Namun, jika Anda mengolah lipan dengan benar, hewan ini justru bisa dimakan. Salah satunya adalah sate lipan yang dibuat Ricky Santri Kurniawan (22), pria asal Serdang Bedagai, Medan.
Bersama dengan beberapa karyawan, Ricky mengolah lipan jadi sate yang kemudian dikirim ke Vietnam.
"Kalau lagi banyak (lipan), sehari kerja dari jam 9.00 sampai sore, kita mengerjakan 2.000 sampai 3.000 ekor (lipan) per hari," ujar salah satu pekerja bernama Titin.
Mungkin beberapa dari kita akan merinding saat membaca berita itu dan membayangkannya.
Namun, di balik popularitas racunnya, lipan sudah dijadikan makanan dan obat tradisional China, Thailand, Vietnam, Afrika, dan banyak negara lain.
Hal ini pun dibenarkan Cahyo Rahmadi, Kepala Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI.
"Lipan sebagai komoditas ekspor memang sudah berlangsung lama dan banyak untuk keperluan luar negeri. Lipan ini juga diekspor dalam bentuk kering biasanya," ungkap Cahyo kepada Kompas.com, Selasa (14/8/2019).
Dalam pemberitaan Kompas.com, Ricky meneruskan usaha ekspor lipan ayahnya yang sudah dimulai sejak 1986.
Bila lipan sudah diekspor sejak lama dengan jumlah tak sedikit, ini artinya lipan mudah ditemukan.
"Lipan tidak memiliki habitat spesifik karena dia toleran dengan berbagai tipe habitat, meski ada beberapa spesies yang spesifik," kata Cahyo.
Cahyo melanjutkan, warga Sumatera Utara baik di Kabupaten Asahan, Batubara, dan Serdang Bedagai bisa menemukan banyak lipan di perkebunan kelapa sawit.
Lipan-lipan itu biasa bersembunyi di pangkal pelepah, pangkal pohon, dan juga tumpukan pelepah sawit yang sudah kering.
Selain itu, pohon sawit dengan banyak lipan umumnya yang sudah tua dan tinggi pohon lebh dari enam meter.
"Berdasar informasi pengumpul lipan dan juga petugas keamanan PT Gunung Melayu, lipan lebih banyak ditemukan di area kebun yang bersih tanpa ada rumput di lantai kebun," imbuh Cahyo.
Untuk beberapa tempat di Jawa Timur, lipan banyak ditemukan di lantai hutan jati.
Lipan sebagai makanan masa depan
Cahyo mengatakan, saat ini LIPI sedang melakukan kajian terkait kandungan-kandungan yang ada di dalam lipan.
"Kami belum tahu pasti karena saat ini masih dalam proses penelitian," ujar Cahyo.
Meski begitu, Cahyo sepakat bahwa kelompok arthropoda seperti lipan dapat dijadikan alternatif makanan di masa depan.
"Lipan memang dapat menjadi alternatif makanan seperti belalang di Gunung Kidul. Di China, Vietnam, dan negara lain sudah ada yang memanfaatkan lipan untuk makanan," terang dia.
https://sains.kompas.com/read/2019/08/14/130711623/sate-lipan-laris-diekspor-ke-vietnam-bisakah-jadi-makanan-alternatif