KOMPAS.com - Seorang satpam di Gading Serpong meninggal akibat gigitan ular weling atau Bungarus candidus.
Disampaikan oleh Amir Hamidy, peneliti ular dan reptil dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), konflik antara manusia dan Bungarus sebetulnya minim dan mayoritas bersifat accidental. Pasalnya, ular dari marga Bungarus bersifat nocturnal atau beraktivitas pada malam hari, sedangkan manusia aktif pada siang hari.
Meski demikian, kita tidak boleh lupa bahwa Indonesia memiliki banyak sekali jenis ular lainnya yang tidak kalah berbahaya. Malah, Amir berkata bahwa ular-ular ini sudah ada duluan sebelum kita hidup di Indonesia.
Secara total, Indonesia memiliki 349 jenis ular dan 77 di antaranya, seperti Bungarus, kobra, cabai dan tanah, adalah ular yang berbisa.
Dengan jumlah ular sebanyak itu, tentu manusia harus belajar untuk hidup damai dengan ular.
Dalam upaya mencapainya, Amir menekankan pentingnya keamanan diri bila melihat ular, apalagi bila ular berwarna mencolok sehingga diduga berbisa.
Hal pertama yang harus diingat adalah jangan menyentuh ular sama sekali, kecuali Anda memang ada kepentingan, seperti harus mengoleksi spesimen tersebut karena sedang melakukan riset.
"Biarkan ular itu diusir saja. Toh kalau diusir dengan alat sederhana pun juga pergi. Enggak perlu ditangkap," ujarnya ketika dihubungi via telepon oleh Kompas.com pada Sabtu (24/8/2019).
Kalau Anda harus menangkapnya, pastikan telah menggunakan grab stick atau hook stick sehingga tidak perlu menyentuhnya dengan tangan.
Amir menceritakan kisah Profesor Joseph Bruno Slowinski, seorang ahli Bungarus yang meninggal di Myanmar karena digigit Bungarus multicinctus.
Pada saat itu, Slowinski yang sedang meneliti ular salah memasukkan ular Bungarus yang sangat berbisa tersebut ke kantung ular yang tidak berbisa. Pasalnya, ular-ular yang tidak berbisa pun bisa memiliki penampakan yang mirip dengan Bungarus.
"Ular-ular (Bungarus) itu kan belang-belang (dan) rata-rata hitam putih. Ada ular lain yang enggak berbisa melakukan mimicry, jadi menyerupai jenis yang berbisa lain untuk bertahan hidup," kata Amir.
Cerita Slowinski ini menjadi bukti bahwa kita memang harus ekstra hati-hati ketika bertemu dengan ular.
"Orang yang profesional, seorang ahli herpetolog saja, bisa meninggal. Apalagi yang awam," ujar Amir.
https://sains.kompas.com/read/2019/08/24/193800123/indonesia-sungguh-negeri-ular-bagaimana-cara-hidup-damai-di-sini-