KOMPAS.com - Merayakan Hari Tani Nasional pada 24 September, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengumumkan telah mengembangkan dua varietas unggul, yaitu Padi Gogo dan Singkong, untuk ketahanan pangan.
Menurut Global Food Security Index 2018, Indonesia berada di peringkat 65 dari 113 negara dari aspek ketersediaan, keterjangkauan, kualitas dan keamanan pangan. Makanan impor membanjiri lumbung pangan Indonesia, sementara perilaku masyarakat terkait gizi dan pola konsumsi belum memadai.
Melalui Pusat Penelitian Bioteknologi, LIPI melakukan pengembangan varietas unggul padi gogo dan singkong sebagai upaya mewujudkan ketahanan pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani.
Kepala Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Puspita Lisdiyanti, menyatakan bahwa pengembangan varietas unggul padi gogo dan singkong adalah komitmen LIPI dalam menjawab isu kesejahteraan petani sekaligus tantangan pasar.
"Riset bioteknologi pertanian di Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI terus didorong untuk mengembangkan dan menghasilkan produk riset yang nantinya benar-benar dapat bermanfaat bagi masyarakat," jelas Lilis di Cibinong LIPI, Selasa (24/9/2019).
Mengenai varietas unggul padi gogo, Peneliti Bioteknologi Pertanian LIPI spesialis Padi, Enung Sri Mulyaningsih, menyampaikan bahwa yang dikembangkan LIPI saat ini adalah Inpago LIPI Gol, Inpago LIPI Go2, dan Inpago LIPI Go4.
"Ketiga padi itu memang dirancang agar tahan kekeringan dan adaptif di lahan berkadar aluminium tinggi, serta tanah asam dengan pH 3,2," jelas Enung.
Keunggulan lain dari varietas unggul ini adalah siap dipanen pada umur 110-113 hari setelah tanam dengan produksi padi varietas Inpago LIPIGo l mencapai 8,18 ton per hektar dan Inpago LIPIGo 2 8,15 ton per hektar.
Varietas ini sudah berhasil dilakukan uji coba penanaman di Tabalong, Kalimantan Selatan.
"Hasil panen mencapai 5,6 sampai 6,1 ton per hektare, jauh lebih tinggi dari varietas padi gogo lainnya seperti lampung gajah, sibuyung, dan maya yang rata-rata hanya mencapai 4 ton per hektare di lahan yang sama," ujar Enung.
Dirinya menjelaskan, di lahan kritis bekas kebun karet, varietas unggul ini mampu menghasilkan 4,5 ton gabah kering panen.
"Meningkat 300 persen dari panen sebelumnya yang hanya 1,5 ton," terang Enung.
Untuk pengembangan varietas unggul singkong, Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI telah mengenalkan varietas unggul Carvita 25.
"Varietas ini keunggulannya (adalah) kandungan beta karoten tinggi yang kaya vitamin A serta tidak mengandung gluten sehingga aman dikonsumsi oleh orang yang memiliki alergi gluten," jelas peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi Pertanian LIPI, spesialis singkong, Ahmad Fathoni.
Fathoni menjelaskan, setiap jenis singkong memiliki karakter yang berbeda sehingga berbeda pula potensi pemanfaatannya.
"Menjaga sumberdaya genetika ubi kayu, baik di lapang maupun kultur jaringan, menjadi sangat penting dalam pengembangan ubi kayu ke depan, khususnya perbaikan mutu genetik," ujarnya.
Fathoni menambahkan, selain mengembangkan bibit singkong unggul, Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI juga mengembangkan teknologi proses pengolahan ubi kayu menjadi modified cassava flour atau tepung singkong modifikasi (mocaf) yang kaya beta karoten.
"Produk macaf kaya beta karoten yang dihasilkan dari ubi kayu unggul LIPI memiliki kualitas yang telah terbukti lebih baik dari sebagian mocaf yang ada di pasaran," ujarnya.
Saat ini, alih teknologi telah dilakukan melalui UKM Sari Kumetap, Subang dan UKM Mekar Sari, Boyolali sebagai binaan LIPI.
"Kami berharap dapat meningkatkan nilai tambah ekonomi singkong juga kesejahteraan para pelaku usaha seperti petani, pengolah hingga pelaku usaha industri," katanya.
https://sains.kompas.com/read/2019/09/24/183400723/hari-tani-nasional-lipi-kenalkan-varietas-unggulan-padi-dan-singkong