"Saya keberatan dengan hukuman suntik kebiri kimia. Saya menolak karena efek kebiri berlaku sampai seumur hidup. Mending saya dihukum dua puluh tahun penjara atau dihukum mati. Setimpal dengan perbuatan saya," ujarnya di Lapas Mojokerto, Jawa Timur, Senin (26/8/2019).
Benarkah apa yang dikatakan olehnya, bahwa mati masih lebih baik daripada dikebiri kimia dan efek kebiri kimia berlaku seumur hidup?
Dilansir dari artikel Kompas.com, Senin (26/8/2019), kebiri kimia dilakukan dengan memasukkan zat kimia anti-androgen ke tubuh seseorang lewat pil atau suntikkan.
Tujuannya, agar produksi hormon testosteron yang mengatur banyak fungsi, termasuk fungsi seksual, di tubuh mereka berkurang. Dengan demikian, gairah seksual mereka pun berkurang.
Selain memengaruhi gairah seksual, kebiri kimia juga dapat menimbulkan berbagai reaksi pada tubuh. Reaksi negatifnya meliputi penuaan dini karena cairan anti-androgen mampu mengurangi kepadatan tulang sehingga menjadi keropos dan risiko osteoporosis meningkat.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, Wimpie Pangkahila, juga berkata bahwa anti-androgen dapat mengurangi massa otot sehingga kemungkinan tubuh untuk menumpuk lemak pun meningkat. Hal ini membuat risiko penyakit jantung dan pembuluh darah ikut meningkat.
Meski demikian, efek dari kebiri kimia tidak permanen. Jika pemberian zat anti-androgen baik dalam bentuk suntikan atau pil dihentikan, maka efeknya akan berhenti dan fungsi seksual pun kembali. Ini termasuk gairah dan kemampuan ereksinya.
Satu-satunya cara untuk mempertahankan efek kebiri kimia adalah dengan terus-terusan mengonsumsi pil anti-androgen atau disuntik anti-androgen.
https://sains.kompas.com/read/2019/08/29/190000023/pemerkosa-9-anak-pilih-mati-benarkah-kebiri-kimia-lebih-parah-dari-kematian-