Dalam proses fosilisisi jutaan tahun, bulu-bulu pada burung prasejarah akan menghilang, tapi tidak dengan paket pigmen melanin yang disebut melanosom.
Sudah lama para ahli mencari cara untuk menerjemahkan melanosom agar dapat membedakan warna bulu antara hitam, cokelat, abu-abu, hingga biru. Dan kini misteri itu terungkap lewat kajian mendalam terhadap fosil spesies Eocoracias brachyptera.
"Kami menemukan melanosom pada bulu berwarna biru memiliki kisaran ukuran berbeda dari sebagian besar kategori warna. Dan oleh karena itu, kami dapat mengenali fosil mana yang berwarna biru dan mana yang bukan," ujar paleontolog Frane Babarovi? dari University of Sheffield di Inggris, melansir Science Alert, Jumat (28/6/2019).
Dalam temuan yang terbit di Journal of the Royal Society Interface, tim paleontolog membandingan E. brachyptera dengan burung kenari roller yang masih hidup hingga kini.
Para ahli menemukan, warna bulu seperti biru dan hijau tidak hanya terdeteksi dari melanin saja, tapi juga oleh struktur sel tambahan dan pembiasan cahaya.
Dengan membandingkan warna biru dan abu-abu dengan burung dari satu famili yang masih hidup, serta mempelajari melanosom pada fosil E. brachyptera, para ahli menyimpulkan ada kemungkinan 99 persen burung prasejarah itu memiliki bulu biru, dan hanya 19 persen kemungkinan warna bulunya abu-abu.
"Tumpang tindih dengan warna abu-abu menyarankan beberapa mekanisme terkait bagaimana melanosom terlibat dalam pembuatan warna abu-abu dan biru pada bulu burung," kata Babarovi?.
"Dalam tulisan ilmiah ini, kami juga membuat hipotesis potensi transisi evolusioner antara warna biru dan abu-abu pada bulu burung," imbuh dia.
Babarovi? dan tim menyarankan penelitian di masa depan untuk fokus menggali perbedaan dan kesamaan terkait warna abu-abu dan biru dalam pengembangan bulu burung kuno.
"Kita juga perlu memahami bagaimana bulu berwarna abu-abu dibuat. Pasti prosesnya sangat berbeda antara burung dan mamalia," ujar Babarovi?.
https://sains.kompas.com/read/2019/06/30/170300523/kali-pertama-ilmuwan-ungkap-burung-prasejarah-berwarna-biru