KOMPAS.com - Ada laporan, Jakarta terindikasi rentan terkena likuefaksi.
Hal ini berdasar data peta 100:1.000 atau 1:100.000 yang dimiliki kementerian ESDM.
"Berdasarkan data peta kami, peta 100:1.000, Jakarta memiliki kerentanan terjadi likuefaksi. Tapi ini masih menggunakan data regional, belum lokal. Jadi potensi secara detailnya belum bisa kami pastikan," kata Ginda Hasibuan, Kepala Sub-Bidang Evaluasi Geologi Teknik Kementerian ESDM di Jakarta, Kamis (21/11/2019).
Likuefaksi merupakan fenomena meluluhnya massa tanah akibat guncangan gempa yang menyebabkan tanah kehilangan kekuatan.
Likuefaksi sendiri ada yang berupa aliran seperti yang terjadi di Palu tahun lalu, ada yang mengakibatkan retakan tanah hingga menimbulkan semburan pasir, atau turunnya permukaan tanah.
Lantas, bagaimana cara mengetahui tanah yang kita tinggali rentan terkena likuefaksi atau tidak?
Pakar likuefaksi LIPI, Adrin Tohari menerangkan, ada beberapa ciri atau tanda suatu tanah rentan berpotensi likuefaksi.
1. Lokasi tempat tinggal tersusun oleh lapisan pasir.
"Pasirnya bisa pasir pantai, pasir sungai di daerah aliran sungai, dan satu lagi bisa juga pasir dari erupsi gunung api seperti di Jogja atau Bantul," kata Adrin dihubungi Kompas.com, Jumat (22/11/2019).
Selain itu, pasir yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggal itu tidak padat.
Untuk mengetahui padat atau tidaknya suatu pasir, Anda bisa mengambil sedikit pasir di dekat rumah, kemudian dilihat apakah gembur atau tidak.
2. Kedalaman muka air tanah
Likuefaksi bisa terjadi apabila muka air tanah dangkal. Kategori muka air tanah sampai kedalaman 10 meter masih disebut dangkal.
"Semakin dalam muka airnya, maka potensi (likuefaksi) semakin rendah. Semakin dangkal muka air tanahnya, maka potensinya semakin tinggi," terang Adrin.
3. Diguncang gempa dahsyat dan lama
Syarat ketiga, likuefaksi dapat terjadi di daerah yang rawan gempa.
Namun, gempa yang bisa menimbulkan likuefaksi adalah gempa yang kekuatannya lebih dari M 6,0 dan durasinya lebih dari satu menit.
Adrin berkata, bila ada gempa besar tapi sumbernya jauh dari tempat tinggal kita, dan hanya terjadi dalam waktu singkat, maka likuefaksi tidak akan terjadi.
4. Penelitian mendalam
Selain ketiga syarat di atas, Adrin menambahkan, untuk mengetahui suatu wilayah berpotensi atau rentan terhadap fenomena likuefaksi, maka diperlukan penelitian kepadatan dan kekuatan lapisan tanah di bawah permukaan tanah secara detail.
"Penelitiannya bisa menggunakan metode uji lapangan berupa standard penetration test (SPT), cone penetration test (CPT), dan shear wave velocity survey (Vs)," kata Adrin.
Penelitian ini diperlukan guna mengetahui derajat kerentanan secara pasti dan dampak yang ditimbulkan oleh fenomena likuefaksi tersebut.
Jika ada potensi likuefaksi, ahli dapat memprediksi jenis mana yang akan terjadi. Apakah yang menyebabkan penurunan tanah, pergerakan leteral, pergerakan osilasi, atau likuefaksi aliran.
Riset Jakarta
Pada 2015, Adrin dan tim pernah meneliti potensi likuefaksi di Jakarta Utara.
Dari penelitian kepadatan dan lapisan tanah di bawah permukaan tanah, Adrin menemukan Jakarta Utara memiliki lapisan lempung yang cukup tebal, kemudian di bawah lapisan lempung baru ditemukan sedikit lapisan pasir.
Karena hal inilah, kawasan Jakarta Utara memiliki potensi terkena likuefaksi yang rendah.
"Hasil penelitian saya (di kawasan) itu menunjukkan, ada potensi (likeufaksi). Tapi potensinya rendah," ungkap Adrin
Jika Jakarta Utara mengalami likuefaksi, yang terjadi adalah penurunan muka tanah tidak lebih dari lima sentimeter. Ini dapat dikatakan kerentanan likuefaksi yang rendah.
https://sains.kompas.com/read/2019/11/23/190300623/isu-jakarta-rentan-likuefaksi-begini-cara-tahu-tanah-rawan-luluh