KOMPAS.com - Hari Halloween yang jatuh setiap 31 Oktober identik dengan hal-hal yang berbau supernatural. Ketika berbicara mengenai fenomena supernatural, salah satu hal yang paling umum dialami adalah ketindihan.
Ketindihan merupakan fenomena di mana seseorang terbangun saat tidur dalam keadaan tidak bisa bergerak, berbicara atau bahkan bernapas. Dalam banyak budaya, termasuk Indonesia, ketindihan ini sering dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat supernatural.
Namun, sebetulnya tidak ada yang supernatural mengenai "ketindihan".
Dilansir dari Live Science, 14 Januari 2015, hampir 40 persen orang di dunia pernah mengalami ketindihan. Lalu, fenomena ini dikenal di dunia medis sebagai kelumpuhan tidur atau sleep paralysis.
Para ahli telah lama mengetahui bahwa ketindihan terjadi ketika seseorang terbangun pada tahan tidur yang disebut rapid eye movement (REM).
Pada tahap ini, seseorang biasanya sedang bermimpi, sementara ototnya nyaris mengalami kelumpuhan agar dia tidak bergerak-gerak secara ekstrem. Alhasil, ketika terbangun pada tahap REM, seseorang menjadi tidak bergerak atau mengalami kelumpuhan sementara.
Terkait penampakan hantu saat ketindihan, para peneliti menduga bahwa penyebabnya bisa jadi karena kinerja otak yang terganggu.
Dalam sebuah artikel yang dipublikasikan di jurnal Medical Hypotheses; Baland Jalal yang merupakan seorang pakar neurosains dan koleganya Vilayanur Ramachandran di University of California, San Diego menulis bahwa otak kita mungkin memiliki peta saraf tubuh.
Ketika neuron mengirimkan perintah pada tubuh untuk bergerak, tetapi kemudian tidak mendeteksi adanya gerakan; peta tubuh di otak menjadi terganggu.
"Ini menyebabkan distorsi persepsi diri, sehingga Anda mungkin akan mengalami keluar dari tubuh, atau melihat berbagai bentuk yang aneh muncul, meskipun bentuk-bentuk itu sebetulnya adalah versi cacat dari diri Anda sendiri," ujar Jalal kepada The Guardian, 30 Oktober 2015.
Terperangkap dalam kondisi setengah terbangun ini dengan tubuh yang tak lagi dikenali, kecemasan bisa memuncak.
Otak yang bingung lantas bisa menginterpretasikan berbagai sinyal yang ditangkapnya dan memasukkan kepercayaan atau memori ke dalam situasi.
Inilah, ujar Jalal, alasan banyak orang melihat hantu, setan, alien atau bahkan potongan masa lalu ketika ketindihan.
Untungnya, halusinasi mengerikan ini tidak bertahan lama. Ketika tubuh bisa bergerak kembali, bisa satu detik atau bahkan 20 menit sejak dimulainya ketindihan, biasanya halusinasi juga akan langsung menghilang.
Jalal berkata bahwa ketindihan bisa menjadi pengalaman yang mengerikan bagi beberapa orang. Namun, pengetahuan yang jelas akan apa yang menyebabkan fenomena ini bisa sangat membantu orang-orang yang sering mengalami ketindihan.
https://sains.kompas.com/read/2019/10/31/130300423/ketindihan-dan-melihat-hantu-saat-tidur-ini-penjelasan-ilmiahnya