Dari pemberitaan media tentang Lala, gadis kelahiran 13 Mei 2000 itu disebut sebagai anak gifted dan berkebutuhan khusus.
Sebelum membaca cerita tentang Lala, sebaiknya kita memahami lebih dulu apa itu gifted dan berkebutuhan khusus.
Anak berkebutuhan khusus
Berkebutuhan khusus tidak selalu merujuk pada disabilitas fisik atau mental, tetapi juga keterbatasan diri dalam tingkah laku, emosional, atau belajar.
Beberapa kamus bahasa Inggris, salah satunya Merriam Webster, juga menjelaskan hal ini. Karena kesulitan tersebut, individu membutuhkan bantuan khusus.
Nah, selain disabilitas yang kita kenal, anak gifted atau anak berbakat juga termasuk berkebutuhan khusus.
Seperti Lala, dia merupakan anak gifted alias anak berbakat dengan kemampuan luar biasa yang berbeda dengan anak-anak sebayanya.
Mengenal gifted dan kenapa termasuk kebutuhan khusus?
Menurut gifted and talented children's education act of 1978, anak gifted didefinisikan sebagai anak yang teridentifikasi - ketika prasekolah, sekolah dasar, atau sekolah menengah - sebagai orang yang memiliki kemampuan potensial dan menunjukkan kapabilitas performansi pada area yang spesifik, seperti intelektual, akademis, seni, dan kepemimpinan.
Lantas, kenapa anak gifted atau bocah jenius disebut anak berkebutuhan khusus? Bukannya anak jenius dapat menyelesaikan segala persoalan dengan lebih mudah?
Para psikolog mengungkap anak gifted memiliki lima kebutuhan khusus yang umum dialami:
1. Sulit berinteraksi dengan teman sebaya
Menurut situs resmi Jaringan Psikologi Indonesia, anak gifted justru seringkali mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan, terutama teman sebaya.
Kesulitan inilah yang bisa memengaruhi perkembangan pribadi anak. Sering kali, hal ini menimbulkan masalah psikologis yang sulit diatasi sendiri bila tidak ada dukungan dari lingkungan sosial, terutama keluarga dan sekolah.
2. Perhatian
Menurut situs resmi Special Needs, anak gifted sulit memperhatikan di kelas, dan kadang salah didiagnosis dengan ADD atau ADHD.
Ketika anak-anak yang berbakat tidak diberi bahan yang menarik dan menantang, mereka secara alami menjadi bosan dan mencari hal-hal lain untuk memenuhi pikiran mereka atau hanya melamun untuk menghabiskan waktu.
Ini bukan perilaku yang harus disalahkan, justru ini pertanda anak gifted membutuhkan kesempatan belajar lebih untuk merangsang kemampuan kognitifnya.
3. Motivasi
Anak-anak yang berbakat juga dapat menunjukkan kurangnya motivasi karena beberapa alasan yang mirip seperti poin nomor 2.
Ketika anak-anak tidak tertantang, maka mereka tidak bisa tumbuh. Akibatnya, mereka menjadi bosan dan gelisah.
Jika kebosanan ini menjadi bagian dari rutinitas sehari-hari, maka anak-anak hanya akan menyerah pada sekolah dan kehilangan motivasi untuk mengikuti pelajaran di kelas, dan mungkin muncul keinginan tidak bersekolah sama sekali.
Jika anak Anda yang berbakat mulai menunjukkan tanda-tanda tidak tertarik ketika datang ke sekolah, maka Anda perlu mengambil tindakan untuk memastikan dia diberikan kurikulum yang lebih menarik dan menantang.
4. Komunikasi verbal
Komunikasi verbal juga dapat menjadi area kebutuhan khusus bagi banyak siswa berbakat.
Para ahli berteori, kata yang diucapkan dapat menyulitkan anak-anak ini karena mereka memiliki tugas tambahan untuk menerjemahkan ide-ide rumit di kepala mereka ke dalam bahasa yang dapat dipahami orang lain.
Proses ini dapat menyebabkan keraguan abnormal ketika berbicara, gagap, dan frustrasi di pihak anak dan kadang-kadang orang-orang di sekitarnya.
Untuk membantu anak Anda yang berbakat mengembangkan keterampilan komunikasi verbal yang baik, dorong dia untuk memikirkan apa yang akan dia katakan sebelum dia mengatakannya.
Perlihatkan proses untuknya, dan beri tahu dia bahwa sangat normal untuk berhenti sebelum menjawab pertanyaan.
Tanda anak gifted
Amril Muhammad, pengajar Cugenang Gifted School pernah berkata kepada Kompas.com, anak gifted memiliki kemampuan mencapai 4 kali anak biasa. Mereka memiliki kecerdasan intelektual very superior atau skor IQ di atas 130.
Amril juga mengatakan, anak gifted cenderung lebih senang bergaul dibanding anak sebayanya.
"Mereka cenderung terlihat nakal dan penasaran tinggi, tidak bisa diam," ujar Amril.
Uraian ini pun dibenarkan oleh kedua orangtua Lala, B. Boy Rahardjo Sidharta dan Patricia Lestari Taslim. Boy dan Patricia mengalami hal-hal itu ketika mendampingi dan mengasuh Lala.
Ketika Kompas.com menemui Boy dan Patricia di rumah mereka Senin sore (2/8/2019), keduanya banyak bercerita tentang masa kecil Lala, sekaligus tantangan dalam mengasuh putri tunggalnya.
"Mengasuh anak gifted itu harus sabar," ujar Patricia tersenyum.
Baik Boy dan Patricia mengaku baru mengetahui bahwa anak mereka gifted pada saat usia 13 tahun, tepat saat Lala harus menjalani tes IQ agar bisa mengikuti Ujian Kejar Paket B (Setara Homeschooling). Ini karena Lala menjalani pendidikan homeschooling setelah lulus Sekolah Dasar (SD).
Karena umur Lala masih kurang, dan dia baru mengikuti homeschooling selama satu setengah tahun, ada syarat khusus bagi Lala untuk bisa mengikuti ujian Kejar Paket B, yakni dia harus mendapat skor IQ di atas 130 dalam skala wechsler.
"Saat dites IQ pertama, hasilnya 131, hanya lewat sedikit dari standar. Itulah yang membuat Lala bisa ikut ujian Kejar Paket B (setara SMP)," ujar Patricia.
Satu setengah tahun setelah itu, Lala kembali melakukan tes IQ untuk mengikuti ujian Kejar Paket C (Setara SMA). Dia mendapat skor tes IQ antara 134 sampai 135.
Secara teori wajar ada perbedaan 3-5 skor IQ, karena adanya faktor bias.
Sejak tes IQ pertama itulah, Patricia bertanya-tanya, ada apa dengan IQ di atas 130 dalam skala wechsler, kenapa hal ini menjadi syarat untuk bisa mengikuti ujian lebih cepat.
Akhirnya Patricia menemukan, bahwa anak dengan IQ di atas 130 dalam skala wechsler merupakan anak-anak gifted.
Setahun setelah Lala mengambil kuliah Pendidikan Bahasa Jerman di UNY, Patricia pun tergerak untuk mendaftar Pascasarjana Luar Biasa UNY angkatan 2016.
"Saya merasa tidak cukup bekal untuk membantu (Lala). Sudah bikin sakit kepala ini. Sehingga seizin suami saya ingin kuliah lagi, agar punya ilmu yang bermanfaat dalam mendidik Lala ataupun anak-anak gifted lainnya," ungkap Patricia atas pergolakan batin yang terjadi saat itu.
https://sains.kompas.com/read/2019/09/04/061100223/memahami-gifted-dan-berkebutuhan-khusus-lewat-maria-clara-yubilea