Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ilmuwan Spanyol Klaim Ciptakan Hibrida Manusia-Monyet di China

KOMPAS.com - Dunia ilmiah China kembali membuat geger. Dalam sebuah informasi yang bocor ke surat kabar Spanyol, El Pals, para peneliti Spanyol yang mengklaim telah menciptakan hibrida manusia-monyet di sebuah laboratorium China.

Dilansir dari Big Think, 5 Agustus 2019; tim peneliti Spanyol yang dipimpin oleh ahli biologi Juan Carlos Izpisúa, yang juga mengoperasikan laboratorium di Salk Institute of California, mengatakan bahwa mereka telah menciptakan embrio yang merupakan campuran manusia dan monyet.

Tujuan besar penelitian itu adalah mencari tahu cara menggunakan hewan untuk menjadi sumber organ transplantasi bagi manusia.

Untuk mencapainya, para peneliti percaya bahwa menciptakan hibrida merupakan langkah pertama yang penting.

Penciptaan hibrida manusia-monyet

Penciptaan hibrida relatif mudah. Para ilmuwan hanya perlu menyuntikkan sel punca embrionik manusia ke dalam embrio spesies lain yang baru berumur beberapa hari.

Sebelumnya, para peneliti telah merekayasa beberapa jenis sel hewan untuk dinonaktifkan, sehingga memberikan peluang lebih besar bagi sel punca dari manusia untuk bertahan dan dikembangkan menjadi jaringan baru.

Izpisúa sendiri telah melakukan eksperimen serupa pada embrio babi. Namun, eksperimen itu mengalami hambatan, sehingga dia pun beralih ke monyet yang dianggap lebih mirip dengan manusia.

Namun sebelum sempat memasuki masa gestasi, eksperimen kali ini pun dihentikan. Artinya, belum ada hibrida manusia-monyet yang pernah dilahirkan hingga sekarang.

Dr Ángel Raya, dari Barcelona Regenerative Medicine Centre, mengatakan bahwa secara tradisional, para ilmuwan telah menetapkan untuk menghancurkan kehamilan yang berusia 14 hari, sehingga embrio tidak dapat mengembang ke sistem saraf otak.

Hal ini untuk menghindari beberapa amsalah etika yang muncul, seperti kemungkinan jika sel punca manusia entah bagaimana bermigrasi ke otak embrio monyet.

Kontroversial

Meski belum dipublikasikan, para peneliti menganggap bahwa hasil pekerjaan mereka memiliki potensi yang luar biasa. Oleh karena itu, mereka berencana untuk meneruskannya.

Estrella Núñez, pakar biologi dan administrator dari Catholic University of Murcia menyatakan bahwa  hasil penelitian mereka sangat menjanjikan, dan kini sedang menunggu tinjauan rekan sejawat untuk dapat dipublikasikan dalam jurnal ilmiah ternama.

Kendati demikian, penelitian mereka menimbulkan kontroversi di antara publik, pakar etika dan sesama peneliti. Sebab, kalaupun hasilnya valid dan produktif, penelitian ini jelas mendorong batas penelitian biologi dan genetik lebih jauh dari sebelumnya.

Di negara-negara, seperti Amerika Serikat, penciptaan embrio manusia-hewan dilarang,  tetapi China tidak memiliki aturan ketat untuk mengatur penelitian transgenik.

Lalu, ada juga Jepang yang baru saja menjadi negara pertama yang menyetujui percobaan embrio manusia-hewan. Pemerintah Jepang bermaksud membiarkan para peneliti sel punca melakukan eksperimen dengan tujuan yang sama, yaitu menciptakan organ yang dapat ditransplantasikan ke manusia.

Selain etikanya, pemilihan primata sebagai subjek penelitian juga menimbulkan pertanyaan.

Pablo Ross, seorang peneliti veteriner di University of California, Davis, yang pernah bekerja pada percobaan chimera babi-manusia, menganggap bahwa menumbuhkan organ manusia dalam sel monyet tidak masuk akal.

Pasalnya, monyet lebih kecil dari manusia dan waktu pertumbuhannya lama sehingga tidak cocok untuk dijadikan sumber organ transplantasi.

Ross menduga bahwa tujuan penelitian ini yang sebenarnya mungkin bukanlah mencari solusi kekurangan organ transplantasi, tetapi mencoba-coba jarak evolusioner dan batas interspesies antara manusia dan monyet.

https://sains.kompas.com/read/2019/08/21/160600423/ilmuwan-spanyol-klaim-ciptakan-hibrida-manusia-monyet-di-china

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke