Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Burung Urban, Jenis Burung Liar yang Bisanya Hidup di Kota

Sama seperti manusia, burung urban merupakan burung yang habitat atau tempat tinggalnya di perkotaan. 

Peneliti dan Pengamat Burung dari NGO Fauna and Flora International-Indonesia Program, Ady Kristanto SSi mengatakan, beberapa burung yang bisa digolongkan sebagai burung urban antara lain burung gereja dan burung tekukur.

Burung gereja alias burung pingai, merupakan jenis burung pipit kecil yang berasal dari keluarga Passeridae.

Burung-burung ini mendiami perkotaan dalam jumlah sangat besar. Ady menyebut, meski hidup di alam liar dan tidak dipelihara, burung gereja tergolong jinak.

Sementara burung tekukur (Spilopelia chinensis), merupakan burung merpati kecil yang memiliki ekor agak panjang dan berdarah panas.

"Dua jenis burung ini (adalah) jenis burung yang tidak bisa tinggal di hutan alami," kata Ady ditemui seusai acara Mari Cerita Papua, di Jakarta (11/9/2019).

"Bahkan sebenarnya burung gereja ini enggak bisa tinggal di hutan asli. Kalau diperjalanan udah nemu burung ini, pastilah itu daerah tidak jauh dari desa. Udah kental habitatnya burung gereja ini dengan keramaian manusia," imbuh Ady.

Selain Jakarta, kota besar lainnya seperti Bandung dan Surabaya, saat ini masih dilakukan observasi tentang burung urban tersebut.

Meski hidup di kota, burung urban tetap bisa bertahan hidup karena masih terdapat pepohonan di beberapa wilayah di perkotaan.

"Jadi, mereka (burung urban) itu juga masih bertahan di kota karena masih ada beberapa wilayah, misal di Jakarta sendiri, ada taman dan pepohonan yang dijaga, meski tidak di kebun binatang saja," tutur Ady.

Tantangan burung urban

Burung urban memang tidak berpotensi punah, tapi bukan berarti tidak akan hilang.

Ady bercerita, di masa lalu ada jenis burung yang habitatnya di perkotaan, tapi menghilang atau pindah ke daerah karena tidak mampu lagi bertahan di perkotaan.

"Namanya burung srigunting. Saat ini (burung srigunting) menghilang atau bergeser ke wilayah lain yang lebih hijau. Burung itu dijadikan maskot kota Jakarta Timur, waktu itu kota tersebut masih berupa hutan-perkebunan dan sentra buah-buahan sehingga burung srigunting mudah ditemukan," tukas Ady.

Meski populasinya masih ada, tapi burung srigunting sudah tidak bisa ditemukan di Jakarta. Habitat burung tersebut bergeser ke pinggiran kota Bogor.

Potensi burung hutan melakukan urbanisasi

Beberapa jenis burung yang tinggal di hutan, menurut Ady, juga berpotensi menjadi burung urban, meski membutuhkan proses yang lama dalam kemampuan beradaptasi.

Contohnya, dikatakan Ady, seperti burung kacamata cipoh kacat. Ini merupakan jenis burung kecil dari keluarga Aegithinidae, genus Aegithina yang dapat dijumpai di Indian dan Asia Tenggara.

Habitat alami burung ini pada umumnya di area dataran rendah hingga pegunungan dengan ketinggian sampai 1000 meter di atas permukaan laut, di Pulau Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan.

Namun, burung ini juga banyak ditemui di hutan sekunder, hutan terbuka, hutan mangrove, serta ada di taman yang dekat di pemukiman masyarakat.

Ciri-ciri burung ini adalah, berukuran sekitar 14 sentimeter saat dewasa, memiliki bulu berwarna kuning kehijau-hijauan dengan variasi warna hitam dan putih di bagian sayap. Paruh burung ini berwarna hitam dan abu-abu, serta bagian kaki berwarna abu-abu gelap.

https://sains.kompas.com/read/2019/09/13/074630423/mengenal-burung-urban-jenis-burung-liar-yang-bisanya-hidup-di-kota

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke