KOMPAS.com - Setiap tanggal 5 November diperingati sebagai Hari Kesadaran Tsunami Sedunia alias World Tsunami Awareness Day.
Dilansir situs resmi Dongeng Geologi yang ditulis almarhum geolog Indonesia Rovicky Dwi Putrohari (6/11/2019), tsunami merupakan jenis bencana yang jarang terjadi tapi dampaknya bisa sangat mematikan.
Dalam 100 tahun terakhir, lebih dari 260.000 orang tewas dalam 58 bencana tsunami atau rata-rata sekitar 4.000 orang tewas karena tsunami.
Jika kita ingat bencana tsunami Aceh Desember 2004, itu adalah kejadian tsunami paling mematikan dalam sejarah.
Pasalnya, 227.000 orang dari 14 negara tewas dalam kejadian tersebut. Kawasan yang paling parah terkena dampaknya adalah Indonesia, Sri Lanka, India, dan Thailand.
Ratusan ribu nyawa melayang karena tsunami. Ini artinya, tsunami merupakan salah satu bencana yang paling banyak menelan korban jiwa hingga saat ini.
Inilah yang membuat Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menetapkan World Tsunami Awareness Day pada Desember 2015.
Kenapa dipilih tanggal 5 November?
Hari Kesadaran Tsunami Sedunia awalnya digagas Pemerintah Jepang yang memiliki banyak pengalaman pahit dalam menghadapi bencana tsunami di negaranya.
Pengalaman ratusan tahun membuat Jepang banyak melahirkan ahli di bidang kegempaan dan tsunami seperti ahli dalam membuat sistem peringatan dini tsunami dan membangun infrastruktur guna mengurangi dampak bencana tsunami di masa yang akan datang.
Tanggal 5 November dipilih untuk menghormati kisah nyata dari Jepang Inamura-no-hi, yang berarti api dari tumpukan padi.
Kisah ini bercerita tentang bencana tsunami yang disebabkan gempa bumi di Ansei-Nankai, Jepang pada 1854.
Tsunami itu menerjang sebuah kampung kecil di Peninsula Kii (sekarang Hirokawa), sebelah barat Jepang.
Seorang kepala kampung dan petani di daerah tersebut yang bernama Hamaguchi Goryo, berhasil menyelamatkan seluruh warganya dengan cara unik.
Saat ia melihat arus laut tiba-tiba surut, Hamaguchi berpikir bencana tsunami akan datang.
Tanpa berpikir panjang, ia langsung membakar lumbung padi miliknya yang berada di atas bukit. Hal ini dilakukan agar warganya naik atas bukit untuk memadamkan kobaran api tersebut.
Siapa sangka, apa yang dilakukan Hamaguchi dapat menyelamatkan seluruh warga. Dan hal inilah yang disarankan para ahli jika ada peringatan tsunami, yakni pergi ke tempat tinggi.
Setelah itu, Hamaguchi membantu komunitasnya untuk membangun kembali desanya agar menjadi lebih baik dan lebih kuat dalam menahan guncangan gempa di masa depan, serta membangun tanggul dan menanam pohon sebagai penahan tsunami.
Pengamatan hari itu akan membantu menyebarkan kesadaran di antara orang-orang di seluruh dunia dalam hal-hal yang berkaitan dengan bahaya tsunami dan harus menekankan pentingnya sistem peringatan dini untuk mengurangi kerusakan dari bencana alam yang sering merusak.
Ini juga bertujuan untuk menghidupkan kembali pengetahuan tradisional (kearifan lokal) tentang tsunami.
Sumber: Kompas.com (Vina Fadhrotul Mukaromah)
https://sains.kompas.com/read/2019/11/05/135555423/hari-kesadaran-tsunami-sedunia-asalnya-dari-kearifan-lokal-jepang