Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tak Ada Pribumi, 4 Gelombang Migrasi Jadikan Kita Manusia Indonesia

16 responden dalam proyek DNA ini merupakan penanda DNA. Mereka mewakili 70 etnik dari 12 pulau yang ada di Indonesia dan dipilih secara acak.

Ahli genetika membuktikan, tak ada pewaris gen murni di Indonesia. Manusia Indonesia adalah campuran beragam genetika yang awalnya berasal dari Afrika.

Deputi Fundamental Eijkman Institute Prof Dr Herawati Aru Sudoyo yang terlibat dalam proyek ini mengatakan, mayoritas DNA yang mengalir dalam 16 responden besar presentasenya adalah keturunan Afrika.

Hera mengatakan, berbagai studi ilmiah terkait tes DNA orang Indonesia yang baru saja dilakukan, maupun studi-studi terdahulu menunjukkan adanya pengaruh berbagai gelombang migrasi leluhur dalam DNA yang tinggal di Indonesia.

"Apa itu "pribumi'? Penelitian kami dan juga didukung oleh berbagai penelitian sesudahnya di berbagai lembaga memperlihatkan pengaruh berbagai gelombang migrasi leluhur dalam DNA orang yang tinggal di kepulauan Nusantara," kata Hera melalui pesan singkat kepada Kompas.com, Rabu (16/10/2019).

"Jadi kita bisa melihat motif DNA leluhur yang berhubungan dengan pengembaraan Homo sapiens, keluar dari Afrika," imbuh dia.

Empat gelombang migrasi

Nusantara yang kita tinggali terdiri dari ratusan suku bangsa juga bahasa. Hal ini menarik bagi para peneliti genetika untuk menelusuri dari mana kita berasal dan siapa saja leluhur kita.

Apakah benar nenek moyang kita memang asli orang Indonesia yang sudah menempati bumi pertiwi sejak ratusan ribu tahun lalu?

Ternyata jawabannya tidak. Penelitian yang dilakukan Profesor Herawati menunjukkan bahwa Indonesia adalah wilayah strategis yang mengalami empat gelombang migrasi manusia modern (Homo sapiens).

Manusia modern (Homo sapiens) telah mengembara selama ratusan ribu tahun dari Benua Afrika. Mereka menyebar ke seluruh pelosok dunia, termasuk Nusantara (kepulauan yang membentang dari Sumatera sampai Papua dan sebagian besar kini menjadi wilayah Indonesia).

Disebutkan ada empat gelombang migrasi manusia modern. Berikut penjelasannya:

Gelombang pertama

Sekitar 50.000 tahun yang lalu, gelombang migrasi pertama dari Homo sapiens sampai di Nusantara.

"Migrasi pertama datang dari Afrika melewati jalur selatan Asia menuju Paparan Sunda," kata Hera dijumpai di Monumen Nasional Jakarta, Selasa (15/10/2019).

Hera melanjutkan, keturunan dari migrasi gelombang pertama mengembara sampai ke Australia. Mereka bermigraasi pada periode Pleistosen Akhir (sekitar 11.500 tahun lalu) dan periode Holosen Awal (sekitar 11.000 tahun lalu).

Gelombang kedua

Gelombang migrasi kedua adalah manusia modern yang datang dari Asia daratan sekitar 4.300 sampai 4.100 tahun lalu.

Hera menjelaskan, para penutur Austro-asiatik mulai bermigrasi ke Vietnam dan Kamboja melewati Malaysia hingga ke Sumatera, Jawa dan Kalimantan.

Kala itu, wilayah Sumatera, Jawa, dan Kalimantan masih berupa daratan yang menyatu.

Gelombang ketiga

Gelombang migrasi ketiga terjadi pada periode Holosen, tepatnya sekitar 4.000 tahun yang lalu.

Saat itu manusia modern penutur Austronesia yang berciri ras Mongoloid membawa paket budaya neolitik berupa gerabah, beliung, seni, bahasa, teknologi, maritim, pengolahan makanan, serta domestikasi hewan.

Untuk diketahui, ras Mongoloid ciri fisiknya antara lain memiliki rambut berwarna hitam lurus, bercak mongol pada saat lahir, dan kelopak mata sipit. Selain itu, perawakan ras Mongoloid seringkali berukuran lebih kecil dan pendek daripada ras Kaukasoid.

Gelombang keempat

Nah, gelombang migrasi keempat adalah perpindahan manusia modern pada zaman sejarah.

Saat migrasi gelombang keempat terjadi, manusia modern dari India, Arab, dan Eropa masuk ke Nusantara.

"Pada masa ini, pembauran terjadi semakin kompleks. Genetika manusia yang tinggal di Nusantara atau Indonesia juga beragam. Sudah sulit dikenali lagi, mana lagi yang disebut gen dari Indonesia asli," terang Hera.

Efek perjalanan dari empat gelombang itu

Sebagai peneliti genetika terkemuka Indonesia, Hera menerangkan, keempat fase gelombang migrasi yang terjadi di masa lalu itulah yang menjadikan orang asli Indonesia sangat sulit diidentifikasi.

Manusia modern sejak 150 ribu tahun lalu telah mengembara dari Afrika untuk menduduki wilayah baru. Ketika mereka melewati lingkungan, iklim, dan cuaca yang berbeda-beda, itu juga ikut memengaruhi fisik yang dimiliki manusia modern itu sendiri.

Sebagai contoh, ketika manusia modern berjalan menyusuri hutan lebat yang tak ada habisnya, kondisi ini disebut Hera dapat mengubah ukuran tubuh manusia modern menjadi semakin kecil. Evolusi ini untuk mencegah penguapan terjadi.

Selain itu, rambut juga sedikit banyak mengalami perubahan sampai mungkin akan lebih keriting.

"Jadi semua itu yang menyebabkan kita berbeda. Dalam perjalanan nenek moyang kita saat bermigrasi, alamnya, lingkungannya, iklim ataupun cuaca berpengaruh sebenarnya. Sebelum nantinya adalagi pembauran dengan manusia modern dari wilayah lain. Beragam bukan berbeda ya," tuturnya.

Dari hasil tes Proyek DNA Penelusuran Leluhur Orang Indonesia Asli oleh Historia.id dengan mengambil sampel 16 orang partisipan yang berasal dari berbagai profesi dan latar belakang.

Data mengungkapkan bahwa tidak ada yang dinamakan manusia pribumi atau asli Indonesia.

"Karena dari 16 sampel yang kita pamerkan di Museum Nasional ini bahkan tidak ada yang pribumi asli. Maksudnya yang 100 persen real orang Indonesia, kebanyakan dari mereka besar presentasenya adalah keturunan atau nenek moyangnya, Afrika," ujar Hera.

https://sains.kompas.com/read/2019/10/17/123200223/tak-ada-pribumi-4-gelombang-migrasi-jadikan-kita-manusia-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke