Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tepatkah Usulan Anggota DPR Beralih ke PLTN untuk Cegah Listrik Mati?

Melansir Tribunnews, usulan itu disampaikan Kurtubi ketika tampil di program Indonesia Lawyers Club (ILC) di TV One pada Selasa (6/8/2019).

Menurut Kurtubi, Indonesia harus memasukkan PLTN sebagai bagian kelistrikan nasional dan tidak perlu takut dengan teknologi tersebut.

"Teknologi nuklir amat sangat aman untuk saat ini, sanggat relatif murah bersaing dengan babatubara. Mari kita songsong PLN kuat, listrik stabil, aman bersih. Inilah masa depan kita," ungkap Kurtubi.

Benarkah PLTN layak untuk Indonesia?

Menimbang letak geografis Indonesia yang sangat luas dan terdiri lebih dari 17 ribu pulau, Fahmy Radhi selaku pakar ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) sangat setuju bila Indonesia menggunakan PLTN.

"Indonesia yang sangat besar dengan ribuan pulau, saya kira sangat layak untuk menggunakan PLTN. Ini pertimbangan pertama," ujar Fahmy dihubungi Kompas.com, Kamis (8/8/2019).

"Kemudian pertimbangan kedua, Indonesia memiliki bahan baku uranium cukup besar, sehingga jika nanti Indonesia mengembangkan PLTN, jatuhnya biaya jauh lebih murah karena kita punya sumber daya sendiri," imbuh Fahmy yang juga dosen di UGM.

Untuk diketahui, energi nuklir bergantung kepada material fisil yang memungkinkan terjadinya reaksi berantai dengan netron. Beberapa contoh material tersebut adalah Uranium (U) dan Plutonium (Pu).

Investasi masa depan

Fahmy mengatakan, untuk membangun teknologi PLTN memang tidak murah. Namun, hal ini bisa menjadi investasi jangka panjang dengan keamanan tinggi untuk menerangi negeri.

Dia pun sadar, hingga saat ini tingkat penerimaan untuk usulan PLTN masih sangat rendah di Indonesia.

Oleh karena itu, Fahmy berpendapat adanya sosialisasi untuk mengedukasi masyarakat sangat diperlukan.

Pasalnya, teknologi baru dari PLTN tidak perlu khawatir karena sangat aman, termasuk tak perlu khawatir adanya kebocoran.

"PLTN yang sudah dipakai di Rusia, tingkat keamanannya mencapai zero accident. Jadi dengan teknologi terbaru yang digunakan, (PLTN) memiliki automatic protection system," ujar Fahmy.

Automatic protection system alias sistem perlindungan otomatis adalah teknologi untuk melindungi jaringan secara otomatis apabila terjadi gangguan. Sehingga, sistem akan langsung bekerja melakukan perlindungan sendiri.

Ini artinya, jika terjadi gangguan seperti kemarin Minggu (4/8/2019), maka tidak akan sampai menyebabkan pemadaman listrik massal alias blackout. Hal ini merupakan salah satu keunggulan dari PLTN yang memiliki automatic protection system untuk melakukan pencegahan adanya gangguan.

"Hal inilah yang membuat PLTN memiliki zero accident tadi," jelas Fahmy.

Keunggulan dan kelemahan PLTN

Dari hal yang disampaikan Fahmy di atas, jelas bahwa PLTN memiliki tingkat keamanan tinggi, sangat minim adanya risiko blackout, dan cocok untuk Indonesia yang memiliki wilayah geografis sangat luas.

Meski begitu, untuk membuat PLTN di Indonesia masih ada kendala di Rencana Umum Energi Nasional (RUEN).

Fahmy menjelaskan, dalam RUEN yang kita miliki, nuklir tidak disebut sebagai salah satu energi dalam diversifikasi hingga 2025.

"RUEN ini dalam pengembangan diverserfikasi energi baru dan terbarukan, nuklir masuk sebagai teknologi baru yang ramah lingkungan. Hanya memang dalam dokumen RUEN yang menjadi kebijakan energi di Indonesia, nuklir baru disebut sebagai pelengkap," papar Fahmy.

Selain itu, kelemahan PLTN selain teknologi cukup mahal dan masalah di RUEN adalah kebutuhan sumber daya manusia yang benar-benar ahli di bidangnya.

"Dibutuhkan SDM yang handal dan akurat untuk mengelola nuklir. Jadi tidak bisa SDM yang biasa-biasa saja," ungkap Fahmy.

"Karena kelemahan ada di SDM. Secanggih apapun teknologinya, jika SDM tidak kompeten maka akan menimbulkan masalah. Oleh karena itu, keduanya (teknologi dan SDM) adalah paket investasi untuk bisa mengelola PLTN," tutup dia.

Menuju PLTN

Fahmy mengaku setuju dengan pendapat anggota DPR RI Kurtubi, bahwa Indonesia sangat layak untuk mengembangkan PLTN.

Untuk mencapai ke sana, ada dua langkah yang harus dilakukan.

Pertama adalah sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat agar bisa menerima nuklir sebagai teknologi baru energi.

Kedua, RUEN harus diperbaiki dengan memasukkan nuklir sebagai energi baru, khsuusnya untuk listrik.

https://sains.kompas.com/read/2019/08/08/163200223/tepatkah-usulan-anggota-dpr-beralih-ke-pltn-untuk-cegah-listrik-mati-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke