Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Penemuan yang Mengubah Dunia: Selimut, Lawan Suhu Dingin dan "Tanda Orang Kaya"

KOMPAS.com - Sejumlah wilayah di Pulau Jawa mengalami suhu dingin beberapa hari terakhir, suhu Bandung dan Lembang bahkan sempat menjadi pemberitaan. Selain Bandung dan Lembang, wilayah Garut juga mengalami suhu dingin.

Bahkan, pemerintah Garut membagikan 3.000 selimut kepada warganya untuk "melawan" suhu dingin ini.

Berbicara mengenai selimut, sepertinya tak ada yang terlalu spesial mengenai benda tersebut. Barang ini hampir ada di setiap rumah di seluruh dunia untuk memberi kehangatan.

Karena fungsi tersebut, selimut dikenal dalam berbagai budaya dunia.

Sejak Manusia Gua

Fungsi ini pertama kali disadari oleh para manusia gua. Untuk melawan suhu dingin, para manusia gua membawa kulit binatang besar yang masih lengkap dengan bulu di atasnya.

Mulanya, mereka menggunakan kulit binatang itu untuk alas di tanah sebagai karpet. Tapi ketika malam menjadi lebih dingin, beberapa orang mulai berguling dan menutupi diri mereka dengan kulit binatang tersebut.

Teknik ini berhasil memberi kehangatan untuk mereka.

Tak puas hanya untuk berguling, para manusia gua mengembangkan selimut yang tidak hanya digunakan saat tidur saja. Mereka mulai menutupi diri mereka dengan kulit binatang tersebut setiap saat ketika suhu dingin.

Tak Hanya Alat Tidur

Ini mengapa pada beberapa kebudayaan di dunia, selimut tidak hanya terbatas sebagai alat untuk tidur.

Pada kebudayaan Meksiko misalnya, para pria menggunakan selimut bernama Serape berwarna cerah untuk aktivitas sehari-hari.

Di Maroko, selimut punya kegunaan khusus dalam ritual pernikahan. Selimut yang dinamai handira itu ditenun oleh perempuan dari suku Berber.

Handira dihiasi dengan payet dan rumbai dikenakan oleh mempelai perempuan sebagai semacam jubah pada hari pernikahan. Selimut ini memiliki simbol sebagai berkat dan perlindungan dari keluarga pengantin perempuan.

Penanda Orang Kaya

Secara historis, kebiasaan menenun selimut seperti dalam kebudayaan Meksiko atau Maroko sudah dimulai sejak sebelum masehi. Adalah orang Mesir Kuno yang mengawali tradisi ini.

Sekitar tahun 3500 SM, Mesir Kuno sudah mengenal selimut tenun. Saat itu, selimut tenun memiliki harga yang terlalu tinggi.

Hal tersebut membuat kepemilikan selimut menjadi pretise tersendiri bagi orang kaya atau bangsawan.

Kelas sosial yang dilihat dari selimut juga terjadi selama Kekaisaran Romawi. Mereka mengekspor langsung kapas di Eropa pada abad pertengahan demi memenuhi tempat tidur orang kaya dan bengasawan.

Pada periode modern awal, produkdi selimut meningkat pesat. Masa revolusi industri ini kemudian membawa selimut ke rumah-ruah orang kelas menengah.

Meski begitu, pada awalnya tidak mudah membeli selimut bagi orang dari kelas sosial ini.

Saat ini, siapa pun dapat membeli selimut untuk menghangatkan malam bersuhu dingin.

Selimut Listrik

Di beberapa negara, suhu dingin bisa mencapai minus derajat celcius. Hal ini membuat kehangatan selimut biasa tak cukup.

Sekitar tahun 1900-an, selimut listrik mulai diciptakan untuk memberi kehangatan lebih di tempat tidur. Selimut listrik ini kemudian banyak digunakan untuk perawatan pasien tuberkulosis pada 1921.

Tahun 1936, perkembangan selimut listrik cukup pesat. Salah satu luarannya adalah selimut listrik otomatis yang memiliki kontrol menanggapi suhu kamar.

https://sains.kompas.com/read/2019/07/19/061113223/penemuan-yang-mengubah-dunia-selimut-lawan-suhu-dingin-dan-tanda-orang-kaya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke