Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

5 Hal yang Perlu Anda Tahu soal Diabetes, dari Mitos hingga Komplikasi

KOMPAS.com -  Indonesia disebut menduduki urutan ke-7 sebagai negara dengan pasien diabetes terbanyak di dunia dengan penderita mencapai 10 juta orang.

Diabetes merupakan penyakit dengan kadar gula (glukosa) dalam darah yang cenderung tinggi alias di atas ambang normal.

Oleh karena itu, penderita diabetes baiknya membatasi makanan atau minuman manis.

Berikut 5 hal yang sebaiknya Anda ketahui seputar diabetes:

1. Obat diabetes tak merusak ginjal

Penderita diabetes diwajibkan mengonsumsi obat secara rutin agar penyakit yang dideritanya tak bertambah parah.

Namun, ada mitos yang menimbulkan kekhawatiran penderita bahwa seringnya konsumsi obat akan merusak ginjal.

Ketua Umum Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), Prof Dr dr Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD menegaskan bahwa tidak ada obat diabetes yang akan merusak ginjal.

Menurut dia, jenis obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang berdasarkan metabolismenya dikeluarkan di ginjal, terutama bagi orang yang memiliki kelainan ginjal.

Selain itu, obat diabetes pada umumnya terbagi menjadi dua, golongan Metformin dan golongan Sulfonilurea, dan juga memiliki efek samping.

Untuk golongan Metformin berfungsi mengurangi produksi glukosa pada hati. Sementara, Sulfonilurea berfungsi meningkatkan produksi insulin di pankreas.

"Efek samping tidak banyak, tapi ada pada orang tertentu menyebabkan gejala lambung seperti kembung, mual tapi ini pengalaman kami tidak terlalu banyak," ujar dr Suastika saat ditemui di Perpustakaan Nasional RI pada Senin (1/7/2019).

Yang perlu diwaspadai adalah efek samping yang terlalu kuat, sehingga kalau gula darah tidak tinggi si penderita bisa mengalami hipoglikemia.

Adapun efek samping bisa dicegah dengan mengonsumsi obat secara berjangka, dimulai dari dosis ringan dan ditingkatkan hingga batas maksimal.

2. Jenis diabetes

Benarkah ada dua jenis diabetes, diabetes basah dan diabetes kering?

Dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrin, metabolik, dan diabetes dr Wismandari Wisnu mengungkapkan, dalam dunia medis, diabetes tergolong dalam 4 tipe, yakni tipe 1, tipe 2, gestasional (hanya saat mengandung), dan tipe lain.

Adapun diabetes tipe lain tersebut diberikan untuk kasus-kasus yang diabetesnya disebabkan oleh penyakit atau kondisi lain, misalnya tumor atau efek sampung dari pengobatan lupus.

Sementara, menilik adanya informasi diabetes basah dan diabetes kering, dr Wismandari mengatakan, istilah itu digunakan untuk mendeskripsikan efek diabetes terhadap respons tubuh ketika terluka.

Untuk kadar gula yang tinggi mencederai lapisan pembuluh darah, membuat kolesterol low-density lipoprotein (LDL) menjadi mudah menumpuk dan mengganggu kelenturan pembuluh darah.

Adapun hal-hal tersebut dapat menimbulkan dua jenis respons tubuh ketika terluka, yakni luka jadi sulit dan bernanah (diabetes basah), dan luka menjadi kering atau menghitam karena pembuluh darah tersumbat dan mati (diabetes kering).

Dalam penanganannya, dokter akan membuang jaringan-jaringan yang mati atau bernanah hingga menemukan jaringan yang sehat.

Namun, jika bagian yang rusak sudah terlalu luas atau telah mengering dan menghitam, maka satu-satunya jalan ahanya melalui amputasi.

3. Indonesia peringkat 7 pasien diabetes terbanyak di dunia

Dalam acara "Cegah Komplikasi Diabetes Sedini Mungkin", dr Wismandari Wisnu menyampaikan, Indonesia menduduki urutan ke-tujuh sebagai negara dengan pasien diabetes terbanyak di dunia dengan penderita mencapai 10 juta orang.

Dari angka 10 juta itu, terdiri dari 1,67 juta penderita berusia di bawah 40 tahun, 4,65 juta penderita berusia 40-59 tahun, sedangkan sisanya (2 juta) penderita berusia 60-79 tahun.

Oleh karena itu, dr Wismandari mengimbau masyarakat untuk memerhatikan faktor risiko dan gejala khas diabetes untuk mencegah atau memperlambat komplikasi penyakit tersebut.

Menurut dia, ada 12 faktor risiko dari diabetes, yakni usia 45 tahun ke atas, riwayat keluarga diabetes, riwayat penyakit kardiovaskular, pernah melahirkan bayi dengan berat di atas 4 kg, mengalami kadar gula tinggi saat hamil, sukar hamil, kolesterol tinggi, darah tinggi, gemuk, pre-diabetes, kurang aktivitas fisik, dan merokok.

Dr Wismandari mengatakan, apabila Anda memiliki salah satu atau bahkan lebih dari faktor-faktor tersebut, ia menyarankan untuk melakukan pemeriksaan glukosa plasma normal tiap tiga tahun, atau setahun sekali jika masuk dalam kelompok pre-diabetes (kadar gula 140-200 mg/DL).

Kemudian, Anda juga harus memerhatikan gejala-gejala khas diabetes, seperti sering haus, sering lapar, sering buang air kecil, berat badan turun tanpa diketahui penyebabnya, mudah mengantuk, cepat lelah, luka sukar sembuh, gatal, kaki atau tangan terasa kesemutan, impotensi, keputihan, dan penglihatan buram.

4. Ada 5 komplikasi diabetes

Ada lima komplikasi diabetes. Berikut rinciannya:

1. Stroke dan sakit jantung

Stroke dan sakit jantung mencakup 70 persen dari kasus komplikasi diabetes di Indonesia. Penderita diabetes melitus bahkan diperkirakan memiliki risiko terkena serangan jantung dua kali lipat dari orang normal.

Hal itu dikarenakan kadar gula tinggi mengubah pola lemak kolesterol LDL menjadi lebih mudah menumpuk, menghambat produksi kolesterol High-density lipoprotein (HDL), dan mengganggu elastisitas pembuluh darah yang mengakibatkan pembuluh darah jadi mudah cedera dan mengalami penyumbatan.

Jika pembuluh darah tersembat, aliran darah yang membawa oksigen ke jantung akan terhambat dan jantung alami kerusakan. Akibatnya jantung gagak memompa darah keseluruh tubuh.

2. Mata

Komplikasi diabetes terhadap mata terbagi menjadi dua, yakni stadium awal (retinopati non-plofiteratif) dan stadium lanjut (retinopati proliferatif).

Pada stadium awal, pembuluh darah mata menjadi berlubang karena kadar gula dalam darah tinggi. Namun, jika isinya merembes ke dalam retina, maka penglihatan bisa kabur.

Untuk stadium lanjut, terjadi pertumbuhan pembuluh darah baru di dalam mata. Pembuluh ini rentan alami kebocoran, dan apabila bocor, pengobatannya hanya laser.

3. Ginjal

Komplikasi ginjal yang terjadi sebesar 30 persen bagi penderita diabetes. Meski tidak menyebabkan kematian, komplikasi ginjal pada penderita diabetes melitus menyebabkan kematian.

Sebab, ginjal berfungsi sebagai penyaring dalam tubuh, dan kadar gula yang tinggi secara menahun akan mengganggu fungsi ginjal.

4. Saraf

Komplikasi saraf dialami oleh 60 persen penderita diabetes melitus, karena kadar gula tinggi menyebabkan saraf kronik akan merusak tubuh, terutama saraf tepi.

Akibatnya, penderita akan merasa kesemutan dan nyeri. Dalam beberapa kasus, dr Wismandari menemukan bahwa pasiennya merasa tidak menapak tanah atau memegang sesuatu.

Bila pasien tidak dapat merasakan tubuhnya, ada kemungkinan dia tidak menyadari ada luka pada tubuhnya.

Komplikasi saraf juga menyebabkan tekanan darah rendahm disfungsi ereksi, gangguan pencernaan, dan ketidakmampuan mengontrol buang air kecil dan besar.

5. Kaki diabetes

Selanjutnya, kaki diabetes disebabkan oleh gangguan saraf dan pembuluh darah pada tungkai.

Ketika penderita diabetes tidak bisa merasakan tubuhnya, luka menjadi lebih mudah infeksi. Kondisi ini merupakan penyebab tertinggi amputasi.

Menurut dr Wismandari, penderita diabetes bahkan memiliki risiko amputasi 25 kali lebih tinggi dari orang normal.

5. Mitos diabetes tipe 2 tidak bisa sembuh

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan menyampaikan, terdata ada 10 juta penduduk Indonesia mengidap diabetes, dan 185.000 di antaranya meninggal dunia pada 2015.

Selain itu, lonjakan tersebut terjadi pada diabetes tipe 2, yang biasanya karena gaya hidup kurang olahraga dan diet.

Menurut data tersebut disimpulkan, setengah di antara penderita diabetes tipe 2 telah berusaha menjaga kadar gula darah dan rutin mengonsumsi obat-obatan.

Tetapi, komplikasi diabetes, seperti stroke, gagal ginjal, hingga kebutaan justru membayangi penderita diabetes.

Para ilmuwan dan dokter sejak puluhan tahun tidak sengaja mendapati manfaat operasi bypass lambung (salah satu metode operasi untuk mengurangi berat badan penderita diabetes tipe 2).

Berdasarkan penelitian lebih lanjut, pada pertemuan European Association for The Study of Diabetes ke-44 di tahun 2008, resmi diumumkan bahwa obesitas pada penderita diabetes tipe 2 eefktif disembuhkan melalui operasi bypass lambung.

Namun, pada American Diabetes Association di tahun 2011. Mereka menyatakan bahwa operasi itu menjadi alternatif solusi bagi penderita diabetes tipe 2.

Akan tetapi, syarat untuk menjadikannya efektif adalah pasien merupakan orang dewasa dengan indeks masa tubuh (IMT) di atas 35.

Sementara, untuk orang Asia, Chinese Society for Metabolic and Bariatric Surgery memaparkan, IMT 27,5 juga sudah efektif untuk menggunakan metode ini.

https://sains.kompas.com/read/2019/07/05/115844823/5-hal-yang-perlu-anda-tahu-soal-diabetes-dari-mitos-hingga-komplikasi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke