KOMPAS.com - Seorang pembaca Kompas.com, Daryanto Ij, mengeluhkan dua penyakit yang dideritanya, GERD dan jantung. Keluhan itu dia sampaikan ke subrubrik Halo Prof Kompas.com. Berikut keluhannya:
"Saya sering mengalami saat uluhati berasa penuh. Badan terasa lemas, mau pingsan dan susah napas.
Sebelumnya, sekitar sebulan kemarin pernah rawat inap lima hari di rumah sakit. Dari hasil pemeriksaan, dokter menginformasikan kalau ada masalah katup jantung. Akhirnya cek Echo, EKG, treadmill, dan pasang holter. Hasilnya rata-rata bagus kecuali dari holter, katanya ada gangguan irama jantung.
Kemudian, karena masih kambuh lagi saya periksa lagi dan info dokter, ada GERD juga fatty liver.
Sampai sekarang setelah sebulan minum obat nexium sebelum makan, saya masih sering mengalami ulu hati berasa penuh dan napas susah seperti mau pingsan. Duduk tidak bisa lama karena beberapa menit lambung berasa penuh, begah, dan mau pingsan. Kondisi seperti ini agak mereda setelah saya berbaring.
Kejadian ini sering berulang. Supaya tidak kambuh lagi, apa yang harus saya lakukan, Dok? Pola makan sudah diatur, hanya makan sayur dan tempe atau tahu yang direbus setiap hari. Terima kasih."
Keluhan tersebut ditanggapi oleh dua dokter dari Rumah Sakit Pondok Indah - Bintaro Jaya, yaitu dr. Radhiyatam Mardhiyah, Sp. PD selaku Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan dr. Simon Salim, MARS, Sp. PD-KKV selaku Dokter Spesialis Jantung & Pembuluh Darah Konsultan Kardiologi Vaskular. Berikut paparan mereka:
Halo Bapak Daryanto!
Kami akan mencoba membantu menjawab pertanyaan Bapak.
Keluhan ulu hati terasa penuh hingga sulit bernafas dapat merupakan salah satu gejala penyakit GERD (Gastroesophageal Reflux Disease). Penyakit GERD yang Bapak alami merupakan penyakit yang timbul akibat adanya aliran balik (refluks) dari isi lambung ke kerongkongan (esofagus).
Hal ini dapat mengakibatkan keluhan tenggorokan terasa panas hingga dada terasa seperti terbakar, dan mengganggu kualitas hidup Bapak.
GERD dapat dicetuskan oleh obesitas, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, minuman yang mengandung kafein seperti kopi dan teh, minuman berkarbonat, cokelat, keju, makanan tinggi lemak, makanan asam dan makanan pedas.
Selain itu, pola makan yang tidak teratur seperti jarang makan, atau makan dalam porsi banyak sekaligus, dan jarak waktu yang terlalu dekat antara jam tidur dengan jam makan juga dapat mencetuskan gejala GERD.
Pada pasien yang telah mengalami GERD, stres juga dapat meningkatkan frekuensi keluhan dan memperberat gejala GERD.
Secara umum, makanan daging, terutama dengan kadar minyak yang tinggi, atau volume makanan yang besar mempermudah terjadinya refluks (aliran balik) di esofagus.
Beberapa produk minuman seperti kopi, coklat, minuman berkarbonat, tomat, bawang putih, dan buah-buahan yang sifatnya asam seperti jeruk dan nanas pada beberapa pasien juga perlu dihindari untuk mengurangi berulangnya keluhan.
Kemungkinan adanya hubungan antara GERD dengan gangguan jantung telah diajukan sejak 1950-an. Sejak saat itu telah banyak penelitian yang dilakukan untuk berusaha mencari hubungan antara GERD dengan penyakit jantung, salah satunya adalah gangguan irama jantung.
Beberapa mekanisme yang diyakini menyebabkan gangguan irama jantung pada pasien GERD di antaranya adalah peradangan lokal, hubungan refleks saraf antara jantung dengan kerongkongan, dan iritasi sistem saraf yang mengatur refleks di kerongkongan melalui mekanisme peradangan, mekanis, dan kimiawi.
Meski demikian, hingga kini belum dapat dipastikan bahwa GERD dapat menyebabkan gangguan irama jantung secara langsung.
Meskipun GERD belum terbukti secara langsung menyebabkan gangguan irama jantung, gejala GERD dan gejala gangguan irama jantung dapat terjadi bersamaan atau tumpang tindih. Misalnya, pada kondisi pasien yang terlalu cemas akan penyakit GERD yang dialaminya, bisa menjadi muncul gejala dada berdebar atau gangguan irama jantung.
Begitupun juga bila pasien mengonsumsi makanan atau minuman yang dapat mencetuskan gejala GERD dan juga dapat mencetuskan gejala gangguan irama jantung: seperti alkohol, kopi dan teh yang mengandung kafein, atau pola makan yang tidak teratur, dan makan sekaligus dalam porsi besar.
Obat yang selama ini Bapak konsumsi merupakan salah satu jenis obat yang dapat menekan produksi asam lambung. Meskipun penyakit GERD disebabkan oleh produksi asam lambung yang berlebih, konsumsi obat penurun produksi asam lambung secara berkesinambungan bukanlah solusi utama pengobatan GERD.
Target utama pengobatan GERD adalah perubahan pola hidup untuk menghindari pencetus dan pemberat gejala GERD.
Beberapa upaya yang juga dapat Bapak lakukan adalah membuat jurnal makanan dan mencatat makanan atau minuman yang dikonsumsi setiap harinya, agar dapat diketahui makanan apa yang dapat mencetuskan gejala GERD.
Sering kali gejala gangguan irama jantung akan membaik seiring dengan perbaikan gejala GERD setelah menghindari makanan atau minuman dan kebiasaan yang mencetuskan gejala GERD tersebut.
Terakhir, yang tidak kalah pentingnya adalah untuk mengurangi kelebihan berat badan dan menghentikan kebiasaan merokok. Bapak juga dianjurkan berolahraga dengan intensitas ringan untuk tetap menjaga kebugaran tubuh. Untuk gangguan irama jantung ada baiknya Bapak tetap melakukan kontrol sesuai yang dianjurkan dokter sebelumnya.
Semoga jawaban kami dapat membantu Bapak Daryanto dalam memahami kondisi Bapak saat ini. Semoga sehat selalu Pak!
dr. Radhiyatam Mardhiyah, Sp. PD
Dokter Spesialis Penyakit Dalam
RS Pondok Indah – Bintaro Jaya
dr. Simon Salim, MARS, Sp. PD-KKV
Dokter Spesialis Jantung & Pembuluh Darah Konsultan Kardiologi Vaskular
RS Pondok Indah – Bintaro Jaya
Punya pertanyaan terkait kesehatan dan sains yang membuat Anda penasaran? Kirimkan pertanyaan Anda ke haloprof17@gmail.com untuk dijawab oleh ahlinya.
https://sains.kompas.com/read/2019/07/13/124348023/halo-prof-bagaimana-cara-agar-gerd-dan-penyakit-jantung-tidak-kambuh