Menurut dokter yang menangani Irish Bella, pemain sinetron itu mengalami Mirror Syndrome yang berawal saat bayi dalam kandungan mengalami kondisi Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS).
Untuk memahami apa itu mirror syndrome dan TTTS, Kompas.com menghubungi dokter spesialis kebidanan dan kandungan dr Budi Wiweko, SpOG (K), MPH.
Dokter Budi mengaku tak mengetahui banyak tentang mirror syndrome. Namun untuk TTTS, sindrom ini memang kerap dialami ibu hamil dengan janin kembar.
"Saya enggak terlalu paham juga mirror syndrome itu termasuk golongan apa, apakah itu karena kelainan kromosom, genetik, atau kelainan sirkulasi darah dari plasenta ke janin," ungkap Budi dihubungi Kompas.com, Rabu (8/10/2019).
Budi menjelaskan, pada kasus bayi-bayi kembar yang sering terjadi adalah TTTS.
Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS) merupakan gangguan aliran darah dari plasenta ke janin.
Seringkali dalam janin kembar, salah satu janin berukuran lebih besar dibanding janin lain.
"Janin yang kecil ini menjadi donor (darah) bagi janin yang lain. Sehingga (janin) yang kecil bisa meninggal, yang besar juga bisa meninggal," jelas Budi yang juga merupakan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).
Seperti dijelaskan Budi, TTTS menyebabkan salah satu bayi menerima lebih banyak aliran darah, sedang bayi pendonor mendapat aliran darah sangat sedikit.
"Kalau mirror syndrome saya kurang tahu apakah ini kelainan genetik atau tidak. Tapi umumnya pada kehamilan kembar yang sering terjadi adalah TTTS," jelas dia.
Bisakah dicegah?
Sayangnya, kondisi TTTS disebut dokter Budi tidak bisa dicegah.
Namun hal yang bisa dilakukan adalah melakukan deteksi dini.
"Bisanya deteksi dini. Kalau ada (TTTS) harus segera kita antisipasi," ujar dia.
Antisipasi harus segera dilakukan karena TTTS mampu merenggut nyawa janin dalam kandungan.
Hal ini bisa dilakukan dengan amniocentesis untuk mengeringkan kelebihan cairan yang muncul dan memperbaiki aliran darah pada plasenta. Cara ini bisa menurunkan risiko kelahiran prematur dan dapat menyelamatkan 60 persen bayi-bayi yang terkena TTTS.
Cara kedua adalah melalui operasi laser. Operasi laser dilakukan untuk menutup koneksi antar pembuluh darah. Langkah ini menunjukkan keberhasilan 60 persen pada bayi yang terkena TTTS.
Pada dasarnya, kedua upaya perawatan tersebut memiliki persentase keberhasilan yang sama.
Bedanya, amniocentesis mungkin harus dilakukan berulang selama kehamilan untuk menjaga aliran darah tetap baik di dalam plasenta. Sementara itu, operasi laser biasanya hanya dilakukan dalam sekali perawatan.
Deteksi
Dalam pemberitaan Kompas.com Rabu (8/10/2019), TTTS dapat dideteksi ketika usia kandungan memasuki trimester kedua melalui USG.
Ciri-ciri seseorang mungkin mengalami TTTS adalah:
Sementara, ibu yang memiliki kandungan kembar dengan TTTS akan mengalami gejala sebagai berikut:
Laporan di jurnal BMC Pediatrics menyebut TTTS adalah komplikasi serius dengan persentase sebesar 10-15 persen dari kehamilan kembar atau triplet, di mana janin-janin berbagi satu plasenta.
Hingga saat ini belum ada yang dapat memastikan penyebab TTTS.
Namun, ketidaknormalan terjadi selama pembelahan sel setelah fertilisasi yang mengakibatkan ketidaknormalan plasenta.
Bagi semua ibu hamil, entah itu kehamilan normal atau kembar, harus sering melakukan pemeriksaaan janin untuk menjaga kondisi kesehatan ibu hamil dan bayi hingga melahirkan.
Twin to Twin Transfusion Syndrome Foundation merekomendasikan dilakukannya USG setelah 16 minggu hingga akhir kehamilan untuk mengawasi TTTS.
Langkah ini dianjurkan tetap dilakukan meskipun tanda-tanda TTTS telah menurun.
Sumber: Kompas.com (Vina Fadhrotul Mukaromah)
https://sains.kompas.com/read/2019/10/08/163200023/kasus-irish-bella-twin-to-twin-transfusion-syndrome-kerap-dialami-janin-kembar