Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Fenomena Winter Blue, Depresi saat Musim Dingin Tiba

Namun, untuk beberapa orang dengan Seasonal Affective Disorder (SAD) musim dingin menjadi tidak menyenangkan.

Seasonal Affective Disorder atau Gangguan Afektif Musiman adalah salah satu dari kategori depresi yang muncul hanya pada musim tertentu.

Pada beberapa orang, gejala SAD akan bermula pada musim gugur, yang menjadi musim transisi dari hari-hari yang hangat dan kering menjadi hari-hari berangin, banyak hujan dan suhu akan turun secara drastis. Gejala-gejala ini akan menguat ketika musim dingin itu tiba.

Apa saja yang terjadi ketika orang mengalami SAD?

Gejala SAD sama dengan beberapa kriteria yang dibutuhkan untuk diagnosa sebagai depresi serius, seperti suasana hati yang depresif, perasaan putus asa yang kuat, kehilangan energi dan konsentrasi, hingga pikiran bunuh diri.

Beberapa gejala yang membedakan SAD dengan depresi lainnya antara lain: merasa berat di bagian kaki dan lengan, sering kesiangan, keinginan besar untuk memakan cemilan terus menerus, sampai masalah hubungan.

Lantas, apa peran musim dan bagaimana ini bisa terjadi?

Hormon yang membuat kita senang dan lelah

Tubuh kita membutuhkan asupan sinar matahari untuk membentuk vitamin D secara alami, vitamin ini memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan tubuh, terutama tulang.

Secara tidak sadar, paparan sinar matahari yang mengenai kulit kita membantu tubuh kita memproduksi vitamin D dengan membakar kolesterol yang ada di kulit. Selain sebagai asupan vitamin D, matahari juga memiliki dampak yang kuat pada suasana hati kita.

Tubuh manusia memiliki hormon yang berperan dalam pengaturan suasana hati dan "kesegaran" kita, yaitu serotonin, dan hormon lain yang mengatur jadwal tidur biologis kita, yaitu melatonin.

Kedua hormon ini memiki hubungan yang berbanding terbalik, ketika satu hormon naik, proporsi hormon yang lainnya akan turun. Matahari memiliki peran penting dalam pelepasan hormon-hormon ini pada tubuh kita.

Ketika tubuh kita terpapar sinar matahari, otak kita akan terangsang dan memproduksi hormon serotonin yang menjaga kita tetap segar di siang hari dan dalam suasana hati yang baik.

Pelepasan hormon serotonin akan menurun seiring hari menjadi gelap, karena otak tidak lagi terangsang untuk memproduksi serotonin. Di situasi ini, tubuh akan melepas hormon melatonin yang perlahan akan mengirim sinyal ke seluruh tubuh kita bahwa sudah waktunya untuk beristirahat.

Persepsi tubuh kita terhadap sinar matahari mempengaruhi produksi kedua hormon yang berperan penting ini. Efek keseluruhannya adalah "downtime" di malam hari dan "uptime" di siang hari.

Sinar matahari jadi langka

Sebagai contoh, di Jerman, pada puncak waktu musim dingin matahari hanya akan muncul sekitar tujuh hingga delapan jam dalam satu hari.

Hari-hari di musim dingin juga tidak selalu cerah, kabut atau awan sering muncul menutupi matahari. Apalagi ketika hari-hari harus dilewati dengan kesibukan di dalam kantor atau sekolah.

Karena kemungkinan beraktivitas di luar menjadi terbatas, banyak orang memilih untuk menghabiskan lebih banyak waktu di dalam rumah.

Faktor-faktor di atas diyakini sebagai salah satu dari banyak faktor yang memperkuat depresi musiman pada orang-orang yang memilikinya.

https://sains.kompas.com/read/2019/11/05/113200523/mengenal-fenomena-winter-blue-depresi-saat-musim-dingin-tiba

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke