Meski gempa Bali ini tidak berpotensi tsunami, gempa itu memiliki mekanisme yang unik, yaitu perpaduan pergerakan sesar naik dan mendatar.
"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi (Bali) ini dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan jenis sesar naik mendatar (oblique thrust)," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
BMKG merilis bahwa guncangan gempa Bali ini paling dirasakan di daerah Badung, dengan intensitas V MMI. Dengan intensitas itu, bangunan bisa mengalami kerusakan ringan hingga sedang.
Berdasarkan arsip pemberitaan Kompas.com, mekanisme gempa oblique thrust seperti gempa Bali tergolong unik. Gempa dengan mekanisme itu pernah terjadi di Aceh pada 11 April 2012. Hanya, keduanya berbeda lokasi. Gempa Aceh berpusat di area outer rise, sementara gempa Bali ini berpusat di zona subduksi.
Walaupun berpusat di zona subduksi, gempa Bali tak mengakibatkan tsunami karena 2 hal: kedalamannya lebih dari 70 km dan magnitudonya tergolong sedang karena hanya M 5,8.
Sebaliknya, gempa Aceh pada 2012 bisa membangkitkan tsunami walaupun tidak berpusat di zona subduksi. Dua sebabnya adalah karakter wilayah outer rise serta magnitudo yang besar, mencapai M 8,5. Gempa itu merupakan gempa oblique (didominasi gerak sesar mendatar) terbesar sepanjang sejarah.
https://sains.kompas.com/read/2019/07/16/093712923/gempa-bermagnitudo-6-guncang-bali-bmkg-ungkap-sebab-dan-keunikannya