KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan bahwa Pulau Kalimantan adalah satu-satunya pulau di Indonesia dengan tingkat aktivitas kegempaan relatif paling rendah.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, berkata bahwa meskipun di Pulau Kalimantan terdapat struktur sesar dan memiliki catatan aktivitas gempa bumi, secara umum wilayah Pulau Kalimantan masih relatif lebih aman dibanding daerah lain, seperti Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan Papua, yang memiliki catatan sejarah gempa merusak dan menimbulkan korban jiwa.
Dwikorita menjelaskan, kondisi seismisitas Pulau Kalimantan yang relatif rendah ini berdasarkan sejumlah fakta, di antaranya wilayah Pulau Kalimantan memiliki jumlah struktur sesar aktif yang jauh lebih sedikit daripada pulau-pulau lain di Indonesia.
Selanjutnya, wilayah Pulau Kalimantan lokasinya cukup jauh dari zona tumbukan lempeng (megathrust), sehingga suplai energi yang membangun medan tegangan terhadap zona seismogenik di Kalimantan tidak sekuat akumulasi medan tegangan zona seismogenik yang lebih dekat zona tumbukan lempeng.
Tidak hanya itu, beberapa struktur sesar di Kalimantan kondisinya sudah berumur tersier sehingga banyak segmentasinya yang sudah tidak aktif lagi dalam memicu gempa.
Tetap perlu antisipasi
Namun demikian, untuk mengantisipasi terjadinya bencana, khususnya di wilayah pesisir Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan, yang berhadapan dengan sumber gempa; masih perlu disusun strategi mitigasi bencana dengan menyiapkan tata ruang pantai agar masyarakat pesisir lebih aman dalam menghadapi ancaman tsunami.
Selain itu, lanjut Dwikorita, konsep evakuasi mandiri dengan menjadikan guncangan gempa kuat sebagai peringatan dini tsunami alami juga menjadi pilihan tepat dan efektif untuk menyelamatkan masyarakat.
Edukasi evakuasi mandiri dan pelatihan evakuasi (drill) akan disosialisasikan kepada masyarakat di wilayah pantai rawan tsunami. Tujuannya agar mereka memahami bagaimana cara agar selamat saat terjadi gempa bumi dan tsunami.
BMKG sendiri juga sedang menyiapkan sistem monitoring gempa dan langkah-langkah mitigasi gempa bumi dan tsunami yang lebih mumpuni untuk menjaga keselamatan masyarakat dan keberlanjutan perekonomian di calon wilayah Ibukota tersebut.
"BMKG bersama Kementerian atau lembaga lain berupaya meminimalisir sekecil mungkin risiko kebencanaan di wilayah tersebut dengan menyiapkan skenario mitigasi bencana yang tepat, terpadu, dan berkesinambungan," tutur Mohammad Sadly, Deputi Geofisika BMKG.
Di tahun 2019, BMKG akan memasang sensor gempa sebanyak 194 unit, sedangkan pada tahun 2020, BMKG juga akan memasang sensor gempa sebanyak 154 unit untuk merapatkan jaringan monitoring gempa nasional.
Tidak hanya itu, di tahun 2020, BMKG juga telah merencanakan pembangunan 300 sarana penyebarluasian informasi gempabumi dan peringatan dini tsunami Warning Receiver System (WRS) di seluruh wilayah Indonesia.
Sadly juga berkata bahwa untuk perencanaan dan pengembangan wilayah yang aman dari gempa bumi, serta menjadi acuan dalam membangun bangunan tahan gempa, maka BMKG melalakukan kegiatan mikrozonasi seismik.
Mikrozonasi ini dapat mengidentifikasi zona rentan gempa bumi yang kemudian dapat ditindaklanjuti dengan upaya penguatan struktur bangunan supaya tetap aman meskipun terjadi gempa.
https://sains.kompas.com/read/2019/09/02/230800823/aktivitas-gempa-di-pulau-kalimantan-paling-rendah-seindonesia