JAKARTA, KOMPAS.com — Gunung Merapi kembali meletus pada Minggu (17/11) pukul 10.46 WIB. Menurut Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), kolom letusan Gunung Merapi mencapai tinggi sekitar 1.000 meter.
Terkait erupsi tersebut, ahli vulkanologi Surono menyebutkan bahwa hal ini disebabkan oleh kantong magma yang sudah mendekat ke permukaan.
“Aktivitasnya baru mulai terlihat tanggal 15, antara pukul 06.00 dan 24.00. Tiba-tiba ada lonjakan kegempaan di Merapi. Pertama tercatat 19 kali gempa, kemudian melonjak hingga 29 kali,” tutur pria yang biasa dipanggil Mbah Rono itu kepada Kompas.com, Minggu (17/11/2019).
Mendekatnya kantong magma ke permukaan kemudian menyebabkan letusan Gunung Merapi. Hal ini disyukuri Mbah Rono karena energi besar dari Gunung Merapi dilepaskan dan tidak dipendam.
“Letusannya sebanding dengan tahun 2017, tetapi tidak akan sebesar letusan tahun 2010. Sistemnya masih terbuka akibat letusan 2010 sehingga agak sulit bagi Merapi untuk menyimpan energi,” tuturnya.
Anggota Dewan Riset Nasional (DRN) Komisi Teknis (Komtek) Lingkungan dan Kebencanaan tersebut juga mengimbau masyarakat agar tidak panik. Gunung Merapi meletus untuk melepaskan energi agar tidak terjadi penumpukan dan agar erupsi besar seperti pada 2010 tidak terulang.
Adakah erupsi susulan?
Ada atau tidaknya erupsi susulan di Gunung Merapi, menurut Mbah Rono, bergantung pada aktivitas magma di dalamnya.
“Jika memang stagnan atau aktivitasnya menurun, berarti erupsi akan berhenti dengan sendirinya. Jika aktif dan di atas rata-rata, kemungkian masih ada letusan,” tuturnya.
Namun, ia menjelaskan bahwa letusan susulan dari Gunung Merapi kemungkinan tidak akan sebesar letusan pertama karena guguran kubahnya sudah cukup banyak.
“Ketika erupsi pertama tadi, guguran kubahnya sedikit meningkat jumlahnya. Arah letusannya ke barat karena anginnya memang ke arah sana. Materialnya bukan yang berat sehingga bisa tertiup angin. Berbeda dengan awan panas,” paparnya.
Menurut Mbah Surono, secara keseluruhan erupsi ini merupakan aktivitas yang baik karena energi terlepaskan dari Gunung Merapi. Masyarakat tidak perlu panik, tetapi harus tetap waspada dan mengikuti arahan pihak berwajib.
“Jangan membayangkan letusan seperti tahun 2010. Tidak mudah Merapi membuat letusan seperti itu. Sejak 2010 Merapi sudah berubah karakter,” ujarnya.
https://sains.kompas.com/read/2019/11/17/160245523/gunung-merapi-erupsi-surono-jangan-bayangkan-letusan-seperti-tahun-2010