Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Membandingkan Ganja dan Sabu yang Menjerat Para Artis

KOMPAS.com – Daftar artis yang terjerat narkoba tampaknya semakin panjang.

Terbaru, Daffa Dangdut Academy ditangkap karena menggunakan sabu. Menantu Elvy Sukaesih juga terbukti positif menggunakan ganja dan sabu, tak lama usai artis Rifat Umar ditangkap polisi karena mengonsumsi kedua jenis narkoba tersebut. Kasus yang tak kalah mengejutkan adalah penangkapan Nunung karena menggunakan narkoba jenis sabu.

Menurut BNN, narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba) adalah bahan/ zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan/ psikologi (pikiran, perasaan, dan perilaku) seseorang, serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi.

Narkoba terbagi menjadi empat kelompok yaitu Cannabis, Amphetamine Type Stimulants (ATS), Opiad, dan Tranquilizer.

Kelompok Cannabis mencakup marijuana/ ganja dan hasish (getah ganja). ATS mencakup amphetamine, ekstasi, katinon, dan sabu (methamphetamin).

Opiad mencakup heroin (putau), morfin, opium, pethidin, codein, subutek/subuxon, dan methadone. Terakhir, tranquilizer mencakup luminal, nipam, pil koplo, mogadon, Valium, camlet, dumolid, kokain, dan ketamin.

Ganja

Di Indonesia ganja kerap disebut sebagai cimeng, marijuana, gele, atau pocong. Orang-orang menggunakan ganja dengan memasukkannya ke dalam lintingan rokok atau pipa (bong).

Ketika seseorang merokok ganja, zat aktif dari ganja akan melewati paru-paru menuju aliran darah. Darah akan membawa bahan kimia tersebut ke otak dan organ-organ lain di seluruh tubuh. Pengguna akan merasakan efeknya setelah 30 menit hingga 1 jam.

Peneliti dari Institute of Mental Health Addiction and Neuroscience Jakarta, dr Hari Nugroho, M.Sc, mengatakan bahwa pengaruh zat adiktif ganja lebih rendah dibanding sabu.

Namun, ganja juga memiliki ratusan zat psikoaktif dan Tetrahidrokabinol (THC) yang merupakan senyawa paling aktif.

Penggunanya kemudian akan merasa high dengan beberapa efek lainnya seperti perubahan indra, perubahan kesadaran terhadap waktu, perubahan mood, gerakan tubuh terganggu, kesulitan berpikir dan memecahkan masalah, serta memori yang terganggu.

Selain jangka pendek, ganja juga memiliki efek jangka panjang. Tumbuhan ini mempengaruhi perkembangan otak. Ketika seorang remaja menggunakan ganja, ia akan merasakan penurunan daya pikir, memori, serta fungsi belajar.

Beberapa efek jangka panjang dari ganja antara lain gangguan pernapasan, meningkatkan denyut jantung, masalah perkembangan anak saat dan setelah kehamilan, serta halusinasi dan paranoia.

dr Hari mengatakan, ganja juga bisa menjadi pemicu gangguan jiwa pada orang yang memiliki faktor genetik. Hal ini terjadi pada orang yang keturunan atau keluarganya pernah memiliki riwayat gangguan jiwa.

“Jadi kalau ada yang punya genetik gangguan jiwa atau skizofrenia, mengonsumsi ganja bisa jadi pemicu penggunanya kena gangguan jiwa atau skizofrenia juga. Bahkan sangat berisiko sekali itu,” tuturnya kepada Kompas.com beberapa waktu lalu.

Sabu

Sabu memiliki nama lain meth, metamfetamin, kristal, kapur, atau es. Sabu adalah simultan obat yang sangat adiktif. Bentuknya putih, tidak berbau, pahit, dan seperti kristal.

Data BNN menyebutkan bahwa sabu merupakan jenis narkoba peringkat 2 yang paling sering dikonsumsi, setelah ganja.

Sabu dapat dikonsumsi dengan cara dimakan, dimasukkan ke dalam rokok, dihisap, serta dilarutkan dengan air atau alkohol lalu disuntikkan ke tubuh. Merokok atau menyuntikkan sabu dapat memberikan efek yang sangat cepat pada otak, kemudian menghasilkan euforia yang intens.

Sabu merupakan stimulan yang kuat. Bahkan dalam dosis kecil sekalipun, sabu bisa meningkatkan insomnia dan menurunkan nafsu makan. Jika sudah dalam tahap overdosis, sabu bisa menyebabkan kejang-kejang, peningkatan suhu tubuh, dan kematian.

dr Hari Nugroho menyebutkan, sabu atau metafetamin dalam bentuk kristal memiliki pengaruh terhadap kinerja otak.

“Di dalam otak zat ini aakn merangsang pengeluaran dopamine sekaligus memblock transporter re-uptake antar sel saraf,” katanya.

Beberapa efek jangka pendek dari konsumsi sabu antara lain insomnia, hilangnya nafsu makan, euforia dan sikap terburu-buru, peningkatan respirasi, denyut jantung cepat dan tak teratur, juga hipertermia.

Bagaimana dengan efek jangka panjang? Penyalahgunaan sabu dalam jangka panjang bisa menyebabkan banyak efek negatif seperti kecanduan kronis dan perubahan fungsi otak.

Para pengguna sabu akan selalu mengambil dosis yang lebih tinggi untuk mendapatkan efek yang diinginkan. Ketika tidak mengonsumsi sabu, mereka akan mendapatkan gejala depresi, cemas, lelah, dan keinginan kuat untuk mengonsumsi obat.

Beberapa efek jangka panjang dari sabu terhadap fisik dan mental antara lain kecanduan, perubahan struktur dan fungsi otak, menurunnya kemampuan berpikir dan motorikm melemahnya konsentrasi, hilang ingatan, gangguan suasana hati, menurunnya berat badan, serta efek psikologi seperti paranoia dan halusinasi.

https://sains.kompas.com/read/2019/10/07/131957423/membandingkan-ganja-dan-sabu-yang-menjerat-para-artis

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke