Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Memahami Protes Franda dan Tren Pemberian Nama Unik untuk Anak

Seperti diberitakan Kompas.com, Franda diketahui melakukan protes pada akun instagram @zylvechia_kimberly. Dalam komentar, Franda merasa keberatan nama anaknya dipakai orang lain untuk menamai anak mereka.

"Aduh.. Lain kali mungkin bisa lebih kreatif. Saya bikin nama mikirinnya susah2 lhoo.. Cari nama yg bagus khusus buat anak saya. Lalu main dicomot aja sama orang lain buat namain anaknya," tulis Franda seperti dikutip Kompas.com.

Tak cukup sampai di situ, Franda juga mengirim pesan pribadi ke akun tersebut. Dia mengatakan, anak lain seakan tidak pantas menggunakan nama Zylevechia.

Menurut keterangan ayah Zylvechia Kimberly, nama itu dipilih setelah berdebat dengan sang istri yang merupakan penggemar Franda.

"Kita sama sekali nggak menyangka kalo nama ini akan berakibat dengan ketidak senangan si publik figur. intinya dari cerita ini hanya karna istri saya ngefans. Serendah apa anak kami sehingga dianggap tidak layak memakai nama Zylvechia," tulis ayah Zylvechia Kimberly.

Tren nama anak publik figur

Nama unik dan langka di kalangan publik figur bukan barang baru. Bukan cuma Franda, publik figur Internasional dan dalam negeri juga memberi nama spesial untuk anak mereka.

Secara khusus New York Time pernah menulis artikel tentang penamaan anak bintang Hollywood yang unik dan langka.

Dalam tulisan edisi 16 April 2006 itu ditulis, penamaan anak bagi bintang terkenal merupakan jendela menuju jiwa.

"Mungkin secara tidak sadar, para bintang memanfaatkan kesempatan menjadi orangtua untuk mengungkapkan obsesi, ambisi, dan keinginan yang tak pernah tersampaikan ketika menjalani dunia hiburan," ungkap psikolog saat itu.

Ketika suatu nama yang sangat pribadi disematkan untuk anak, hal ini disebut psikolog berhasil memuaskan ketertarikan tertentu dalam diri orangtua.

Selain kepuasan diri sendiri, psikolog menilai bahwa ketika seorang publik figur memberi nama "eksklusif" untuk anak, mereka sebenarnya sedang memberi warisan spesial sejak dini.

"Ada perasaan 'saya istimewa, saya berbeda. Oleh karena itu, anak saya juga istimewa dan berbeda'," kata psikolog klinis Jenn Berman menjelaskan soal warisan spesial sejak dini.

"Hal ini tidak disadari, tapi mereka berpikir, 'kita keluarga kreatif dan kamu (anak) memiliki potensi untuk jadi kreatif. Jadi saya memberi kamu nama unik'," imbuh Berman.

Psikolog lain, Stuart Fischoff, menilai bahwa beberapa orang beranggapan jika memberi nama anak yang biasa akan memalukan.

"Publik figur mengekspresikan kreativitas dan rasa takut lewat nama anak. Akan sangat memalukan jika dianggap biasa saja," kata Fischoff.

Kaum milenial tak pilih nama pasaran untuk anak

Namun, perlu disadari nama spesial tak hanya dimiliki anak-anak publik figur. Ada kecenderungan, kaum milenial lebih memilih nama yang tidak pasaran sejak satu dekade terakhir.

Riset tahun 2016 menyebut, kaum milenial cenderung memberi nama yang terdengar aneh dan asing untuk anak mereka.

Dalam laporan riset yang diterbitkan jurnal Applied Social Psychology, tim psikolog menganalisis 358 juta nama bayi dalam database Administrasi Keamanan Sosial AS. Dari data tersebut, tim menemukan bahwa orangtua milenial cenderung memakai nama-nama tak biasa.

"Ada kecenderungan bahwa orangtua menginginkan anak mereka lebih menonjol dan berbeda dibanding (nama) 10 tahun lalu," ujar Jean Twenge, seorang profesor psikologi di San Diego State University, seperti diberitakan Time, (29/9/2016).

Menariknya, studi ini menemukan bahwa anak laki-laki lebih mungkin memiliki nama umum dibanding anakk perempuan.

Selain itu, sedikit berhubungan dengan kasus anak Franda, Twenge menilai bahwa obsesi atau ketertarikan dengan para selebriti, termasuk anak-anak mereka juga berperan dalam peningkatan nama bayi yang unik.

"Orang-orang tertarik pada ketenaran selebriti, termasuk nama anak," ujar dia.

https://sains.kompas.com/read/2019/09/11/083500923/memahami-protes-franda-dan-tren-pemberian-nama-unik-untuk-anak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke