Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kasus Anjing Bima Aryo Gigit ART, Pemilik Kucing Juga Harus Waspada

KOMPAS.com - Seorang asisten rumah tangga bernama Yayan tewas karena diserang oleh anjing milik Bima Aryo. Kasus ini mengejutkan masyarakat Indonesia, khususnya para pemilik anjing.

Namun, pemilik kucing pun tidak boleh lengah. Pasalnya, gigitan dan cakaran kucing juga berpotensi memberikan penyakit berbahaya bagi manusia.

Untuk mengetahui seberapa besar potensi bahaya dari gigitan dan cakaran kucing bagi manusia, Kompas.com menghubungi Dosen Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana Kupang, drh Yeremia Yobelanno Sitompul MSc, melalui telepon pada Rabu 4 September 2019.

Dokter yang akrab dipanggil Yeyes ini menyatakan gigitan kucing harus diwaspadai karena bisa membawa virus rabies.

"Kasus kucing rabies itu jarang. Di Indonesia belum ada, tetapi kalau menengok ke Amerika, justru rabies pada kucing lebih tinggi dibanding rabies pada anjing," ujar Yeyes.

Meski demikian, para pemilik kucing juga harus mengetahui tanda-tanda rabies pada kucing, yaitu menjadi lebih agresif dan tidak mau minum karena tenggorokan kucing sakit.

Selain virus rabies, Yeyes berkata bahwa dalam mulut kucing terdapat bakteri Capnocyptophaga canimorsus yang bisa menyebabkan mortalitas atau jumlah kematian sampai 30 persen pada manusia yang punya kelainan daya tahan tubuh lemah dan alkoholik.

Dalam mulut kucing, juga ada bakteri Pasteurella multocida. Bakteri ini terdapat pada 90 persen populasi kucing dan bisa menyebabkan infeksi zoonotik pada manusia jika berhasil masuk ke pembuluh darah melalui gigitan.

Yeyes menjelaskan bahwa pada awalnya, korban gigitan akan mengalami septicaemia, atau tumbuhnya bakteri dalam aliran darah dan membuat korban gigitan demam. Namun, jika imunitas orang yang tergigit sedang lemah, maka dapat berlanjut hingga meningitis (peradangan selaput otak) dan gagal jantung.

Tak hanya gigitannya, cakaran kucing juga bisa membahayakan manusia.

"Sebenarnya prinsipnya hampir sama dengan gigitannya (kucing), tapi ada bakteri yang beda yang sering tersebar saat kucing itu mencakar," tutur Yeyes.

Bakteri yang dimaksudkan ialah Bartonella henselae. Yeyes mengatakan, bakteri B. henselae sebenarnya terdapat pada kutu kucing yang berada di sela-sela jari kaki kucing.

Ketika kutu kucing mengeluarkan feses berisi bakteri B. henselae, bakteri tersebut kemudian akan tinggal di kuku kucing.

Jika terinfeksi, maka akan muncul gajala yang beragam, seperti pembengkakan kelenjar getah bening khususnya pada bagian kepala, leher dan lengan, ataupun demam, sakit kepala, lemas, hingga kehilangan berat badan dan nafsu makan.

Untungnya, Yeyes juga berkata bahwa penanganan dini bisa mengurangi risiko berbahaya dari gigitan dan cakaran kucing.

Bila Anda baru saja dicakar oleh kucing, segera cuci tangan dan basuh luka bekas cakaran dengan antiseptik atau antibiotik topikal.

"Setelah kena cakar kucing itu, biasanya sudah mencuci tangan dan lukanya serta dikasih antiseptik atau antibiotik topikal, aman kok, enggak sampai kena efek yang fatal sekali," ujar Yeyes.

Namun, kalau Anda mengalami demam ataupun pusing, segeralah berkonsultasi dengan dokter. Dokter mungkin akan memberikan vaksin yang sesuai dengan gejala Anda dan kucing peliharaan.

"Kalau bisa (setelah digigit), kucingnya ditangkap dan diamati selama 10 hari. Jangan ada kontak dengan kucing itu, juga kalau melihat ada tanda-tanda gejala rabies, kucing dan manusia yang digigit perlu disuntik vaksin," ungkap dia.

"Jika kucingnya menunjukkan gejala rabies selama 10 hari pengamatan itu, jalan satu satunya hanya dieuthanasia untuk si kucing," tutup Yeyes.

https://sains.kompas.com/read/2019/09/05/090600023/kasus-anjing-bima-aryo-gigit-art-pemilik-kucing-juga-harus-waspada

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke