Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Berkaca dari Cecep Reza, Begini Pedoman CPR untuk Serangan Jantung

KOMPAS.com - Mantan aktor cilik Cecep Reza (31), atau yang lebih dikenal sebagai Bombom dalam serial Bidadari, menghembuskan napas terakhir pada Selasa (19/11/2019).

Sejauh ini meninggalnya Cecep Reza diduga serangan jantung, karena yang diketahui istrinya Reta hanya tidur saja.

Dijelaskan dalam artikel sebelumnya, Dr dr Antonia Anna Lukito, SpJP(K), FIHA FSCAI, FAPSIC, dari Perhimpunan Intervensi Kardiologi Indonesia (PIKI) dan Pokja Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) mengatakan bahwa yang dialami Cecep Reza adalah serangan jantung mendadak.

Lantas, apa yang harus dilakukan pada orang yang mengalami serangan jantung mendadak?

Serangan jantung mendadak

Pada sebagian kecil kasus kematian jantung mendadak tidak memiliki gejala apapun.

"Pada umumnya, kasus kematian jantung mendadak karena gangguan irama jantung yang mendadak konslet," kata Antonia dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon, Rabu (20/11/2019).

Irama jantung mendadak konslet terjadi ketika jantung seseorang tiba-tiba berdetak sangat cepat, yakni 150 sampai 200 kali per menit. Padahal normalnya, jantung kita berdetak 60 sampai 80 kali per menit.

Saat jantung berdetak sangat cepat, jantung gagal mengalirkan darah ke seluruh tubuh, terutama otak.

Antonia menjelaskan, ketika otak tidak mendapat darah dalam waktu empat menit, maka seseorang akan langsung tidak sadarkan diri.

Antonia mengatakan, serangan jantung mendadak dapat terjadi kapan saja dan di mana saja, tak selalu saat tidur. Bisa terjadi saat di kantor, di mal, berolahraga, atau beraktivitas lainnya.

Yang harus diketahui dan dilakukan awam

"Dari perhimpunan jantung, kita selalu galakkan Basic Life Support (BLS). Itu yang harus diketahui oleh semua orang awam," ungkap Antonia.

BLS merupakan perawatan medis yang dilakukan pada korban penyakit atau cedera yang mengancam jiwa sampai mereka mendapat perawatan medis di rumah sakit.

Dilansir Hello Sehat, untuk kasus serangan jantung salah satu pertolongan pertama paling mendasar yang wajib diketahui adalah metode CPR (Cardiopulmonary Resuscitation atau Resusitasi Jantung).

CPR merupakan teknik penyelamatan nyawa dalam keadaan darurat, termasuk serangan jantung atau saat tenggelam, di mana pernapasan atau detak jantung seseorang berhenti seluruhnya.

Ketika jantung berhenti, kekurangan darah beroksigen dapat menyebabkan kerusakan otak hanya dalam beberapa menit. Seseorang mungkin meninggal dalam waktu delapan sampai 10 menit.

CPR membantu menjaga darah yang mengandung oksigen tetap mengalir ke otak dan organ vital lainnya sampai korban mendapatkan penanganan medis lebih lanjut untuk mengembalikan denyut jantung kembali normal.

Teknik ini bisa dilakukan dengan cara memberi napas buatan atau kompresi dada.

Pedoman CPR

CPR dapat dilakukan orang awam, dan berikut pedomannya:

Sebelum melakukan prosedur CPR, pastikan bahwa:

- Apakah orang tersebut sadar atau tidak?

Jika tampak sadar, coba goncangkan tubuhnya sambil terus ajak ia berkomunikasi.
Jika korban tidak memberikan respon apapun, hal pertama yang harus Anda lakukan adalah menelepon polisi (110) atau layanan gawat darurat (118/119), kemudian mulai pemberian CPR — kecuali jika orang tersebut kehilangan kesadaran akibat tercekik atau tenggelam. Pada kasus ini, mulai CPR terlebih dulu selama 1 menit, sebelum menghubungi bantuan.

Langkah-langkah melakukan CPR

Teknik CPR dibagi menjadi tiga tahap, yaitu: kompresi dada, bukaan jalur napas, dan napas buatan.

1. Kompresi dada: untuk mengembalikan sirkulasi darah

Pertama, baringkan korban di tempat aman dan rata, dengan permukaan cukup keras untuk mendukung postur tubuhnya. Berlutut di samping leher dan bahu korban.

Tempatkan tumit salah satu telapak tangan Anda tepat di tengah dadanya, di antara kedua puting susu. Letakkan tangan bebas Anda tepat di atas tangan yang satunya. Jaga agar posisi siku tetap lurus dan posisikan bahu Anda sejajar di atas kedua tangan Anda.

Gunakan berat tubuh bagian atas Anda untuk menekan dadanya (jangan hanya menekan dengan kedua tangan), sedalam 5 sentimeter. Tekan kuat-kuat dan cepat, dengan laju sekitar 100 kali kompresi per 1 menit.

Dengan catatan, jika Anda tidak memiliki latar belakang pelatihan CPR resmi sebelumnya, maka cukup lakukan kompresi dada tanpa diikuti oleh pemberian napas buatan sampai bantuan medis profesional tiba.

2. Buka jalur napas

Jika Anda memiliki latar belakang pelatihan pertolongan pertama, lanjutkan memeriksa jalur napasnya.

Setelah 30 kali kompresi dada, buka jalur pernapasan orang tersebut dengan menengadahkan kepalanya sedikit ke atas — taruh telapak tangan Anda di dahi orang tersebut dan dengan lembut dorong kepalanya menengadah ke atas.

Kemudian, angkat dagunya ke depan untuk membuka jalur pernapasan.

Periksa napasnya, namun jangan lebih dari 5-10 detik. Perhatikan kemungkinan pergerakan dada, dengarkan suara pernapasan (suara terengah yang kadang muncul, seperti hendak mengambil napas, tidak sama dengan pernapasan normal), dan rasakan embusan napasnya dengan mendekatkan pipi dan telinga Anda.

3. Berikan napas buatan

Jika ia tidak bernapas sama sekali, mulai berikan napas buatan dengan: mencubit hidungnya dan tempatkan bibir Anda di atas bibirnya sehingga membentuk segel rapat, dan hembuskan napas Anda ke dalam mulutnya.

Orang-orang yang tidak memiliki latar belakang CPR tidak perlu melakukan langkah ini — cukup kembali lanjutkan kompresi dada setelah tiap kali memeriksa pernapasan sampai korban sadar atau bantuan medis datang.

Berikan napas buatan pertama selama satu detik, dan periksa pergerakan dada. Jika tampak ada pergerakan, ulangi sekali lagi. Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan, kembali tengadahkan kepalanya ke atas, kemudian berikan napas buatan. Berikan 30 kali kompresi dada yang diikuti oleh dua kali napas buatan.

Jika masih tidak bergerak setelah 5 siklus kompresi dada-napas buatan (selama dua menit), orang tersebut kemungkinan tersedak. Setiap siklus berikutnya dari 100 kali kompresi dada, dan sebelum memberikan napas buatan, cek jika ada banda asing yang menyangkut dalam tenggorokannya. Jika ada dan memungkinkan, angkat benda tersebut.

Ulangi siklus sampai ada tanda pergerakan atau bantuan medis datang.

Pedoman di atas berlaku untuk orang dewasa, anak kecil, balita, dan bayi, namun tidak untuk bayi yang baru lahir.

Untuk anak-anak, berikan tekanan sedalam 5 sentimeter dengan satu tangan dan pastikan Anda tidak menekan tulang rusuknya, karena tulang-tulang ini masih ringkih dan dalam tahap pertumbuhan, rentan terhadap kerusakan.

Pada bayi, gunakan dua jari (bukan tumit telapak tangan) dan tekan ke bawah sedalam 2 centimeter saja, dan jangan menekan ujung tulang dadanya. Biarkan dada untuk naik seutuhnya di antara tekanan. Selain itu, pastikan untuk memberikan napas dengan hembusan yang lebih lemah lembut.

Informasi pelatihan CPR untuk area Jakarta dan sekitarnya:

SOS Training Program (terakreditasi oleh American Heart Association) : (021) 7505973, ext 8523 atau klik di sini
First Aid Training Sertifikasi Kementerian Tenaga Kerja: Jakarta (021) 53161424, 53161425 atau klik di sini
First Aid Training oleh Palang Merah Indonesia (PMI) klik di sini

https://sains.kompas.com/read/2019/11/20/172900623/berkaca-dari-cecep-reza-begini-pedoman-cpr-untuk-serangan-jantung

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke