KOMPAS.com - Hewan laut kembali terdampar di pantai di wilayah Kecamatan Pasiran, Lumajang, Jawa Timur.
Tepat pada Kamis dan Jumat (19-20 September 2019) tim peneliti dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menuju lokasi untuk melakukan identifikasi dan analisis terhadap laporan tersebut.
Hewan terdampar tersebut saat ini masih dalam penelitian dan identifikasi lebih lanjut. Karena hal ini bukan kali pertama ada hewan laut terdampar di pesisir pantai sebagian besar wilayah pantai Provinsi Jawa Timur.
Dilansir dari laman resmi LIPI, sebelumnya yakni Juli 2019, tim peneliti mendapatkan laporan terdapat paus bongkok (Megaptera novaeangliae) yang terdampar.
Saat ditemukan, kondisi paus bongkok itu sudah tercerai berai terbawa ombak dan arus. Potongan kulit ditemukan berserakan di beberapa tempat dan tidak ada tulang yang ditemukan.
Padahal LIPI mempunyai misi untuk membawa paus bongkok untuk menjadi koleksi ilmiah Museum Zoologicum Bogoriense. Tetapi karena kejadian ini, misi tersebut harus kandas.
Bagian tubuh yang tersisa dari paus bongkok tersebut hanya beberapa ruas tulang belakang, tengkorak bagian atas, dan rahang yang kini tersimpan di kantor Seksi Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur di Probolinggo.
Sementara di bulan September, tepatnya tanggal 9 dan 16 September 2019, ada dua ekor hiu tutul terdampar di pantai Kajaran dan pantai Bambang.
Saat tim tiba di lokasi, bangkai hiu tutul ini telah dikubur di dua tempat yang berbeda.
Banyaknya hewan laut terdampar
Selama kurun waktu 2015 sampai 2019, di Indonesia tercatat sedikitnya ada 55 kejadian hewan laut terdampar. Sebanyak 30 kejadian bahkan terjadi sepanjang tahun 2019, meningkat dibandingkan sepanjang tahun 2018 yang 16 kejadian.
Jawa Timur menjadi provinsi dengan jumlah kejadian hewan laut terdampar terbanyak, yaitu sebanyak 20 kejadian dan selama tahun 2019 telah ditemukan 9 hewan laut yang terdampar.
Pada tanggal 16 September 2019, diberitakan adanya hiu tutul yang tersesat di perairan dekat Pembangkit Listrik Tenaga Uap Paiton, Probolinggo, Jawa Timur.
Setelah beberapa hari, akhirnya pada 20 September 2019 hiu tutul yang memiliki nama latin Rhincodon typus yang masuk dalam famili Rhincodontidae dari kelas Chondrichthyes ini berhasil dihalau keluar dari perairan disekitar PLTU Paiton.
Total dari paus dan hiu yang terdampar di wilayah Indonesia, terdapat 14 individu dari 8 spesies yang berbeda. Hiu paus (Rhicodon typus) menjadi spesies dengan jumlah terdampar paling banyak.
Pesan dari Laut
Hiu tutul yang masuk dalam kelas hiu dan pari ini tercantum di Daftar Merah International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) yang merupakan unit Internasional untuk konservasi alam.
Kategori yang diberikan oleh IUCN untuk hiu tutul yang itu kategori Endangered (EN), artinya terancam punah.
"Hiu tutul tergolong jenis terancam atau threatened species. Jika tidak ada upaya penyelamatan dapat masuk kategori critically endangered atau kritis,” ujar Kepala Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI, Cahyo Rahmadi.
Saat ini berdasarkan Keputusan Men KKP No. 18/Kepmen-KP/2013, hiu tutul ditetapkan sebagai jenis dengan perlindungan penuh.
Sedangkan paus bongkok masuk kategori least concern atau memiliki tingkat risiko rendah, dan dilaporkan populasinya meningkat.
Maksud dari least concern itu sendiri, spesies tersebut tidak termasuk ke dalam spesies terancam atau mendekati terancam punah atau juga ketergantungan konservasi.
“Ada pesan yang ingin disampaikan laut kepada kita yang perlu disikapi,” kata Cahyo.
Cahyo menjelaskan bahwa ada peningkatan jumlah kejadian hewan laut terdampar ini semakin menunjukkan ada permasalahan serius yang saat ini belum banyak diketahui.
“Perubahan ekosistem laut akibat perubahan iklim, polusi, eksploitasi berlebih, perubahan tata guna laut, dan masuknya jenis asing invasif yang menyebabkan kepunahan menjadi hal yang patut disikapi serius,” jelasnya.
https://sains.kompas.com/read/2019/09/26/180300823/lagi-hewan-laut-terdampar-di-pesisir-lumajang