Mereka mengendus bau atau aroma bukan dengan hidung, tapi organ di atap mulut yang bernama Jacobson atau organ vomeronasal.
Karena alat untuk mengendus bau ada di atap-atap mulut, maka ular harus mengeluarkan lidah mereka.
"Mereka sebenarnya memiliki hidung. Saat mereka mencium sesuatu dengan hidung dan tertarik dengan bau itu, mereka akan menjentikkan atau menggoyangkan lidahnya," ujar Kurt Schwenk, seorang profesor ekologi dan biologi evolusi dari Universivas Connecticut.
Dilansir Live Science (14/6/2016), Schwenk mengatakan bahwa lidah ular memiliki kemampuan untuk mengenali jejak bau tersebut.
Seperti kita tahu, beberapa ular dan kadal punya lidah bercabang. Nah, ketika mereka menggoyangkan lidah, maka lidah bercabang itu akan "mengambil" zat kimia bau baik yang ada di udara ataupun tanah.
"Ketika ular memasukkan kembali lidahnya ke dalam mulut, molekul bau entah bagaimana akan masuk ke organ vomeronasal atau hidung di dalam hidung," ujar Schwenk yang sudah mempelajari ular selama beberapa dekade.
Organ vomeronasal mirip seperi bola yang ada di atap mulut dan memiliki sepasang lubang kecil.
Pada kadal dan ular, organ vomeronasal terbuka hanya ke dalam mulut dan dipisahkan sepenuhnya dari rongga hidung.
"Itu berarti satu-satunya cara molekul (bau) dapat dirasakan atau tercium hanya melalui mulut," katanya.
Pada 1920, para ilmuwan berpikir lidah bercabang ular dan kadal bisa dimasukkan ke dalam masing-masing lubang di atap mulut agar bisa mencium bau.
"Namun, bukan begitu cara kerjanya. Entah bagaimana bau bisa pindah ke lubang itu, masih misteri," imbuh Schwenk.
"Ketika seekor ular bergerak, biasanya lidahnya akan bergerak sekali setiap detik ata bisa lebih cepat. Pada saat ular mengambil bahan kimia bau dan mentransfernya, (otak) memiliki sepersekian detik untuk menafsirkannya," ujar Schwenk.
https://sains.kompas.com/read/2019/08/25/170300623/serba-serbi-hewan--meski-mata-buruk-ular-bisa-mencium-segala-bau