Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Satia, Bocah Obesitas Meninggal, Berikut 6 Bahaya Kegemukan pada Anak

Menurut pemberitaan Kompas.com, Satia sempat mendapat perawatan di puskesmas lantaran mengalami batuk dan sesak napas.

Sebelum menghembuskan napas terakhir, dokter menyarankan untuk membawa Satia ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Namun sayang, hal itu tidak sempat terpenuhi.

"Saya pinjam cator ke Pak Lurah. Baru beres-beres, catornya dibersihin, udah gak ada (meninggal) sekitar jam sembilan malam," kata Sarli, ayah Satia dijumpai di kediamannya.

Sarli berkata, berat badan putranya naik dari 104 menjadi 110 kilogram. Selain itu, pemeriksaan terakhir menunjukkan Satia hanya menderita penyakit asma.

Belajar dari kasus Satia, anak-anak gemuk atau obesitas berisiko memiliki gangguan kesehatan hingga beranjak dewasa. Penyakit asma seperti yang dialami Satia juga salah satunya.

Risiko penyakit pada bayi dan anak obesitas

Dilansir Hello Sehat, berikut 6 penyakit yang sangat mungkin dialami anak obesitas:

1. Penyakit jantung

Obesitas pada bayi dan anak-anak bisa ditandai dengan menumpuknya jaringan lemak di seluruh atau beberapa bagian tubuh.

Tanpa sadar, inilah salah satu faktor yang meningkatkan risiko anak terserang penyakit jantung nantinya.

Bagaimana bisa?

Anak yang mengalami obesitas memerlukan darah dalam jumlah yang lebih banyak. Secara otomatis, beban kerja jantung pun akan jauh lebih keras untuk memompa darah.

Kondisi ini lama-lama akan membuat jantung semakin membesar, agar bisa mengalirkan banyak pasokan darah ke seluruh tubuh.

Peningkatan aliran darah ini juga dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, sebagai penyebab awal penyakit jantung.

2. Diabetes mellitus tipe 2

Bayi dan anak yang mengalami obesitas berisiko lebih tinggi untuk mengalami peningkatan kadar gula darah.

Pasalnya, tubuh anak akan kesulitan untuk mencerna asupan glukosa dengan optimal. Akibatnya, kadar glukosa dalam darah akan meningkat dan berkembang menjadi penyakit diabetes tipes 2 ketika dewasa.

3. Sleep apnea

Sleep apnea adalah gangguan tidur yang terjadi ketika pernapasan mendadak berhenti saat sedang tidur.

Penderita obesitas, termasuk bayi dan anak-anak, rentan mengalami sleep apnea karena adanya penimbunan lemak tubuh yang menghalangi saluran udara sehingga menghambat pernapasan.

Akhirnya, kualitas tidur si kecil memburuk dan mudah merasa kelelahan keesokan harinya.

4. Asma

Berdasarkan penelitian yang dimuat dalam Asthma Research and Practice Journal, sekitar 38 persen penderita obesitas juga memiliki penyakit asma, dilansir dari Healthline.

Salah satu penyebabnya adalah karena paru dikelilingi oleh jaringan lemak berlebih yang membuatnya jadi lebih sensitif terhadap udara dari luar.
Lama-lama, ini mengakibatkan peradangan pada sistem pernapasan yang kemudian menyebabkan asma.

5. Masalah hormonal

Semakin bertambah berat badan anak, maka akan semakin sulit untuk mengatur produksi hormon di dalam tubuh.

Jumlah hormon yang dihasilkan pun jadi tidak normal.

Bukannya baik, hal ini justru bisa mengakibatkan berbagai masalah kesehatan yang terkait dengan hormon di kemudian hari.

Ambil contoh, pada anak perempuan bisa menyebabkan menstruasi jadi tidak teratur. Sementara pada anak laki-laki bisa berakibat pada ginekomastia, yakni pertumbuhan payudara yang abnormal.

6. Masalah pada otot dan tulang

Berat badan yang melebihi batas normal akan memberikan beban besar pada otot dan tulang, karena harus bekerja ekstra untuk menopang berat tubuh.

Itu sebabnya, banyak bayi dan anak yang mengalami obesitas sering mengeluhkan nyeri di bagian tulang dan ototnya, dibandingkan dengan teman-teman seusianya yang punya berat badan normal.

Mencegah obesitas dengan susu rendah gula

Untuk mencegah obesitas pada anak-anak, Anda bisa membatasi pemberian gula dalam makanan dan minuman harian si kecil. Salah satunya dengan memberikan susu rendah gula.

Tapi bukan berarti dengan susu rendah gula, Anda harus mengorbankan nutrisi lainnya dari susu.

Pilihlah susu rendah gula yang tetap memiliki kandungan gizi susu terutama yang kaya asam omega 3 dan 6 untuk mendukung perkembangan otak dan kecerdasan si kecil.

Mendapatkan asupan kalori yang lebih stabil untuk tubuh bisa membantu mengontrol penambahan berat badan.

Hal ini pada akhirnya membantu berat badan si kecil lebih terjaga dan tentunya terhindar dari obesitas.

Dengan memilih susu rendah gula namun tetap tinggi nutrisi, semua kebutuhan gizi anak akan terpenuhi, termasuk untuk perkembangan otaknya.

Namun, risiko obesitas akibat asupan gula berlebihan bisa dihindari.

Cara lain cegah anak alami obesitas

Selain karena faktor genetik dari keluarga, obesitas yang terjadi pada si kecil bisa didasari atas berbagai alasan lainnya.

Coba evaluasi kembali, apakah pola makan hariannya sudah tepat? Atau apakah ia aktif bergerak, entah itu dengan bermain, berolahraga, atau aktivitas normal lainnya?

Kombinasi semua faktor yang kurang optimal tersebut bisa jadi penyebab utama obesitas pada anak dan bayi Anda.
Pasalnya, obesitas terjadi ketika energi yang dikonsumsi jauh lebih banyak daripada energi yang dikeluarkan oleh tubuh.

Nah, yang harus Anda pikirkan selanjutnya adalah bagaimana caranya untuk mencegah agar si kecil terhindar dari obesitas.

Sebenarnya tidak sulit, kok. Anda bisa mulai perlahan dari hal-hal ringan sehari-hari.

Beri si kecil sumber makanan dengan gizi seimbang, yang padat kandungan karbohidrat, lemak, protein, vitamin, serta mineral. Tentunya, dalam batasan yang sehat.

Selain itu, tidak ada salahnya untuk membatasi asupan gula harian anak sedikit demi sedikit.

Sebab tidak hanya lemak saja yang berperan terhadap meningkatnya berat badan, gula pun demikian.

Ini karena kelebihan asupan gula yang didapat dari makanan dan minuman, akan disimpan oleh tubuh dalam bentuk lemak. Akhirnya, bisa menyebabkan kegemukan dan obesitas pada anak.

https://sains.kompas.com/read/2019/09/30/090300223/satia-bocah-obesitas-meninggal-berikut-6-bahaya-kegemukan-pada-anak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke