Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jakarta Hasilkan 7.700 Ton Sampah per Hari

KOMPAS.com – Pulau Jawa adalah penyumbang sampah terbanyak di Indonesia. Mayoritas datang dari kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya.

Di DKI Jakarta saja, sampah yang dihasilkan per hari mencapai 7.700 ton. Hal itu diungkapkan oleh tutur Ir Suharti M A PhD selaku Deputi Gubernur Bidang Pengendalian Kependudukan dan Kepemukiman Pemprov DKI Jakarta.

“Jakarta menghasilkan 7.700 ton sampah setiap hari. Setiap hari juga, ada 250 ton sampah yang diangkut dari badan air,” tutur Suharti dalam acara “Innovation on Waste Management River Plastic Interception” di Jakarta, Kamis (31/10/2019).

Jumlah tersebut, lanjut Suharti, terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Dalam waktu lima tahun terakhir, jumlah sampah di DKI Jakarta bertambah sebanyak 36 persen.

“Bandingkan dengan kenaikan jumlah penduduk dalam periode yang sama, yaitu hanya 4 persen,” tuturnya.

Suharti menekankan, memang jumlah populasi yang menyebabkan bengkaknya sampah di Indonesia termasuk Jakarta. Sebagai perbandingan, orang Malaysia dan Singapura rata-rata menghasilkan 1,5 kg sampah per hari.

“Kalau orang Jakarta rata-rata menghasilkan 0,75 kg sampah per hari, setengahnya,” lanjut ia.

Mengurangi sampah di laut hingga 70 persen

Tahun lalu, Presiden Jokowi mengeluarkan Peraturan Presiden No 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut.

“Tujuannya adalah mengurangi sebesar 70 persen sampah di lautan Indonesia pada tahun 2025,” tutur Dr Ir Nani Hendiarti, M.Sc selaku Asisten Deputi IV Pengadaan Iptek Kemenko Kemaritiman dan Investasi dalam acara yang sama.

Untuk mewujudkan hal tersebut, terdapat lima strategi yang dilakukan lintas kementerian. Antara lain mendorong perubahan perilaku masyarakat dan pengurangan sampah plastik sekali pakai.

Strategi lainnya adalah mengurangi sampah yang masuk ke lautan.

Untuk itulah Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia bekerja sama dengan The Ocean Cleanup, Danone-AQUA, dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mendatangkan Interceptor 001.

Interceptor merupakan alat pengangkut sampah dari sungai yang diciptakan oleh lembaga non-profit The Ocean Cleanup.

“Saya rasa Interceptor adalah solusi jangka panjang yang cocok untuk Indonesia. Dengan menaruh (Interceptor) di sungai, akan mencegah sampah-sampah masuk ke lautan,” tutur Founder dan CEO The Ocean Cleanup, Boyan Slat dalam kesempatan yang sama.

Interceptor pertama yang diciptakan yaitu Interceptor 001 sejak Mei 2019 beroperasi di Cengkareng Drain, Jakarta Utara.

Interceptor 001 disebut Boyan Slat merupakan solusi jangka panjang karena ramah lingkungan.

“Kinerjanya otomatis, menggunakan tenaga surya, tidak berbunyi sehingga tidak berisik,” tuturnya.

Mekanisme cara kerja Interceptor 001 adalah, sampah terlebih dahulu diarahkan menuju Interceptor menggunakan dua tali penjaring. Begitu sampah menuju bibir Interceptor, akan ada conveyor belt untuk mengangkat sampah-sampah tersebut menuju bagian atas Interceptor.

“Kemudian dari conveyor belt itu, sampah dimasukkan ke dalam kontainer-kontainer yang tersedia. Interceptor akan memberitahu collaborator jika kontainer telah penuh via aplikasi,” jelas Boyan.

Kemudian jika kontainer penuh, petugas tinggal mengosongkan kembali kontainer-kontainer tersebut. Proses memilah sampah dilakukan di darat secara manual.

“Dengan begini Interceptor bisa mengangkut sampai 100 ribu kilogram sampah per hari,” jelas Boyan.

https://sains.kompas.com/read/2019/11/01/190700323/jakarta-hasilkan-7.700-ton-sampah-per-hari

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke