KOMPAS.com – Bagi wanita yang telah menikah, penting untuk mengetahui dan mencatat dengan cermat siklus menstruasi. Hal ini karena jika sewaktu-waktu hamil, Anda punya catatan Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) yang menentukan usia janin dalam kandungan.
Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi (Kandungan dan Kebidanan) RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, dr Boy Abidin, Sp.OG(K), mengatakan bahwa usia janin untuk siap dilahirkan adalah antara 37 hingga 40 minggu.
“Usia tersebut dihitung dari HPHT, bukan pada saat pembuahan terjadi. Jadi dipastikan dulu HPHT-nya,” tutur dr Boy kepada Kompas.com, Jumat (29/10/2019).
Jika Anda ragu tentang HPHT, lanjut dr Boy, pada semester pertama kandungan (0-3 bulan) ada baiknya melakukan pemeriksaan.
“Saat hamil muda bisa diperiksa, biasanya dokter akan menentukan usia janin sesuai ukurannya. Jika masih di bawah tiga bulan, selisihnya sekitar tiga hari sampai satu minggu,” lanjutnya.
Namun jika Anda mengecek usia janin pada semester dua atau tiga kehamilan, dr Boy mengatakan, selisih usianya bisa cukup jauh yakni satu sampai dua bulan.
Kehamilan serotin
Mengapa usia janin sangat penting? Hal ini dilakukan agar bayi lahir dengan sehat terhindar dari kelainan bahkan kematian.
“Jika janin berada lebih dari 42 minggu dalam kandungan, maka menjadi kehamilan serotin atau bayi lewat waktu,” tutur dr Boy.
Seperti apa bayi yang serotin atau lewat waktu? dr Boy menuturkan, bayi serotin bisa jadi keriput, kering, bahkan ada risiko kematian.
“Bayi lewat waktu itu biasanya keriput, kering, kukunya panjang, kulitnya mengelupas. Bahkan dampak terparah, ya kematian,” tuturnya.
Mengapa bayi menjadi keriput dan berpotensi kematian? dr Boy menjelaskan, hal tersebut terjadi karena plasenta dan air ketuban pada ibu sudah tidak maksimal.
“Kualitas plasenta sudah menurun, kualitas ketuban sudah menurun,” tuturnya.
Oleh karena itu, jika bayi tak kunjung dilahirkan pada usia kehamilan 42 minggu, ada baiknya calon ibu melakukan operasi caesar.
https://sains.kompas.com/read/2019/11/29/130300823/hamil-lebih-dari-42-minggu-apa-dampaknya-