Akibat peristiwa ini, jaringan telekomunikasi termasuk telekomunikasi seluler di Jayapura terputus pada Kamis (29/8/2019).
Direktur Jenderal Aplikasi dan Informatika Kementerin Komunikasi dan Informatika, Samuel Abrijani Pangarepan mengungkap, pihaknya mendapat laporan pembakaran kabel koneksi antar-BTS dari operator telekomunikasi.
"Tidak ada (kebijakan) pemutusan telekomunikasi. Dari laporan operator, kabel koneksi antar-BTS dibakar massa. Ini yang mengakibatkan jaring selular mati. Ada 313 BTS yg tidak berfungsi," ujar Samuel saat dikonfirmasi Kompas.com.
BTS merupakan peralatan yang memfasilitasi komunikasi nirkabel antara peralatan pengguna (UE) dengan jaringan.
UE sendiri merupakan perangkat komunikasi seperti ponsel, ponsel WLL, dan komputer dnegan konektivitas internet nirkabel.
Diberitakan Kompas.com, Kamis (30/8/2019) dengan judul Kabel Koneksi Antar-BTS Dibakar Massa, 313 BTS di Jayapura Mati, Menkominfo Rudiantara mengatakan, ada yang memutus kabel utama jaringan optik Telkomsel sehingga menyebabkan matinya seluruh layanan telekomunikasi di Jayapura, Papua.
Pemberitaan di atas menandakan, kabel koneksi antar-BTS dan kabel optik merupakan fasilitas penting dalam komunikasi nirkabel.
Namun, bagaimana kedua hal ini bisa membuat kita berkomunikasi jarak jauh?
Untuk diketahui, kegiatan menelepon, mengirim pesan singkat, mengirim email, berselancar di internet sangat mudah dilakukan berkat penemuan fiber optik. Bisa dikatakan, fiber optik menjadi "alat" pengirim data berkecepatan tinggi dengan menggunakan cahaya.
Apa itu fiber optik?
Ketika kita beromunikasi lewat telepon kabel, kabel itu akan membawa suara ke soket dinding dan menyampaikan suara ke seberang telepon.
Sementara ponsel, mengirim dan menerima informasi menggunakan gelombang radio takterlihat. Teknologi yang digunakan disebut nirkabel.
Sementara fiber optik, mengirim informasi yang dikodekan dalam sorotan cahaya ke gelas atau pipa plastik.
Perjalanan panjang fiber optik
Sebelum ada fiber optik, manusia berkomunikasi dengan bantuan kabel tembaga.
Kabel tembaga sendiri sudah dikenal dan mulai digunakan bangsa Romawi sejak 2.000 tahun lalu. Kala itu mereka menggunakan kabel tembaga untuk memudahkan mengangkut air dari satu tempat ke tempat lain.
Barulah pada 1790-an, French Chappe bersaudara menciptakan telegraf optik pertama. Ini merupakan sistem yang terdiri dari serangkaian lampu dipasang di menara, di mana operator akan menyampaikan pesan dari satu menara ke menara lain.
Di abad berikutnya, langkah awal besar dalam ilmu optik mulai lahir.
Hal ini bermula dari fisikawan Daniel Collodon dan Jacques Babinet yang menemukan cahaya dapat diarahkan sepanjang semburan air untuk mempercantik tampilan air mancur pada 1840-an.
Pada 1854, John Tyndall, ahli fisika Inggris mendemonstrasikan cahaya dapat bergerak melalui aliran air melengkung. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa sinyal cahaya dapat melengkung.
Model ini jugalah yang diterapkan dalam sistem kerja fiber optik, di mana informasi dikirim lewat cahaya.
Penemuan fiber optik juga tak lepas dari peran Alexander Graham Bell yang mematenkan sistem telepon optik yang disebut photophone pada 1880.
Photophone mampu membawa suara pada seberkas cahaya. Pada mulanya, photophone tak akan bisa berfungsi jika langit mendung.
Sejak saat itu, penelitian tentang ilmu optik makin berkembang dan melibatkan banyak ahli.
Hingga pada 1950-an, fiber optik digunakan dalam dunia medis untuk membantu dokter mengetahui apa yang ada di dalam tubuh manusia tanpa harus melakukan pembedahan.
Pada 1960-an para insinyur menemukan cara menggunakan teknologi fiber optik untuk melakukan panggilan telepon dengan kecepatan cahaya.
Biasanya kecepatan cahaya mencapai 300.000 kilometer per detik dalam ruang hampa, tapi ada keterlambatan sekitar dua pertiga kecepatan dalam kabel fiber optik.
Dari sinilah kemudian manusia bisa berkomunikasi jarak jauh di waktu bersamaan, meski terhalang tempat dan waktu.
https://sains.kompas.com/read/2019/08/30/200000723/penemuan-yang-mengubah-dunia--fiber-optik-si-pelancar-komunikasi