"Sinar matahari yang dianjurkan bukan yang di bawah jam 09.00, karena ultraviolet-B (UVB) belum ada," kata Ketua Perhimpunan Geriatri Medik Indonesia (Pergami), Prof dr Siti Setiati, SpPD-KGER di Jakarta, Kamis (4/7/2019).
Siti menjelaskan ultraviolet-A dan ultraviolet-C memang tak sehat. Namun ultraviolet-B memberikan vitamin D yang baik bagi pertumbuhan tulang dan gigi.
"Nah, UVB adanya di jam 09.00 ke atas sampai jam 15.00. Kebutuhannya berbeda, kalau jam 09.00 cukup (paparan) 15 menit, jam 11 cukup 5 menit, makin siang makin dikit kebutuhannya. Dan ini cukup tiga kali seminggu," ujar Siti.
Kesimpulan ini didapatkan Siti setelah mengamati 74 perempuan berusia 60-90 tahun yang tinggal di empat panti werda di Jakarta dan Bekasi.
Sebanyak 74 perempuan ini dibagi menjadi dua yakni kelompok kontrol dan kelompok studi. Kelompok kontrol hanya mendapat kalsium 1000 mg/hari, sedang kelompok intervensi dipajankan dengan matahari selama 6 minggu.
Hasil yang diukur sebelum dan sesudah 6 minggu paparan sinar matahari adalah konsentrasi 25(OH)D, PTH, dan ion kalsium. Ditemukan bahwa waktu paparan yang optimal adalah 1 jam sebelum dan sesudah tengah hari.
Prevalensi defisiensi vitamin D pada wanita usia lanjut adalah 35,1 persen. Pada kelompok terpapar sinar, konsentrasi 25(OH)D meningkat lebih tinggi daripada yang tidak dipajan yakni 51,8 persen banding 12,5 persen. Hasil tambahan adalah rerata asupan kalsium 248 mg/hari, dan rerata asupan vitamin D 28 IU/hari.
Bagi perempuan lanjut usia, vitamin D berperan penting untuk mencegah osteoporosis, osteomalasia, kelemahan otot, jatuh dan fraktur osteoporotik.
"Matahari kita perlukan, ini paling murah soalnya dari pada suplemen vitamin D. Dan jangan berlebihan, nanti bisa kena kanker kulit kalau kata dokter kulit. Tapi tenang saja, kita orang Indonesia diperkaya dengan melanin yang melindungi kita," kata Siti.
https://sains.kompas.com/read/2019/07/05/085151023/jangan-salah-sinar-matahari-di-atas-jam-0900-terbaik-untuk-tubuh