PB Djarum berencana menghentikan Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis mulai tahun depan.
Keputusan tersebut diambil karena laporan KPAI yang menyebut adanya eksploitasi anak dalam gelaran ini. Namun, Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menegaskan, pihaknya tidak berniat meminta penghentian audisi bulu tangkis untuk anak-anak yang diinisiasi PB Djarum.
Terlepas dari polemik ini, bulu tangkis memang merupakan cabang olahraga yang disukai banyak kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Indonesia pun kerap menorehkan prestasi bulu tangkis di kancah dunia.
Sebut saja Rudi Hartono yang mampu memenangi kejuaraan All England hingga delapan kali. Kemudian ada Susi Susanti, Alan Budikusuma, Taufik Hidayat, dan idola baru Jonathan Christie yang ikut mengharumkan nama Indonesia di kancah Asian Games 2018.
Asal mula bulu tangkis
Soal siapa yang memperkenalkan bulu tangkis, ada dua pendapat yang beredar.
Pertama, bulu tangkis disebut berasal dari masa Mesir kuno, sekitar 2.000 tahun lalu.
Kedua, bulu tangkis berasal dari China lewat permainan tradisional yang bernama Jianzi.
Permainan Jianzi menggunakan kok, tapi tanpa raket. Sebagai gantinya, raket diganti dengan kaki.
Aturan Jianzi pun sama dengan bulu tangkis, yakni menjaga kok agar tidak menyentuh tanah selama mungkin tanpa menggunakan tangan.
Jejak bulu tangkis mulai mendunia
Di tahun 1800-an, orang Inggris sebenarnya juga memiliki permainan tradisional yang populer di kalangan anak-anak. Nama permainan itu adalah Battledores and Shuttlecocks.
Anak-anak Inggris pada waktu itu menggunakan dayung atau tongkat (Battledores). Pemain harus menjaga agar kok tetap di udara dan jangan sampai menyentuh tanah atau lantai.
Permainan ini sangat populer di mainkan di jalanan London pada tahun 1854.
Orang Inggris kemudian membawa permainan ini ke Jepang, China, dan Siam (sekarang Thailand) selagi mereka mengolonisasi Asia. Permainan ini dengan cepat menjadi permainan anak-anak di wilayah setempat.
Beberapa sumber menyebut olahraga kompetitif bulu tangkis diciptakan oleh petugas Tentara Britania di Pune, India pada abad ke-19 saat mereka menambahkan jaring di tengah area permainan dan memainkannya secara bersaingan. Oleh sebab kota Pune dikenal sebelumnya sebagai Poona, permainan tersebut juga dikenal sebagai Poona pada masa itu.
Para tentara membawa permainan itu kembali ke Inggris pada 1850-an.
Namun ada juga yang mengatakan, permainan bulu tangkis mulai dikenal dunia pada abad ke-17 berkat Badminton House.
Disebutkan, keluarga Duke of Beaufort, pemilik Badminton House, mengadakan perlombaan bulu tangkis di Istana.
Lewat permainan Battledore and Shuttlecocks, panitia penyelenggara memodifikasi permainan dengan menggunakan tali di tengah area permainan. Pembatas tali inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya bulu tangkis modern.
Olah raga ini mendapatkan namanya yang sekarang (badminton) pada 1860 dalam sebuah pamflet oleh Isaac Spratt, seorang penyalur mainan Inggris, berjudul "Badminton Battledore - a new game".
Di dalam pamflet itu tertulis, permainan tersebut dimainkan di Gedung Badminton (Badminton House), estat Duke of Beaufort's di Gloucestershire, Inggris.
Rancangan peraturan pertama ditulis oleh Klub Badminton Bath pada 1877. Asosiasi bulu tangkis Inggris dibentuk pada 1893 dan kejuaraan internasional pertamanya berunjuk-gigi pertama kali pada 1899 dengan Kejuaraan All England.
Bulu tangkis menjadi olahraga populer di dunia, terutama di wilayah Asia Timur dan Tenggara, yang saat ini mendominasi olahraga ini, dan di negara-negara Skandinavia.
Sejarah bulu tangkis di Indonesia
Bulu tangkis di Indonesia mulai berkembang setelah Indonesia merdeka.
Pada 1947 berdiri persatuan bulu tangkis bernama Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI). Kemudian tanggal 5 Mei 1951 dibentuklah Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI).
Kala itu, Bung Karno menginginkan agar olahraga menjadi alat untuk memperkenalkan Indonesia di dunia.
Pada 1958, Indonesia berpartisipasi dalam Piala Thomas di Singapura. Indonesia belum diperhitungkan kemampuannya di mata negara lain.
Namun dua bintang Indonesia Tan Joe Hok dan Ferry Sonnevile berhasil berlaha di All Indonesian Final.
Sejak saat itulah, tim bulu tangkis Indonesia mulai meraih banyak piala di ajang perlombaan dunia.
https://sains.kompas.com/read/2019/09/10/112532323/penemuan-yang-mengubah-dunia-bulu-tangkis-bermula-dari-mesir-kuno