Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Limbah Elektronik di Indonesia, dari Bahaya sampai Solusinya

KOMPAS.com - Setiap rumah pasti memiliki barang elektronik. Ada yang bisa dibawa ke mana-mana seperti ponsel dan gadget lain, tetapi ada juga barang elektronik yang mengisi dan tersimpan di rumah, seperti televisi, kulkas, mesin cuci dan lainnya.

Ketika barang-barang ini mengalami kerusakan dan tidak bisa diperbaiki, apa yang biasanya Anda lakukan?

Jika Anda membuangnya, perhatikan cara yang tepat untuk membuangnya. Sebab, barang elektronik rusak yang menjadi sampah atau limbah elektronik (E-Waste) ternyata berbahaya bagi masyarakat.

Beberapa komponen peralatan listrik dan elektronik bekas maupun limbahnya membutuhkan pengelolaan yang memenuhi syarat, karena mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3).

Setiap E-Waste selalu mengandung bahan beracun seperti komponen logam berat, yaitu merkuri, timbal, kromium, kadmium, arsenik, dan lainnya.

Selain itu, juga terdapat PVC dan senyawa berbahaya polybrominated diphennylethers (PBDE) yang biasanya digunakan untuk mengurangi tingkat panas pada bagian produk elektronik, seperti komponen konektor, kabel, dan plastik penutup TV atau komputer.

Ketua Yayasan Peduli Sampah Elektronik Indonesia, Farah Diba, bersama Rafa Jafar membuat titik pengumpulan sampah elektronik dengan dropzone E-Waste RJ di 13 kota Indonesia, termasuk Jakarta, Depok, Bogor, Surabaya, Bekasi, Yogyakarta, Salatiga, Tuban, Palembang dan Makassar.

"Ide dropzone ini ide anak saya dari tugas sekolah dasarnya dulu, lalu diaplikasikan ke buku. Kemudian dibentuklah komunitas dan sekarang jadi yayasan. Tujuannya yang utama jelasnya sih untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap pengelolaan sampah elektronik," kata Farah di Jakarta, Jumat (13/9/2019).

"Sering dianggap sepele sih sampah elektronik ini, tapi bahayanya itu loh ke kita banget," ujarnya lagi.

Pertama, ada logam merkuri dapat meracuni manusia dan merusak sistem saraf otak, serta bisa pula menyebabkan cacat bawaan.

Lalu, ada timbal yang dapat mengganggu sistem peredaran darah, ginjal, perkembangan otak anak dan juga merusak sistem saraf. Bahkan di lingkungan, timbal juga dapat meracuni tanaman, hewan, dan mikroorganisme.

Selanjutnya, kromium dapat terserap ke dalam sel sehingga mengakibatkan berbagai efek racun, alergi dan kerusakan DNA.

Kadmium juga menjadi salah satu yang terdapat dalam sampah elektronik atau E-Waste. Logam ini bisa merusak ginjal karena masuk ke tubuh melalui respirasi dan makanan.

Selain itu, ada PBDE yang sangat berkemungkinan merusak endokrin dan mereduksi level hormon tiroksin di hewan mamalia dan manusia, sehingga perkembangan tubuhnya menjadi terganggu.

Lantas, ada satu lagi senyawa yang membahayakan bernama polybrominated biphennyls (PBB). Ketika tercampur dalam pakan sapi, lalu sapi itu dikonsumsi manusia, maka manusia yang memakannya berisiko 23 kali lebih tinggi terserang kanker pencernaan.

Sadar E-Waste lewat dropzone

Khawatir akan efek-efek mengerikan di atas, banyak elemen masyarakat, termasuk komunitas dan Dewan Lingkungan Hidup, serta beberapa perusahaan pengelola sampah di Indonesia, yang menggalakkan sadar E-Waste atau sampah elektronik tersebut.

Pengelolaan sampah elektronik tidak bisa dilakukan sembarangan dan membutuhkan teknologi, sehingga dibuatlah titik-titik di berbagai daerah yang menyediakan dropzone E-Waste.

Dropzone ini merupakan tempat menaruh sampah elektronik yang berukuran kecil dan muat di mulut kotak, seperti ponsel, kabel, charger, baterai, mikrofon.

Sementara itu, untuk sampah elektronik yang berukuran besar, seperti televisi, kulkas, komputer, printer, mesin cuci dan lainnya, Anda bisa menghubungi penyedia layanan jemput sampah elektronik tersebut.

Jika Anda hanya menyimpan atau malah membuang sembarangan, atau bahkan membakarnya, efek buruk dari berbagai bahan beracun yang disebutkan dia atas akan menyebar dan menjadi faktor penyebab penyakit.

https://sains.kompas.com/read/2019/09/14/200235723/limbah-elektronik-di-indonesia-dari-bahaya-sampai-solusinya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke