Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Awas, Dermatitis Atopik pada Anak Efeknya Bisa Seumur Hidup

Lantas apakah memang begitu seharusnya menyikapi beberapa gejala tersebut?

Ternyata gejala peradangan pada kulit seperti kulit kering, ruam kemerahan, bercak-bercak, dan penebalan pada kulit merupakan gejala dari penyakit Dermatitis Atopik (DA).

Penyakit DA ini sifatnya genetika keturunan dan kronis atau berulang, serta tidak menular.

Menurut data World Allergy Organization pada 2018, menunjukkan prevalensi penderita DA pada anak sebesar 15-30 persen dan pada dewasa sebesar 1-10 persen dari populasi dunia.

Sementara, di Indonesia angka prevalensi kasus DA pada anak sekitar 23,67 persen, dan ditemukan pada sekitar 2 juta anak setiap tahunnya.

Berdasarkan penelitian, kasus penderita DA di rentang usia 3-11 tahun, 20 persen pasiennya akan menjadi penderita DA seumur hidup. Serta, tidak ada perbedaan rasio antara laki-laki dan perempuan.

Menurut CEO Klinik Pramudia, dr Anthony Handoko, masyarakat secara umum belum banyak mengetahui apa itu DA.

Sebagian besar justru mengira bahwa gejala DA merupakan bentuk alergi.

Kulit penderita DA cenderung bersifat kering dan hipersensitif, sehingga lebih rentan terhadap faktor external seperti benda asing, sehingga secara awam sering disalahartikan dengan istilah alergi karena rasanya gatal.

Gejala DA anak

Ada tiga fase dari gejala DA pada usia anak, saat memasuki fase ringan gejala yang timbul ialah gatal, kulit kering dan ruam kemerahan.

Sementara, fase berat akan muncul gatal yang lebih, ruam merah agak basah dan juga krustasi.

Selanjutnya, jika telah memasuki fase kronis, yang terjadi anak akan mengalami gatal yang berulang dan semakin parah, penebalan pada kulit yang digaruk setelah terasa gatal tersebut dan juga mengalami perubahan warna lebih gelap pada bagian itu.

Lokasi DA pada anak

Masih menurut Anthony, secara teoritis lokasi kelainan kulit DA berbeda pada setiap fase usia dan lokasi klasik DA pada usia anak adalah bagian lipatan siku, lipatan lutut, seputar bibir, atau mata dan pipi.

"Yang perlu diperhatikan adanya penderita DA yang memiliki gejala penyerta (tambahan) seperti hidung meler atau bersin pada pagi hari, mata merah dan juga asma," kata Anthony.

Faktor pemicu

Selain faktor utama yaitu riwayat keluarga atau faktor genetika keturunan, ada faktor lain yang bisa memicu DA. Hal ini antara lain debu, serbuk kayu, serbuk gypsum, semen, dan deterjen.

Jika dirumah Anda memiliki hewan peliharaan, bulu hewan peliharaan dan gigitan serangga atau tungau juga bisa menjadi pemicu.

Tidak hanya itu, daya tahan tubuh, stres emosional juga sangat memungkinkan anak Anda terkena DA.

Obat pengontrol DA

Bila dokter memberikan resep obat untuk DA, sebenarnya untuk mengkondirikan agar tubuh tetap terkontrol, sehingga DA tidah kambuh lagi.

Pengobatan DA pada anak dan remaja tergantung pada keparahan penyakit dan fase penyakit yang dideritanya saat itu.

"Ya kita harus tahu dulu apakah kondisi saat itu DA-nya sangat aktif atau dalam fase maintenance saja," imbuh Anthony.

Kata Anthony, obat yang diberikan mulai dari pengobatan topikal, oral, penyinaran dan suntikan, yang sebagian besar mengandung zat aktif seperti kortikosteroid, tacrolimus, pimecrolimus.

Serta, mengenai perawatan DA pada anak, seharusnya biasakan mandi dengan air hangat kuku dan hindari dari pemicu eksternal yang berpengaruh pada anak Anda.

"Pokoknya, kalau ada gejala itu segera konsultasikan ke dokter, biar dikasih arahan yang jelas untuk mengatasi gejala itu. Jangan asal bertindak, karena efek jangka panjangnya sangat berpengaruh dari DA usia anak ini," jelas Anthony.

https://sains.kompas.com/read/2019/08/15/114515223/awas-dermatitis-atopik-pada-anak-efeknya-bisa-seumur-hidup

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke