaskan hubungan ketiganya.
"Melihat perkembangan dinamika atmosfer dan laut hingga akhir November, masih kuatnya gangguan Dipole Mode di Barat Daya Sumatera, masih dinginnya laut sekitar Indonesia, menyebabkan pergantian angin musim atau Monsun kita terlambat," jelas Adi kepada Kompas.com, Senin (2/12/2019).
"Hal ini mengindikasikan awal musim hujan di sebagian besar wilayah di Pulau Jawa datangnya terlambat," imbuhnya.
Adi mengatakan, sekitar 74 persen wilayah Indonesia akan mengalami keterlambatan musim hujan 2019 karena peristiwa tersebut.
Diberitakan Kompas.com sebelumnya (30/11/2019), khusus DKI Jakarta awal dan pertengahan Desember diprediksi akan mulai masuk musim hujan.
Dari data yang disampaikan oleh Adi, terdapat 199 jumlah Zona Musim (ZOM) per wilayah dari seluruh wilayah Indonesia yang diprakirakan memasuki awal musim hujan pada Desember mendatang.
Jumlah wilayah yang diprakirakan memasuki awal musim hujan pada Desember adalah Sumatera (17), Jawa (98), Bali (13), Nusa Tenggara Barat (19), Nusa Tenggara Timur (21), Sulawesi (25), Maluku (4) dan papua (2). Sementara yang mengalami puncak hujan pada bulan yang sama hanya 18 ZOM, dengan rincian jumlah ZOM yaitu Sumatera (5), Sulawesi (2), Maluku (1) dan Kalimantan (10).
"Cuma enggak detail wilayahnya ini, hanya pulaunya saja yang disebutkan," ujar Adi dihubungi Sabtu (30/11/2019).
https://sains.kompas.com/read/2019/12/02/160752623/awal-musim-hujan-mundur-3-faktor-ini-yang-memicunya