Psikolog Maria Novitawati, M.Psi. mengatakan seni menggambar atau melukis bisa jadi terapi yang baik untuk menyadarkan anak autistik soal dunia di luar dirinya. Caranya, dengan mengajarkan anak menggambar tubuh atau orang.
"Penting anak diberi dorongan untuk menggambar orang. Karena itu untuk menyadari dia, manusia itu ada, orang lain itu ada dan ada yang seperti di keliling saya," kata Maria dalam diskusi Peranan "Art Therapy" dalam Perkembangan Individu Autistik untuk Mengekspresikan Dirinya di Bentara Budaya Jakarta, Sabtu (6/7/2019).
Menurut Maria, menggambar tubuh atau menggambar apapun akan terus bermanfaat bahkan ketika anak autistik tumbuh dewasa. Melukis bisa jadi medium mengungkapkan keresahan anak autistik.
"Kita tahu kalau masa remaja, anak-anak puber. Saat puber terjadi perubahan bentuk tubuh, dorongan seksual tampak meningkat. Kecemasan tampak juga. Art therapy bisa jadi itu. Dia mengekspresikan maksudnya," ujar Maria.
Hal yang sama diungkapkan Donny Mardonius, orangtua dari Anfield Wibowo, pelukis usia 15 tahun yang tunarungu dan punya asperger syndrome. Donny mengatakan sudah mengajarkan anaknya untuk menggambar tubuh.
"Dari usia lima tahun saya kenalkan wanita telanjang, cewe, cowo, kalau badan cowo, dia tahu karena mandi, kalau cewe ya dia baru tahu mungkin menerka-nerka tubuh ibunya," kata Donny.
Donny mengatakan sejak belajar melukis, Anfield kini jauh lebih tenang dan mengendalikan diri karena bisa mengekspresikan dirinya lewat lukisan.
https://sains.kompas.com/read/2019/07/06/201000923/ajarkan-anak-autistik-gambar-tubuh-untuk-sadari-orang-lain