Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Bedak Ketiak yang Bikin Gadis Indonesia Ditahan di Singapura

KOMPAS.com – Seorang gadis asal Indonesia, Sharonia Paruntu, mengaku sempat ditahan 14 jam karena dikira membawa dan menggunakan narkoba.

Padahal, "narkoba" yang dimaksud adalah bedak ketiak atau bedak tawas. Namun, staf hotel tempat Sharonia menginap dan para polisi tidak memercayainya.

Baru setelah hasil uji laboratorium dan hasil tes urin keluar, Sharonia dan teman-temannya dilepaskan oleh polisi Singapura.

Di luar negeri, memang lebih dikenal deodoran yang berbentuk roll-on atau spray untuk menghilangkan bau ketiak.

Namun, di Indonesia bentuk deodoran lebih beragam, ada yang berbentuk tawas kristal seperti yang dimiliki oleh Sharonia dan ada yang berbentuk bedak.

Dilansir dari Healthline, tawas adalah deodoran alternatif yang terbuat dari garam mineral alami bernama potassium alum. Garam mineral ini memang memiliki efek antimikroba sehingga telah digunakan sebagai deodoran di negara-negara Asia Tenggara selama ratusan tahun.

Tawas bisa digunakan secara langsung dalam bentuk kristal dengan dibasahi terlebih dahulu atau dihaluskan hingga mirip bubuk seperti milik Sharonia.

Namun dikarenakan fungsinya hanya untuk mencegah pertumbuhan mikroba, tawas tidak menghentikan pengeluaran keringat. Itulah sebabnya, jika Anda baru berpindah dari deodoran dengan efek antiperspiran (antikeringat) ke tawas, Anda mungkin akan mendapati ketiak lebih basah dari biasanya. Selain itu, ada juga potensi peningkatan bau badan.

Sementara itu, bedak ketiak telah banyak tersedia secara komersial di Indonesia. Salah satu merek bedak ketiak yang paling terkenal di Indonesia mencantumkan triclosan, talcum dan parfum sebagai kandungan aktif di dalamnya.

Anda mungkin sudah tahu apa itu parfum, namun bagaimana dengan triclosan dan talcum yang merupakan komponen penting dari bedak ketiak?

Database PubChem dari National Institutes of Health (NIH) menulis bahwa triclosan (C12H7Cl3O2) adalah sebuah kandungan yang biasa ditemukan dalam produk-produk kebersihan diri, seperti sabun, krim kulit, pasta gigi dan deodoran.

Bahan ini memiliki fungsi antibakteri dan antifungal sehingga sangat efektif untuk digunakan sebagai pencegah bau badan.

Ketika masih murni, triclosan berbentuk bubuk kristal berwarna putih yang memiliki sedikit bau dan bisa sedikit larut dalam air.

Sementara itu, talcum (Mg3Si4O10(OH)2) seperti dilansir dari situs resmi Badan Makanan dan Obat-obatan AS (FDA) juga merupakan bahan yang banyak digunakan dalam berbagai produk kosmetik, mulai dari bedak bayi hingga perona pipi.

Selain pada kosmetik, talc juga bisa ditemukan pada makanan dan permen karet atau pembuatan tablet obat.

Fungsinya sangat beragam, mulai dari menyerap kelembapan, membuat makeup menjadi lebih padat dan memperbaiki tekstur sebuah produk.

Ada banyak kekhawatiran terkait talcum, termasuk kaitannya dengan kanker. Namun, belum ada studi yang secara konklusif menunjukkan kaitannya. Para ahli justru lebih mencurigai kontaminasi asbestos pada talcum.

Untuk diketahui, baik talcum maupun asbestos merupakan mineral yang terbentuk secara alami dan bisa ditambang dari Bumi. Mereka bisa ditemukan dalam jarak dekat antara satu sama lain di Bumi. Hal ini pun meningkatkan kemungkinan talcum terkontaminasi oleh asbestos.

Berbeda dari talcum yang hingga kini belum diketahui kaitannya terhadap kanker, asbestos telah dipastikan sebagai senyawa penyebab kanker (karsinogen).

Oleh karena itu, sangat penting bagi penambang talcum untuk berhati-hati dalam memilih lokasi penambangan dan melakukan tes yang memadai.

https://sains.kompas.com/read/2019/11/26/183300423/mengenal-bedak-ketiak-yang-bikin-gadis-indonesia-ditahan-di-singapura

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke