Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Viral Instalasi Gabion dari Batu Karang, Begini Tanggapan Ahli

Hal ini bermula dari unggahan pemerhati isu lingkungan Riyanni Djangkaru. Mantan presenter acara Jejak Petualang itu mengatakan, bebatuan yang digunakan untuk instalasi adalah batu karang.

Kritik ini muncul setelah Riyanni dan beberapa kawannya mengecek langsung instalasi tersebut.

"Pas saya dekati, kelihatan memang sebagian besar pola-pola skeleton karang itu terlihat cukup jelas. Kalau dilihat langsung, kita langsung ngeh," ujar Riyanni seperti diberitakan Kompas.com dalam artikel Riyanni Djangkaru Kritik Penggunaan Batu Karang dalam Instalasi Gabion.

Dari unggahan Riyanni tersebut, muncul diskusi di media sosial baik Twitter dan Instagram tentang seluk beluk material instalasi gabion tersebut.

Kompas.com pun mencoba menghubungi ahli terumbu karang dari Loka Pengembangan Kompetensi Sumber Daya Manusia Oseanografi (LPKSDMO) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Muhammad Abrar.

"Batuan kapur dari rangka karang mati dapat ditambang di daratan pesisir atau di daratan yang jauh dari pesisir," ucap Abrar kepada Kompas.com melalui pesan singkat, Minggu (25/8/2019).

Menanggapi isu instalasi gabion yang tengah ramai dibicarakan, Abrar berkata sebaiknya kita mengetahui pasti terlebih dahulu batuan tersebut diperoleh dari mana.

"Selain itu sebaiknya batuan kapur yang digunakan untuk instalagi gabion bukan ditambang di daerah pesisir dan pulau-pulau kecil," tegas dia.

Abrar pun belum dapat memberikan tanggapan lebih lanjut, sampai ada kejelasan dari mana sumber batuan tersebut.

"Kalau batuan kapur seperti ini memang sering dijual di toko material atau bangunan sebagai bahan galian atau tambang. Di toko bangunan memang nama jualnya batu kapur koral," ujar Abrar.

"Dari banyak info, batuan kapur karang yang diperjualbelikan, ditambang jauh dari pesisir seperti di daerah bukit kapur dan berada di luar ekosistem terumbu karang serta perairan dangkal pesisir. Namun terkait regulasi penambangan dan jual beli batuan kapur dari fosil karang di daratan, saya tidak tahu persisnya," jelas Abrar.

Dia menjelaskan, batuan karang yang ada di daratan terbentuk dari proses tektonik dan kejadian geologis lain.

Perubahan terumbu karang menjadi batuan kapur seperti yang ditemukan di darat, kata Abrar, prosesnya butuh waktu ribuan hingga ratusan juta tahun.

Fungsi karang mati di laut

Dalam prosesnya, karang mati dan juga biota laut berkapur lain akan meninggalkan kerangka kapus sebagai bahan utama pembentuk terumbu.

"Jadi, walaupun sudah mati (karang) fungsinya sama seperti tanah di daratan, yakni sebagai substrat dasar keras pelindung pantai dan habitat bagi berbagai biota laut," terang Abrar.

Abrar menambahkan, Indonesia cukup peduli dengan perlindungan karang.

Hal ini dibuktikan dengan adanya kebijakan dan regulasi, juga program restorasi dan rehabilitasi terumbu karang.

Abrar menuturkan, Indonesia memiliki lebih dari 20 juta Ha kawasan konservasi perairan, yang salah satu target konservasinya adalah ekosistem terumbu karang.

"Saat ini pemerintah Indonesia jadi tuan rumah dan anggota aktif program regional Coral Triangle Initiative on Coral Reef Fisheries and Food Security (CTI-CFF). Bahkan, Indonesia jadi ketua bersama program global International Coral Reef Initiative (ICRI)," ujar dia.

Sumber: Kompas.com (Nursita Sari)

https://sains.kompas.com/read/2019/08/25/193200923/viral-instalasi-gabion-dari-batu-karang-begini-tanggapan-ahli

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke