Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenang Chrisye, Kenapa Karya Sang Legendaris Tak Pernah Mati?

Ini merupakan kontribusi Google Indonesia untuk mengenang hari lahir pria dengan nama asli Chrismansyah Rahardi yang hari ini berulang tahun ke-70.

Seperti kita tahu, Chrisye merupakan salah satu penyanyi paling populer di Indonesia.

Bagi kita yang lahir dan besar di tahun 80 sampai 90-an, tentu tidak asing dengan tembang yang dibawakan sang legendaris. Tak heran, lagu-lagu Chrisye diberi embel-embel sebagai lagu "long lasting".

Namun, kenapa lagu-lagu Chrisye bisa sangat melekat di telinga pendengarnya, bahkan setelah sang empunya meninggal dunia?

Menurut dosen psikologi di UNS Surakarta, Laelatus Syifa, ada tiga faktor yang membuat seseorang bisa menjadi idola.

Pertama, task attraction alias talenta, karya, atau kemampuan yang dimiliki seseorang.

"Seseorang bisa diidolakan karena dia jago musik, kreativitas, jago acting, dan sebagainya," ungkap Syifa dihubungi Kompas.com, Senin (16/9/2019).

Kedua, identification attraction atau sosok yang bisa menjadi role model baik keseharian atau pemikirannya.

"Misalnya seseorang kagum pada Pak Habibie karena pikirannya atau mengidolakan Pak Sutopo karena kesehariannya yang humble, dan lain-lain," jelas Syifa.

Ketiga, romantic attraction. Faktor ini berhubungan dengan fisik seseorang yang menarik.

"Kalau romantic attraction, mengidolakan seseorang karena dia ganteng atau cantik. Dan terkadang kita berharap, orang-orang tersebut bisa menjadi pasangan kita," kata Syifa.

Kembali pada Chrisye, menurut Syifa, Chrisye sangat diidolakan karena dia memiliki talenta yang sangat menonjol di bidang menyanyi.

Selain bakat dan talenta yang dimiliki, seberapa jauh musik yang dibawakan penyanyi supaya akrab di telinga pendengar juga memengaruhi popularatis si tokoh tersebut.

"Jadi gini, salah satu yang membuat seseorang menjadi legend itu karena (musik) dia sering didengarkan oleh masyarakat," kata Syifa.

Dia menerangkan, ketika musik atau karya seorang tokoh lebih sering dinikmati masyarakat, maka tokoh tersebut akan lebih mudah dikenang masyarakat.

"Chrisye karyanya kan ngehits terus. Nah, ketika seseorang sering mendengar lagu Chrisye, akan ada proses aktif di dalam otak yang membarengi dinamika saat mendengarkan," ujar Syifa.

Lebih lanjut Syifa memberi contoh, ketika anak 90-an mendengarkan lagu Chrisye di saat sedang jatuh cinta atau patah hati, memori itu akan terekam dalam ingatan seseorang.

Nah, karena lagu-lagu tersebut tak asing lagi dan sering didengarkan, meski Chrisye meninggal dunia bukan berarti musiknya akan mati. Syifa mengatakan, musik Chrisye justru tetap hidup dan dikenang pendengarnya.

"Karena ketika mendengarkan lagu Chrisye, akan membuat pendengar mengingat kenangannya di masa lalu," jelas dia.

Syifa menjelaskan, dalam ilmu psikologi hal seperti ini disebut redintegrasi.

Redintegrasi merupakan upaya yang melibatkan otak untuk mencari dan menemukan informasi atau bayangan masa lalu yang pernah dialami seseorang dengan satu petunjuk kecil, dalam hal ini lagu Chrisye.

"Maksud saya dari redintegrasi ini adalah orang kalau mendengar lagu yang populer di masanya (dalam hal ini Chrisye), mereka akan mudah mengingat memori masa lalu," tutup Syifa.

https://sains.kompas.com/read/2019/09/16/193200323/mengenang-chrisye-kenapa-karya-sang-legendaris-tak-pernah-mati-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke