Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Ceramah yang Wajib Dilakukan Semua Penderita Hipertensi

KOMPAS.com - Hipertensi sering kali disebut sebagai silent killer. Pasalnya, penyakit ini seringkali tidak menunjukkan gejala yang jelas sehingga tidak disadari penderitanya, bahkan ketika penyakit telah berpengaruh ke organ penting lainnya, seperti otak, jantung, ginjal, mata, pembuluh darah besar (aorta) dan pembuluh darah tepi.

Akibat hal ini, hipertensi menyebabkan angka kematian di dunia yang cukup tinggi, yakni hampir 8 juta kasus setiap tahunnya dengan 1,5 juta di antaranya berasal dari Asia Tenggara. Di Indonesia sendiri, satu di antara tiga penduduk dewasa diperkirakan mengidap hipertensi.

Ketua Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (InaSH), dr Tunggul D Situmorang SpPD-KGH, dalam sebuah acara dengan Omron Healthcare Indonesia di Jakarta (19/9/2019), menegaskan pentingnya melakukan cek tekanan darah di rumah (Ceramah) atau Home Blood Pressure Monitoring (HBPM).

Ceramah merupakan suatu metode pengukuran tekanan darah yang dilakukan sendiri oleh pasien di rumah atau di tempat lain yang berada di luar klinik (out of office).

Petunjuk akurat untuk diagnosis

Dari berbagai panduan tentang hipertensi yang ada, paradigma mengenai tata kelola hipertensi meliputi diagnosis, klasifikasi, pilihan obat-obatan dan target tekanan darah yang harus dicapai. Dari keempatnya, diagnosis merupakan yang paling utama dan penting untuk diperhatikan dan dilakukan secara benar.

“Jadi, kalau cuma periksa atau cek tekanan darah sesekali waktu ke klinik saja itu malah hasil diagnosisnya kurang tepat. Padahal, diagnosis inilah yang akan menentukan tindak lanjut yang harus dilakukan penderita dan tim medis untuk mengatasi hipertensi. Masuk kategori apa, obatnya apa, juga target capaian tekanan darahnya berapa,” tutur Tunggul.

Pasalnya, tekanan darah ketika berada di rumah dan di klinik bisa jadi berbeda. Masked hypertension dan whitecoat hypertension bisa terjadi.

Untuk diketahui, masked hypertension (hipertensi terselubung) adalah ketika Anda melakukan cek tekanan darah di klinik hasilnya normal, sedangkan ketika diukur tekanan di rumah malah tinggi.

Sebaliknya, whitecoat hypertension (hipertensi jas putih) adalah kondisi di mana hasil pengukuran cek tekanan darah di klinik lebih tinggi daripada ketika Anda melakukan cek tekanan darah di rumah.

Ceramah juga akan memperlihatkan hasil yang lebih realistis realistis karena diambil saat Anda menjalani aktivitas sehari-hari, dan bukan hanya sekali-kali saat kunjungan ke dokter atau klinik.

Selain itu, dibandingkan dengan pengukuran ambulatory blood pressure (ABP) di klinik yang hanya bertahan 24 jam, ceramah bisa mengukur dan mendeteksi tren tekanan dari dari hari ke hari.

“Dengan pengukuran akurat dari monitor tekanan darah yang divalidasi, pengguna dapat menerima saran yang tepat dari dokter mengenai pengobatan dan rekomendasi paling efektif dalam meningkatkan gaya hidup mereka,” ujar Tunggul.

Lantas, setelah diagnosis ditegakkan dan pengobatan diberikan, Ceramah berfungsi sebagai upaya untuk mengontrol hipertensi.

Tunggul mengatakan, Ceramah sangat penting untuk pasien hipertensi yang mengandalkan pengukuran akurat untuk memantau kondisi mereka, juga meningkatkan kontrol tekanan darah dibandingkan perawatan standar.

Begitu juga dengan pasien yang sedang menjalani terapi anti-hipertensi, Ceramah akan membantu memutuskan pengobatan lanjutan, memonitor keefektifan terapi anti-hipertensi yang sedang dijalani, penyesuaian dosis hingga untuk mengetahui drug-resistant hypertension.

Hal ini menjadikan Ceramah sebagai metode yang lebih baik untuk terapi jangka panjang berkelanjutan, serta kerap dilakukan bersamaan dengan pengukuran ABP sebagai metode pengawasan tekanan darah.

Memprediksi penyakit jantung

Lebih jauh, memantau tekanan darah di rumah erat kaitannya dengan memantau potensi kerusakan organ akibat hipertensi, sehingga Ceramah bisa digunakan untuk memprediksi kejadian kardiovaskular dengan lebih baik dibandingkan dengan pengukuran konvensional di klinik.

Pasalnya, Ceramah dapat menunjukkan penilaian dan pengawasan variabilitas tekanan darah (VTD) yang bisa digunakan memprediksi stroke dan penyakit jantung (kardiovaskular).

Risiko tinggi terhadap kejadian kardiovaskular meningkat ketika rata-rata pengukuran tekanan darah di rumah pada pagi dan malam hari menunjukkan tekanan darah sistolik di atas 145 mmHg dan jika tekanan darah sistolik di klinik di atas 150 mmHg.

Pasien dengan tekanan darah sistolik yang tinggi di pagi hari memiliki risiko kejadian kardiovaskular yang tinggi meskipun tekanan darah di klinik normal.

“Makanya banyak yang meninggal karena serangan jantung atau karena stroke itu pagi hari atau malam hari, karena gelombang tekanan darah lagi tinggi,” tutur Tunggul.

Studi lainnya menyatakan, tekanan darah sistolik di atas 155 mmHg seringkali berhubungan dengan meningkatnya risiko penyakit koroner arteri hingga enam kali lipat.

Melakukan Ceramah yang benar

Anggota Dewan Pembina InaSH, Dr dr Yuda Turana SpS, menjelaskan tata cara yang baik saat melakukan cek tekanan darah di rumah (ceramah).

1. Hindari kafein, merokok dan olahraga setidaknya 30 menit sebelum pengukuran dilakukan.

2. Duduk dengan tenang dengan penyangga punggung dan telapak kaki rata di lantai selama 5 menit sebelum pengukuran.

3. Lengan atas harus terbuka.

4. Saat pengukuran, lengan dengan manset harus ditopang pada permukaan keras setinggi jantung.

5. Pastikan posisi manset sudah pas, dan lakukan pengukuran dua menit setelah posisi Anda siap. Dilarang mengobrol selama pengukuran dilakukan.

6. Pengukuran dilakukan tiga kali pada jam yang sama dengan jeda dua menit untuk istirahat di antara tiap pengukuran.

7. Pengukuran Ceramah dilakukan di waktu yang sama pada pagi dan sore hari selama 3-7 hari, dengan catatan dilakukan sebelum meminum obat-obatan (jika sedang terapi).

Yuda juga menyarankan agar alat yang digunakan berupa monitor otomatis yang menggunakan arteri brakialis dan sudah berstandar internasional. Pasalnya, perangkat osilometri mungkin tidak bekerja dengan baik pada pasien yang memiliki fibrilasi atrium atau aritmia lainnya.

Apabila alat pengukur tekanan darah belum dilengkapi dengan fungsi penyimpan jejak pengukuran atau pencatatan digital seperti produk Omron, maka hasil pengukuran tekanan darah harus dicatat secara manual.

Catatan inilah yang lantas dikomunikasikan ke dokter untuk mendapatkan informasi yang tepat tentang variabilitas hasil pengukuran yang Anda lakukan.

https://sains.kompas.com/read/2019/10/24/130827923/mengenal-ceramah-yang-wajib-dilakukan-semua-penderita-hipertensi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke