Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Resisten Antimikroba Jadi Ancaman Terbesar Kesehatan Global

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan resistensi antimikroba (AMR) sebagai salah satu ancaman terbesar terhadap kesehatan masyarakat global saat ini.

AMR dapat memengaruhi tidak hanya kesehatan manusia, namun juga kesehatan hewan dan lingkungan yang berperan di sekitar.

Saat ini, sekitar 700.000 kematian per tahun dikaitkan dengan resistensi antimikroba, dan juga banyaknya jumlah hewan ternak yang mati akibat tidak mampu mengendalikan infeksi.

Ironisnya, jika tanpa adanya upaya pengendalian global, AMR diprediksi akan menjadi pembunuh nomor satu di dunia pada tahun 2050 dengan tingkat kematian mencapai 10 juta jiwa per tahun.

Jika hal itu terjadi, maka itu akan melampaui kematian yang disebabkan penyakit jantung, kanker dan diabetes. Bahkan akan menimbulkan krisis ekonomi global.

Apa itu AMR?

Pada umumnya banyak orang hanya mengenal antibiotik. Nah, antibiotik hanyalah bagian dari antimikroba (AMR).

Mikroba melingkupi di dalamnya berbagai organisme yaitu virus, bakteri (bios/biotik), jamur, protozon ataupun parasit. Oleh karena itu, antimikroba (AMR) merupakan obat yang penting untuk mengobati infeksi pada manusia dan hewan yang diakibatkan oleh organisme jahat mikroba yang menyerang tubuh.

Sifat dari antimikroba adalah menghambat perkembangbiakan organisme jahat yang ada tersebut.

Dokter anak Purnamawati Sujud SpA, mengatakan bahwa antimikroba ini baik untuk pengobatan. Tapi kalau tubuh sudah resisten (menolak) terhadap antimikroba ini maka penyakit akan sulit disembuhkan.

"Antimikroba adalah satu jenis obat-obatan yang memiliki fungsi untuk membunuh atau menghambat laju pertumbuhan mikroba, dimana salah satunya adalah antibiotik. Dan antibiotik digunakan untuk menyembuhkan infeksi bakteri pada manusia dan hewan," kata Wati dalam acara pekan kesadaran antibiotik sedunia 2019 di Lampung, Kamis (21/11/2019).

"Jadi memang, masyarakat pada umumnya mengenal yang namanya antibiotik. Kalau sakit mintanya diresepkan antibiotik, atau bahkan langsung beli antibiotik di toko obat, tapi itu sebenarnya tidak benar," imbuhnya.

Untuk diketahui oleh masyarakat, kata Wati, bahwa penggunaan antibiotik pada sakit yang diakibatkan oleh organisme bukan bakteri justru salah kaprah dan tidak membantu pengobatan. Melainkan membuat bakteri di tubuh resisten terhadap obat antibiotik.

Resisten AMR

Resisten AMR merupakan suatu ketidakmampuan antimikroba untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroba, sehingga penggunaannya sebagai terapi penyakit infeksi menjadi tidak efektif lagi.

Penggunaan antimikroba yang tidak tepat di sektor agrikultur (peternakan, pertanian, perikanan) dan kesehatan manusia mempercepat laju resisten bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik (superbugs).

Risiko resisten AMR adalah setiap kali antimikroba digunakan secara berlebihan atau digunakan secara tidak tepat, bakteri menjadi resisten terhadap mikroba.

Begitu bakteri resisten, maka antimikroba menjadi tidak efektif dan tidak bisa lagi mengobati penyakit. Hal itulah yang dikenal dengan Antimicrobial Resistance (AMR) atau resisten antimikroba.

Perwakilan FAO Indonesia, drh Erry Setyawan menjelaskan jika seseorang menderita batuk atau flu, yang diberi obat antibiotik akan cenderung sangat berpotensi mengalami resisten antibiotik dan antimikroba.

Hal itu dikarenakan, penyebab batuk atau pilek adalah infeksi oleh organisme virus, bukan bakteri. Saat seseorang selalu berupaya menyembuhkan diri dari batuk atau pilek dengan mengkonsumsi antibiotik, yang diserang oleh antibiotik adalah bakteri dalam tubuh, bukan sumber penyakit yaitu virus.

"Jika resisten antimikroba itu terjadi, maka orang tersebut akan sulit menerima obat antimikroba yang standarnya diberikan saat dia mengidap sakit. Alhasil harus mencari antimikroba lain," kata Erry dalam kesempatan yang sama.

https://sains.kompas.com/read/2019/11/24/100400923/resisten-antimikroba-jadi-ancaman-terbesar-kesehatan-global

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke