Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi yang dijuluki gempa Tuban ini memiliki parameter update dengan magnitudo M 6,1 dan M 6,0.
Episenter gempa pertama terletak pada koordinat 6,1 LS dan 111,86 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 88 km arah timur laut Kota Rembang, Kabupaten Rembang, Propinsi Jawa Tengah pada kedalaman 620 km.
Episenter gempa kedua terletak pada koordinat 6,24 LS dan 111,84 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 75 km arah timur laut Kota Rembang, Kabupaten Rembang, Propinsi Jawa Tengah pada kedalaman 623 km.
Seperti diberitakan sebelumnya, gempa ini dirasakan hingga Bandung pada skala intensitas II-III MMI sampai Bima pada skala intensitas III MMI.
Namun, kenapa gempa Tuban yang dalam bisa menjalar dan dirasakan hingga sangat jauh?
Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono menerangkan, gempa yang dalam cenderung memiliki sebaran lebih luas.
"Sementara kalau gempa dangkal, sebarannya lebih sempit," kata Daryono kepada Kompas.com, Selasa (19/9/2019).
Untuk menjelaskan hal ini, Daryono menganalogikan gempa dalam dan gempa dangkal dengan segitiga sama sisi berukuran besar dan berukuran kecil.
Segitiga besar sama seperti gempa dalam yang memiliki jangkauan sebaran lebih luas. Sementara segitiga kecil adalah gempa dangkal dengan jangkauan sebaran lebih sempit.
"Jika segitiga itu dibalik, maka segitiga yang kecil akan lebih kecil," kata dia.
Daryono pun mengatakan, gempa dengan hiposenter dalam yang melebihi 300 kilometer di bawah permukaan, merupakan fenomena sebagai alam yang menarik karena jarang terjadi.
"Gempa ini dirasakan dalam wilayah yang luas dari Bandung hingga Lombok. Hal ini disebakan hiposenternya yang dalam sehingga spektrum guncangan dirasakan dalam wilayah yang luas," jelas Daryono.
"Patut disyukuri bahwa gempa tidak berdampak merusak, karena kedalaman hiposenternya yang sangat dalam sehingga energinya sudah mengalami perlemahan setelah sampai di permukaan Bumi," imbuhnya.
Meskipun tidak berdampak, Daryono mengatakan gempa Tuban ini sangat menarik untuk dikaji untuk kemajuan sains kebumian.
"Gempa ini juga menjadi bukti bahwa aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia di kedalaman 500 kilometer di bawah Laut Jawa masih aktif," jelas Daryono.
Di bawah Laut Jawa tersebut Lempeng Indo-Australia menunjam dan menukik curam hingga kedalaman lebih dari 600 kilometer.
Daryono mengatakan, proses terjadinya gempa hiposenter dalam hingga kini masih menyisakan banyak tanda tanya.
Ada teori yang menjelaskan kaitannya dengan perubahan sifat kimiawi batuan pada suhu dan tekanan tertentu.
Namun juga ada dugaan bahwa lempeng tektonik di kedalaman 410 kilometer mengalami gaya slab pull (gaya tarik lempeng ke bawah). Sedangkan pada bagian lempeng di kedalaman lebih dari 600 kilometer terjadi gaya apung lempeng yang menahan ke atas (slab buoyancy).
Jika ditinjau dari hiposenternya, gempa Tuban yang berkedalaman sekitar 600 kilometer ini, terletak di zona transisi mantel pada kedalaman 410-600 kilometer.
"Aktivitas seismik ini tampaknya lebih disebabkan oleh adanya pengaruh gaya slab pull yaitu gaya tarik lempeng ke bawah akibat tarikan gravitasi Bumi yang ditandai dengan mekanisme sumber gempanya yang berupa sesar turun," terang Daryono.
https://sains.kompas.com/read/2019/09/19/163056623/gempa-tuban-2-kali-di-laut-jawa-kok-terasa-sampai-bandung-dan-bima